Yes, It'S U

Yes, It'S U

Bab 1

Braaakkkk ...,

Suara ponsel yang terjatuh tidak membuatnya tersadar dari keterkejutannya mendengar kabar yang baru saja disampaikan salah seorang sahabatnya.

Pria itu tetap berdiri tegak, matanya menatap kosong ke depan seakan ada yang menarik di sana. Cukup lama dia tertegun sampai tiba-tiba tubuhnya terhuyung dan ambruk terduduk di lantai. Air matanya mulai mengalir keluar dalam diam.

Ingatan tentang seorang gadis yang tersenyum membayang di depan matanya. Seorang gadis yang selama belasan tahun menghuni hati dan pikirannya.

Pria tadi mencoba menenangkan pikirannya yang kalut. Dia beberapa kali menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menelaah kembali apa yang baru saja dia dengar dari sahabatnya.

"Benarkah kabar yang aku dengar tadi?" tanyanya dalam hati.

"Sebaiknya aku telepon yang lain untuk memastikannya," ucapnya bermonolog.

Pria itu mengusap air mata yang sudah mulai mengering di pipinya, mengedarkan pandangan mencari ponsel yang terjatuh karena keterkejutannya.

Dia menggulir layar ponsel mencari nama sahabatnya yang lain.

"Assalamu'alaikum, Qih ... tadi aku ditelepon Yudhi, dia bilang kalo Ergha ...," ucapnya, tidak dapat lagi dia melanjutkan ucapannya.

"Iya," ucap sahabatnya di seberang telepon.

Pria tadi mematikan teleponnya, berusaha bangkit berjalan ke arah kursi dan duduk di sana menatap keluar jendela besar, menenangkan pikirannya.

Dia adalah Nalendra Sulaiman. Seorang pengusaha muda ternama di negaranya. Berwajah tampan dan berperawakan bagai atlet.

Matanya beralih pada sebuah laci di meja kerjanya. Dia membuka laci tersebut dan mengambil foto seorang gadis berseragam SMA yang sedang tersenyum.

Seorang gadis dengan wajah yang tidak terlalu cantik, tetapi mempunyai senyum yang tulus dan meneduhkan orang yang memandangnya. Lama mata Nalendra menatap foto gadis itu.

"Apa kau baik-baik saja, tidak ... kau pasti sedang menangis. Apa yang harus aku lakukan?" Nalendra Kembali bermonolog.

Kini dia sedikit menengadah sambil menutup mata, seakan berusaha menahan air mata agar tidak jatuh kembali ke pipinya.

Seburat bayangan gadis di foto tadi sedang tersenyum dan bercanda tawa dengan teman-teman perempuannya yang tengah di samping lapangan sekolah belasan tahun yang lalu. Matanya yang coklat berkilau sedikit melirik ke arah laki-laki yang berjalan di depannya bersama teman-temannya pula.

Lelaki muda itu melihat gadis bermata coklat itu tersenyum padanya. Ada debaran yang sulit dia artikan, tetapi rasa senang langsung menghinggapi kalbunya. "Siapa dia? kenapa dia melihatku?" gumamnya dalam hati.

Lelaki muda itu adalah Nalendra, baru seminggu dia pindah ke Sekolah Negeri 1 yang dekat dengan rumahnya. Sebelumnya dia bersekolah sekaligus pesantren di kampung halaman ayahnya di Garut. karena suatu hal, saat menginjak kelas dua dia pindah ke sekolah negeri di dekat rumahnya di daerah Bandung.

Gadis bermata cokelat yang meliriknya terus melekat dalam ingatan. Ingin sekali dia menanyakan pada temannya tentang gadis bermata cokelat itu, tetapi dia takut jika teman-teman barunya akan langsung mencapnya Playboy. Bagaimana tidak, belum genap dia seminggu pindah sudah menanyakan seorang gadis, pasti temannya akan langsung menertawakannya.

Hari berganti, Minggu pun telah berganti bulan. Sudah hampir tiga bulan dia pindah sekolah. Setiap hari dia selalu melihat gadis bermata cokelat itu, tetapi namanya pun dia tidak tahu. Gadis itu satu angkatan dengannya hanya berbeda kelas.

"Hei, kamu mau ikut ga?" tanya Rezky teman sebangkunya. "Ngelamun Mulu!"

"Kemana?" tanyanya dengan

wajah datar.

"Astaghfirullah, kirain dari tadi dengerin. Kita mau nengok Liana!" seru Imam, sedikit kesal karena merasa tidak omongannya didengarkan Nalendra.

"Iya, maaf ...," sesal Nalendra. Dia baru teringat Liana yang katanya masuk Rumah sakit Karena peradangan usus buntu beberapa hari yang lalu.

"Ok, nanti sore jam empat kita kumpul di dekat kota baru, kita ngambil jam besuk sore aja yang jam 5. Aku nebeng sama kamu aja ya 'Ndra," ucap Rezky tersenyum dengan senyuman rayuannya. Rumahnya dan Nalendra lumayan dekat pikirnya.

"Baiklah, siapa aja yang ikut?" tanya Nalendra.

"Kita-kita aja, berlima sama si Willy," jawab Habib Putra, dia teman sebangku Liana.

"Willy?" tanya Nalendra, mengernyitkan alisnya.

"Willy, anak IPA 1. Dia teman Liana dari SD," jelas Rezky.

"Oh." Nalendra mengangguk, matanya kembali menatap ke arah kelas gadis bermata cokelat. Hari ini dia belum melihat gadis itu. Waktu istirahat sudah hampir selesai, tetapi gadis bermata cokelat belum terlihat keluar dari kelasnya.

"Apa dia tidak sekolah?" tanyanya dalam hati. Raut khawatir mulai terlihat di wajah tampannya, Nalendra menghembuskan nafas panjang.

"Kenapa? udah, ga usah sedih gitu. Nanti juga ketemu," ledek temannya.

"Apaan sih!" sergah Nalendra disambut tawa teman-temannya.

***

Sesuai janji mereka berkumpul di depan kawasan kota baru. Mereka berempat, Nalendra, Rezky, Imam dan Willy bersiap untuk berangkat ke rumah sakit tempat Liana dirawat.

Butuh hampir satu jam perjalanan dari Sekolah ke Rumah Sakit tempat Liana dirawat. Salah satu Rumah Sakit besar milik Pemerintah di daerah Bandung.

"Kamar berapa?" tanya Willy sambil membuka helmnya dan menghampiri Habib Putra yang telah menunggu mereka di parkiran Rumah Sakit.

Habib melihat ponselnya, "Gedung D lantai 2," ucapnya. "ayo cepet."

Langit terlihat cerah sore itu. Mereka berlima berjalan ke arah gedung tempat Liana dirawat. Melewati resepsionis, lorong gedung dan memasuki lift yang akan membawa mereka ke lantai dua.

"Malas naik tangga," ucap salah seorang diantara mereka.

Mereka berjalan ke arah kamar yang ditunjukan oleh perawat yang sedang berjaga.

"Kamar VIP emang beda," bisik Imam tersenyum simpul pada teman-temannya.

Setelah mengetuk pintu, mereka langsung masuk ke kamar tempat Liana dirawat. Terlihat Liana sedang duduk bersandar pada bantal yang tertumpuk di tempat tidurnya, di sofa seorang wanita paruh baya tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Ah ... itu pasti mamanya," gumam Rezky menghampiri wanita paruh baya tadi dan menyalaminya, begitu pun dengan teman-temannya yang lain.

"Ayo duduk ... duduk sini," ajak wanita paruh baya tadi menunjukan sofa tempat dia duduk sebelumnya.

"Makasi, Tante," ucap Habib Putra tersenyum.

Nalendra tersenyum melihat interaksi Habib Putra dengan wanita paruh baya itu. Ya, dia sudah tahu Liana dengan Habib Putra memang mempunyai kedekatan yang cukup unik. Mereka bersahabat sejak kelas 1 SMA walaupun berbeda kelas. Namun, mereka tidak sampai berpacaran hanya bersahabat.

"Eh, ada Rania," celetuk Habib Putra ketika melihat sosok wanita berkerudung sedang duduk di kursi samping tempat tidur Liana.

Gadis itu menoleh pada Habib Putra dan memberikan senyuman yang sangat manis. "Hai, Bib," sapanya.

Nalendra seketika berbalik mendengar suara yang sedari pagi dia rindukan lalu melihat gadis yang baru saja menyapa temannya dan terpaku. Jantungnya mulai berdetak kencang lebih dari biasanya.

"Gadis itu ...," gumamnya dalam hati.

"Ko ga cerita Rania mau ke sini?" tanya Habib Putra.

"Ngapain juga cerita!" celetuk Liana.

"Ya kalo dia cerita kan bisa bareng sama aku ke sininya," jelas Habib Putra.

"Bareng gimana, jauh kali Bib," jawab Rania sambil tersenyum.

"Ga usah dianggap, dasar onta!" ledek Liana membuat Riana terkekeh.

"Oh iya pasti belum kenal kan. Ini Nalendra murid baru yang aku ceritain waktu itu," terang Liana pada Rania karena dia tau sedari tadi temannya ini mencuri lirikan pada teman barunya.

"Hai." Rania mengulurkan tangannya menyapa Nalendra.

"Hai juga, Nalendra," jawabnya memperkenalkan diri.

"Rania," balas Rania.

"Udah jangan kelamaan salamannya," bisik Rezky cekikikan melihat wajah Nalendra yang entah mengapa terlihat memerah tersipu.

"Gimana kabarnya?" tanya Nalendra pada Liana.

"Ko bisa sih kamu kena usus buntu?" tanya Willy.

Liana menceritakan awal kejadian dia sakit perut hingga masuk UGD lalu dinyatakan usus buntu dan harus dioperasi.

Semua menyimak Liana yang bersemangat bercerita, kecuali Nalendra yang sesekali melirik Rania yang duduk di kursi samping brangkar.

"Rania ... jadi gadis bermata cokelat itu bernama Rania. Nama yang bagus," gumam Nalendra dalam hati. Dia merasa sangat senang akhirnya bisa mengetahui nama gadis bermata cokelat itu.

ceklek ...

Semua yang di sana menoleh ke arah pintu. Seorang laki-laki berbadan tinggi masuk keruangan Liana. "Eh, banyak tamu,"

"Katanya tadi sebentar, tapi ko lama banget!" gerutu Liana.

Laki-laki tadi hanya tersenyum, lalu duduk di dekat mama Liana.

"Udah mau magrib, aku pulang ya," ucap Rania pada Liana dan di balas anggukan.

"Nanti aja bareng," pinta Habib Putra.

"Bareng bareng, rumahmu itu berlawanan arah, ga akan bisa bareng!" sergah Liana membuat Rania tertawa kecil.

"Vid, bukannya mau ngambilin baju mamih, tuh sekalian anterin Rania pulang," titah Liana pada saudaranya. "ini dah malem, biar dia anterin, sekalian jalan."

"Oke," jawab Rania tersenyum.

"Baiklah," jawab David singkat. David adalah saudara sepupu Liana. Usia mereka hanya berbeda dua tahun, lebih tua David.

"Ayo," ajak David pada Rania. "wa' uih hela," lanjutnya berpamitan pada mama Liana.

"Nya ... ati-ati, Kade dijalanna," jawab mama Liana. "Nuhun Rania," lanjutnya memeluk Rania.

"Kenapa dia ga nolak?" gumam Nalendra dengan wajah cemberut melihat Rania keluar dari kamar diikuti David.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

mengikuti

2023-02-12

1

UQies (IG: bulqies_uqies)

UQies (IG: bulqies_uqies)

menarik kak, aku nyicil yah 🥰

2022-12-19

1

jeamona trymrr

jeamona trymrr

Hi salam kenal dari " Bad boy jadi bucin" di tunggu ya kehaidarnnya. Semangat!

2022-12-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 1 Gadis Bermata Cokelat
5 Bab 2 Air Mata
6 Bab 3 Dareen
7 Bab 4 Sepeda Untuk Dareen
8 Bab 5 Study tour
9 Bab 6 Kapan Ayah Pulang?
10 Bab 7 Curhat Nalendra
11 Bab 8 14 tahun
12 Bab 9
13 Bab 10
14 Bab 11
15 Bab 12
16 Bab 13
17 Bab 14
18 Bab 15
19 Bab 16
20 Bab 17
21 Bab 18
22 Bab 19
23 Bab 20
24 Bab 21
25 Bab 22
26 Bab 23
27 Bab 24
28 Bab 25
29 Bab 26
30 Bab 27 Foto pertama
31 Bab 28
32 Bab 29
33 Bab 30
34 Bab 31
35 Bab 32
36 Bab 33
37 Bab 34
38 Bab 35
39 Bab 36
40 Bab 37
41 Bab 38
42 Bab 39
43 Bab 40
44 Bab 41
45 Bab 42
46 Bab 43
47 Bab 44
48 Bab 45
49 Bab 46
50 Bab 47
51 Bab 48
52 Bab 49
53 Bab 50
54 Bab 51
55 Bab 52
56 Bab 53
57 Bab 54
58 Bab 55
59 Bab 56
60 Bab 57
61 Bab 58
62 Bab 59
63 Bab 60
64 Bab 61
65 Bab 62
66 Bab 63
67 Bab 64
68 Bab 65
69 Bab 66
70 Bab 67
71 Bab 68
72 Bab 69
73 Bab 70
74 Bab 71
75 Bab 72
76 Bab 73
77 Bab 74
78 Bab 75
79 Bab 76
80 Bab 77
81 Bab 78 Tunangan dulu aja!
82 Bab 79
83 Bab 80
84 Bab 81
85 Bab 82 Mas Kawin 62 ribu
86 Bab 83
87 Bab 84 It's Real
88 Bab 85
89 Bab 86
90 Bab 87
91 Bab 88
92 Bab 89 pingitan
93 Bab 90
94 Bab 91
95 Bab 92
96 Bab 93
97 Bab 94
98 Bab 95
99 Bab 96
100 Bab 97
101 Bab 98
102 Bab 99
103 Bab 100
104 Bab 101
105 Bab 102
106 Bab 103
107 104
108 Bab 105
109 Bab 106
110 Bab 107
111 Bab 108
112 Bab 109
113 Bab 110
114 Bab 111 Tentang Liana
115 Bab 112
116 Bab 113
117 Bab 114
118 Bab 115
119 Bab 116
120 Bab 117
121 Bab 118
122 Bab 119
123 Bab 120
124 Bab 121
125 Bab 122
126 Bab 123
127 Bab 124
128 Bab 125
129 Bab 126
130 Bab 127
131 Bab 128
132 Bab 129
133 Bab 130
134 Bab 131
135 Bab 132
136 Bab 133
137 Bab 134
138 Bab 135
139 Bab 136
140 Bab 137
141 Bab 138
142 Bab 139
143 Bab 140
144 Bab 141
145 Bab 142
146 Bab 143
147 Bab 144
148 Bab 145
149 Bab 146
150 Bab 147
151 Bab 148
152 Bab 149
153 Bab 150
154 Bab 151
155 Bab 152
156 Maaf
157 Bab 153
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 1 Gadis Bermata Cokelat
5
Bab 2 Air Mata
6
Bab 3 Dareen
7
Bab 4 Sepeda Untuk Dareen
8
Bab 5 Study tour
9
Bab 6 Kapan Ayah Pulang?
10
Bab 7 Curhat Nalendra
11
Bab 8 14 tahun
12
Bab 9
13
Bab 10
14
Bab 11
15
Bab 12
16
Bab 13
17
Bab 14
18
Bab 15
19
Bab 16
20
Bab 17
21
Bab 18
22
Bab 19
23
Bab 20
24
Bab 21
25
Bab 22
26
Bab 23
27
Bab 24
28
Bab 25
29
Bab 26
30
Bab 27 Foto pertama
31
Bab 28
32
Bab 29
33
Bab 30
34
Bab 31
35
Bab 32
36
Bab 33
37
Bab 34
38
Bab 35
39
Bab 36
40
Bab 37
41
Bab 38
42
Bab 39
43
Bab 40
44
Bab 41
45
Bab 42
46
Bab 43
47
Bab 44
48
Bab 45
49
Bab 46
50
Bab 47
51
Bab 48
52
Bab 49
53
Bab 50
54
Bab 51
55
Bab 52
56
Bab 53
57
Bab 54
58
Bab 55
59
Bab 56
60
Bab 57
61
Bab 58
62
Bab 59
63
Bab 60
64
Bab 61
65
Bab 62
66
Bab 63
67
Bab 64
68
Bab 65
69
Bab 66
70
Bab 67
71
Bab 68
72
Bab 69
73
Bab 70
74
Bab 71
75
Bab 72
76
Bab 73
77
Bab 74
78
Bab 75
79
Bab 76
80
Bab 77
81
Bab 78 Tunangan dulu aja!
82
Bab 79
83
Bab 80
84
Bab 81
85
Bab 82 Mas Kawin 62 ribu
86
Bab 83
87
Bab 84 It's Real
88
Bab 85
89
Bab 86
90
Bab 87
91
Bab 88
92
Bab 89 pingitan
93
Bab 90
94
Bab 91
95
Bab 92
96
Bab 93
97
Bab 94
98
Bab 95
99
Bab 96
100
Bab 97
101
Bab 98
102
Bab 99
103
Bab 100
104
Bab 101
105
Bab 102
106
Bab 103
107
104
108
Bab 105
109
Bab 106
110
Bab 107
111
Bab 108
112
Bab 109
113
Bab 110
114
Bab 111 Tentang Liana
115
Bab 112
116
Bab 113
117
Bab 114
118
Bab 115
119
Bab 116
120
Bab 117
121
Bab 118
122
Bab 119
123
Bab 120
124
Bab 121
125
Bab 122
126
Bab 123
127
Bab 124
128
Bab 125
129
Bab 126
130
Bab 127
131
Bab 128
132
Bab 129
133
Bab 130
134
Bab 131
135
Bab 132
136
Bab 133
137
Bab 134
138
Bab 135
139
Bab 136
140
Bab 137
141
Bab 138
142
Bab 139
143
Bab 140
144
Bab 141
145
Bab 142
146
Bab 143
147
Bab 144
148
Bab 145
149
Bab 146
150
Bab 147
151
Bab 148
152
Bab 149
153
Bab 150
154
Bab 151
155
Bab 152
156
Maaf
157
Bab 153

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!