BAB 3

"Ma.. Kita mau kemana?" Tanya Kaisar pada Adelia.

Adelia berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan Wajah Kaisar. "Hemm Mama ingin ajak Kaisar jalan jalan ke taman hiburan." Jawabnya dengan tersenyum.

Mata Kaisar berbinar, "Benarkah, Ma?" Tanya Kaisar.

Adelia mengangguk lalu berdiri, tangannya menggandeng tangan mungil Kaisar. "Yuk kita pergi."

Di ruang tamu, Anhar duduk bersama seorang pengacara yang baru saja datang membawakan berkas perceraian mereka. Mata Anhar tertuju pada senyum Kaisar dan wajah Adelia yang tersenyum paksa.

"Papa ikut juga kan?" Tanya Kaisar.

Anhar tersenyum lalu mendekat pada Kaisar. "Maafkan Papa, Kai. Papa ada pekerjaan." Jawab Anhar dengan lembut.

Kaisar mencebikan bibirnya, terlihat sangat menggemaskan. "Papa gak asik, Papa kerja terus dan gak mau ikut Kai sama Mama." Kaisar mulai merajuk.

Adelia kembali berjongkok. "Kali ini Mama ingin pergi berdua saja dengan Kai." Ucapnya dengan memohon. Adelia memang hanya ingin menghabiskan waktu hanya berdua saja dengan Kaisar sebelum esok ia keluar dari rumah keluarga Wiguna dan berpisah dengan Kaisar.

Kaisar menatap mata teduh Adelia. "Oke Mama." Jawab Kaisar yang kembali tersenyum.

Adelia berdiri dan kembali menuntun tangan mungil Kaisar menuju keluar. Anhar segera menelpon sang asisten kepercayaannya untuk mengikuti Adelia dan Kaisar.

"Tuan Anhar. Ini bagian harta yang Tuan ingin berikan untuk Nyonya Adelia." Ucap Teguh, pengacara keluarga Wiguna.

Anhar membacanya, ia sudah cukup puas saat membaca rumah besar yang akan ia berikan untuk Adelia juga tabungan deposito untuk Adelia memulai usaha dan kehidupan setelah berpisah dengan Anhar. Menurutnya apa yang ia akan berikan pada Adelia akan menutupi rasa bersalahnya pada Adelia.

"Berikan juga saham perusahaan 2% untuk Adelia, transfer ke rekening yang sudah aku buatkan untuknya di setiap bulannya." Ucap Anhar yang masih ingin menutupi rasa bersalahnya pada Adelia.

"Baik, Tuan." Ucap Teguh.

Teguh memberikan kembali lembaran kertas yang berisikan suat kuasa hak asuh Kaisar. Kaisar adalah ahli waris satu satunya yang di tunjuk oleh Agam Wiguna. Agam sangat menyayangi Adelia sebagai menantu, dan menjadikan Kaisar sebagai pewaris tunggal sebelum Agam meninggal dan akan diberikan hak sepenuhnya pada Kaisar saat Kaisar berusia 20 tahun.

**

"Ma.. Aku mau itu." Tunjuk Kaisar pada Adelia, menunjuk sebuah gula kapas harumanis yang terlihat menggiurkan bagi setiap anak kecil.

Adelia tersenyum dan mengangguk, lalu membelikannya untuk Kaisar.

"Ma, kalau sudah besar Kai ingin naik ini lagi sama Mama." Kata Kaisar saat mereka menaiki kincir angin yang disebut bianglala itu.

"Kai akan ingat Mama?" Tanya Adelia.

Kaisar mengangguk sambil mencubiti permen kapasnya itu, "Mama Kai cuma Mama Adel." Ucap Kaisar dengan tatapan tak lepas dari permen kapas ditangannya.

Adelia menghela nafas, mencoba melegakan dadanya yang mulai terasa sesak.

"Jika nanti Mama bekerja dan belum pulang, Kaisar janji harus tetap jadi anak yang baik ya, Kaisar tetap harus menjadi anak yang membanggakan untuk Mama. Apapun yang terjadi, Mama slalu menyayangi Kaisar." Ucap Adelia dengan sendu.

"Iya, Mama. Kai janji akan jadi anak yang membanggakan untuk Mama." Ucap Kai dengan senyum polosnya.

Adelia dan Kaisar menghabiskan waktu bersama di taman bermain. Meski air mata berkali kali menetes di pipi Adelia, tak membuat Adelia terus mengembangkan senyum dihadapan Kaisar.

"Kaisar bahagia?" Tanya Adelia diperjalanan pulangnya.

"Sangat, Ma. Nanti Kai mau ke taman bermain lagi sama Mama dan mengajak Oma juga Papa." Ucap Kaisar semangat.

Adelia hanya tersenyum menanggapinya, sesuatu keinginan Kaisar yang tidak mungkin akan terjadi, batinnya.

**

Sepulang dari taman bermain, Adelia membersihkan dirinya di kamar Kaisar. Sejak Anhar mengutarakan dirinya untuk berpisah dengan Adelia, ia memang lebih memilih tidur bersama Kaisar ketimbang di kamar Anhar.

"Pusing, aku mual sekali." Gumam Adelia di dalam kamar mandi.

Adelia menggigit bibir bawahnya, saat mengingat jika dirinya belum mendapati periodenya.

"Pasti karna stres sehingga hormonku berantakan." Batin Adelia kembali.

Adelia keluar dari kamar menuju dapur untuk mengisi gelas kosong. Samar samar ia mendengar percakapan Mutia dengan Anhar.

"Kamu menahan Kaisar hanya karna Kaisar adalah pewaris yang Papa tunjuk, kan?" Tanya Mutia menghakimi.

Anhar hanya diam dan tidak menjawab.

Mutia tertawa, "Kamu ingin anaknya tapi tidak ingin Ibunya, egois sekali."

"Sudah cukup, Ma." Kata Anhar yang merasa terpojok.

"Bagaimana jika Kaisar memiliki adik, akankah kamu juga menahan adiknya Kaisar?" Tanya Mutia menyelidik.

"Tentu saja, berati mereka darah dagingku dan keturunan dari Wiguna yang sah, tentu saja aku akan tetap menahannya disini." Jawab Anhar tegas.

"Egois, kamu mengambil semua dari Adelia, dan membiarkan Adelia hidup seorang diri. Untung saja Kaisar tidak memiliki adik." Kata Mutia dengan sinis.

"Aku menggantinya dengan harta yang tidak sedikit, Ma." Balas Anhar.

Mutia tersenyum mengejek, "Kamu kira Kaisar adalah barang yang bisa di tukar? Kamu kira Adelia sehina itu?" Ejek Mutia.

Anhar diam tidak menaggapi.

"Mengapa kamu tidak meminta anak saja dari wanita murahan itu?" Tanya Mutia.

Lagi lagi Anhar hanya diam, ia akui jika ia tidak ingin memiliki anak dari Riska, menurutnya Kaisar saja sudah cukup, ia tidak ingin di masa depan akan terjadi perebutan harta antara anaknya dari Adelia dan anaknya dengan Riska. Anhar sudah memikirkan matang matang soal ini.

Adelia kembali ke kamar dan tidak jadi mengambil air di dapur. Ia menghela nafas, dalam hatinya ia berdoa semoga Riska tidak pernah bisa memberi Anhar seorang anak, Adelia tidak ingin Kaisar tersisihkan dan merasa asing di rumahnya sendiri meski Kaisar adalah pewaris utama keluarga Wiguna di masa depan nanti.

**

Pagi hari, Adelia ikut sarapan dengan Anhar dan Mutia. Tentunya ini menjadi sarapan terakhir Adelia bersama keluarga Wiguna.

"Mama janji jangan kelja lama lama ya." Kata Kaisar sambil memakan roti sarapannya.

Adelia hanya tersenyum dan mengusap kepala Kaisar.

"Nanti Kai bisa tidur dengan Oma." Ucap Mutia dengan sayang.

"No, Oma. Mama bilang semalam, Kai sudah besal, sudah halus tidur sendili." Jawab Kaisar.

Mutia tersenyum, "Mama Adel memang yang terbaik." Ucap Mutia.

"Ya, Oma betul sekali. Mama Adel memang yang telbaik." Jawab Kaisar mendukung.

Sementara Anhar hanya diam saja. Ada perasaan bersalah pada Kaisar namun ia selalu menepisnya.

"Nanti Oma ajak Kai lihat Mama kerja." Ucap Mutia.

"Emang boleh, Oma?" Tanya Kaisar bingung.

"Tentu saja boleh, tidak ada larangan jika Kai mau bertemu Mama kapanpun Kai mau." Tegas Mutia namun lembut kepada Kaisar.

Adelia hanya tersenyum, dalam hatinya berharap jika Anhar tidak akan pernah membatasi pertemuannya dengan Kaisar nanti.

Setelah sarapan, pengasuh membawa Kaisar untuk menunggu Adelia di halaman depan. Sementara Anhar memberikan sebuah sertifikat rumah, kartu ATM berisikan tabungan deposito, dan kunci rumah juga surat kepemilikan saham 2% di perusahaannya.

"Ambilah, hidupmu tidak akan kekurangan dengan semua itu, setiap bulan kamu akan mendapatkan uang dari bagian sahammu." Kata Anhar dengan nada dingin, namun di setiap perkataannya ada perasaan bersalah yang slalu Anhar tepis.

...****************...

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

cih...dasar bodoh...bisanya balekan sm mantan yg udah janda...menjandakan istri sendiri

2024-04-24

1

Lilis anggriani Lilis anggriani

Lilis anggriani Lilis anggriani

anhar...kasian adelianya lagi hamil tuh kynya..msi dicersi mggak sah...

2024-04-26

1

Salma Suku

Salma Suku

Suatu saat kau akan menyesal Anhar...

2024-04-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!