'Kruukkk krukkk' (bunyi perut) Adinda terbangun karena merasa sangat lapar, ia duduk di ranjang lalu menutup jendela karena sudah malam.
"Hooaaaammm," ia menguap sambil menggaruk lehernya yang gatal.
Adinda duduk di ranjang dan memijit pelipisnya. Ia sudah menyerah dan pasrah.
"Aku tidak tau lagi harus bagaimana," gumamnya.
☘Mulai sekarang Adinda kita panggil Larina dan akan berfokus pada kehidupan di dunia novelnya☘
Larina melihat dirinya yang sudah acak-acakan dan apek, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat membuka baju ia menepuk jidatnya.
"Astaga, kotor sekali," ia mengeruk kotoran dalam pusarnya.
"Pasti gara-gara dia depresi, jadinya begini." imbuhnya.
Setelai selesai mandi ia langsung berganti pakaian dan duduk di ranjang sambil membawa seperangkat penghias wajah.
"Harusnya ia tidak pakai produk ini, ini hanya akan memperburuk jerawatnya,"
"Ini juga, ini tidak ampuh buat kulitnya Larina, tidak akan melembabkan kulitnya, huuffftt."
Pada akhirnya semua produk kecantikan kepunyaan Larina dibuang ke tempat sampah. Larina membuka pintu kamar untuk mengambil makanan.
"Yah, makanannya sudah tidak ada ya." Sambil menggaruk kepalanya.
Ia menarik nafas dalam-dalam dan melangkah keluar dari kamar.
"Kalau memang aku di dunia Novel, jam segini pasti Ayahnya Larina sedang menonton Tv.
Larina berjalan ke ruang keluarga dan mendapati Ayahnya sedang menonton Tv, ia menghela nafas dan sudah pasrah.
"Jika Larina mati, aku juga pasti ikut tamat. Oke! Aku harus mengubah alur ceritanya, aku tidak mau mati disini." Ucapnya pelan.
"A-Ayah,"
"Larina!" Ayah Larina langsung berlari dan memeluk dirinya.
"Ayah sangat khawatir padamu. Syukurlah kamu tidak apa-apa."
"Heheh, maaf ya. Anu, aku lapar," sambil mengadu kedua jari telunjukanya.
"Ayo, ayo kita makan. Ayah juga lapar."
"Apa Ayah belum makan?" Tanya Larina.
Ayah Larina menggeleng.
"Maafkan aku,"
"Tidak apa-apa. Ayo kita makan. Pasti kamu sangat lapar."
Larina mengangguk, ia di gandeng Ayahnya menuju ke dapur. Adinda yang berada dalam tubuh Larina merasa terenyuh saat tangannya di genggam oleh Ayah Larina, ia tiba-tiba merindukan sosok Ayahnya sendiri. Ayah Larina langsung mengambilkan nasi dan lauk dengan porsi banyak, Larina mengerutkan alisnya.
"Ayah, aku makan separuhnya saja."
"Nak, kamu belum makan sejak kemarin."
"Aku mau diet," celetuknya.
Ayah Larina tersenyum kikuk.
"Sudah ku bilang kan, palingan dia juga lama-lama keluar dari kamarnya. Ayah terlalu memanjakannya, sih."
"Malam, Ibu." Sapa Larina.
"Iya. Oh ya, itu porsimu kurangin, nanti makin gendut. Kita harus hemat juga bulan ini karena Ibu mau beli Hp baru,"
"Bu!"
"Ah benar kata Ibu, Yah." Larina mengambil piring lain dan mengurangi porsi makannya.
***
Larina menulis beberapa kejadian yang merupakan bagian alur novel yang ia baca dan tentunya kejadian itu akan menyakitinya. Ia juga mencatatnya untuk memastikan sekali lagi apakah ia benar-benar berada dalam tubuh toko utama dari novel yang ia baca.
"Oke, besok pagi aku pagi di sekolah pasti aku akan dicaci di kelas," Larina bersiap tidur, walau ia belum sepenuhnya menerima keadaannya sekarang.
☘☘☘
Keesokan harinya.
Larina yang sudah siap berangkat sekolah dan sudah pukul 06:30 tidak jadi berangkat.
"Cuci yang bener," ucap Ibunya sambil memainkan Hp.
"Iya, Bu."
***
Larina akhirnya telat dan harus memohon-mohon pada satpam agar dibukakan pintu gerbangnya. Larina menyemangati dirinya.
"Larina akan di bully lagi hari ini,"
gumamnya, ia kemudian berlari menuju kelasnya.
Benar saja ketika ia sampai di kelas, sekumpulan pembully sudah siap menunggu kedatangan Larina. Ia harus bersikap seperti Larina asli untuk mengetes apakah ia benar-benar akan di bully hari ini.
'Krieeet' Larina membuka pintu kelas dan melihat para pembully menyeringai padanya dan sudah menyiapkan sampah-sampah makanan.
"Masuk!" Perintah salah satu dari pembully bernama Doni.
"Huufftt oke, aku sekarang percaya bahwa aku terjebak didalam tubuh Larina dalam dunia novel, dan pasti alur kehidupanku akan sama seperti dalam novel itu. Aku harus benar-benar bisa menyelamatkan Larina, atau aku akan tamat bersamaan dengan kematiannya."
batin Larina.
"Woy, masuk woy!"
"Budeg kali dia,"
"Lah ngelamun dia cuy,"
'Tak tak tak' suara sepatu yang beradu dengan lantai keramik.
"Eh, Bu Mawar datang tuh," ucap salah satu temannya yang melihat dari jendela.
Doni tersenyum licik,
"Lah, kenapa dia di depan pintu begitu?" Gumam Bu Mawar.
Kurang beberapa langkah Bu mawar dibelakang Larina, Doni berlari ke belakang pintu. Setelah dirasa pas, Doni yang berada dibalik pintu mendorong Larina yang sedang melamun itu. Larina membulatkan mata saat Doni mendorongnya, Bu Mawar yang terkejut juga tidak bisa menghindar.
'Bruukk!'
"Kyaaaa!" Teriak keduanya,
Larina menabrak tubuh Bu Mawar sampai dia terpental, punggung Larina sakit karena mengenai sepatu Bu Mawar.
"Larina!"
"Maaf, Bu."
"Larina, astaga..." Bella keluar kelas untuk membantu Larina berdiri.
"Makasih," ucap Larina ketus.
Ia tau bahwa Bella merupakan salah satu dari teman kelasnya yang juga merupakan pelaku bullying, ia hanya pura-pura baik di depan gurunya itu.
Larina mengulurkan tangan untuk membantu Bu Mawar berdiri.
"Waduh, pasti aku akan dihukum!" Batin Larina.
"Gimana sih?!" Bu Mawar menepis uluran tangan Larina. Ia berdiri sambil memegangi pingganya yang sakit.
"Ngapain di pintu gitu? Ini sudah jam masuk!"
"Maafkan saya, Bu." Larina menundukkan kepala.
Para pembully ikut keluar kelas dan mengolok-ngolok Larina
"Hayoloh, Bu Mawar ketiban Bom!"
"Kasian lantainya, untung gak anjlok. Hahah!"
"Sudah-sudah, kalian masuk semua. Larina, kamu Ibu hukum. Berdiri di tengah lapangan upacara dan hormat menghadap tiang bendera.
"Tapi, Bu. Mereka yang salah. Mereka dorong saya, loh."
"Ini guru nyebelin banget sumpah, dia juga harus aku singkirkan," batin Larina
"Heh! Jangan membela diri. Cepat laksanakan hukumanmu itu," sambil memasang wajah tidak suka.
Larina menghela nafas dan menurutinya. Ia menjadi pusat perhatian dari kelas lain.
"Lah kenapa itu?"
"Tau, ribut tadi kelas XI B."
"Lebih baik fokus pada pelajaran, Pak Andi habis ini datang," ucap Rafa dari kelas XI A
"Iya-iya."
***
"Aku harus benar-benar bisa merubah alur semua ini. Harus! Larina, kau tidak boleh mati, karena kau adalah tokoh utama. Aku ada bersamamu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Hanum Anindya
awal sekolah bikin gemes sam teman teman larina.
2023-01-03
12
ALONE ⭕
Seharusnya bekerja, tapi malah sekolah. tapi untung Adinda, eh Larina, adalah anak yang pandai
2022-11-24
13
Kangen ♋
huaaaa
kembali ke sekolah
bukannya senang'
semua begitu menyakitkan
2022-11-05
14