"Abu, jelasin deh apa motif Pak Arif ngelakuin ini?" Citra menatap nanar bayangannya di kaca transparan dinding mesjid. Ada benda asing yang melilit pinggangnya persis ikatan tali neraka yang akan menyeretnya dalam kebingungan dan ketololan.
Abu diam sebentar, memperhatikan sahabat in crimenya itu dengan kening mengerut lalu berkata "Jelas untuk melindungi dirinya dari godaan syaiton yang terkutuklah." Muka tengilnya langsung membuat Citra reflek melempar kain untuk membersihkan kaca tepat di wajahnya.
"Kurang ajar ya tu mulut. Dikira saya setan apa." Sungut nya lalu dengan langkah di hentakkan pergi dari samping manusia kampret itu yang masih terbahak. Memang sahabat-sahabat sekarang itu kalau bukan laknat yang sahabat makan sahabat. Tidak ada yang beres. Lagian kenapa juga Pak Arif harus memberikan jaketnya padanya sih?!
Citra menggerutu, ia ingin melepas jaket coklat yang mengikat pinggangnya itu tapi ancaman Pak Arif membuatnya mengurungkan niat.
Lepas jaketnya dan saya pastikan nilai kimia kamu semester ini dibawah KKM.
"Nyebelin tuh bapak! " Citra melempar alat pel dengan kesal mengingat ancaman bapak guru satu itu. Di dalam kepalanya sudah berhalusinasi melihat dirinya melepas jaket itu dan menggunakannya untuk membersihkan Kloset. Senyum iblis puas tersungging di wajahnya. Meskipun hanya sebatas halu ia sangat puas membayangkannya.
***
"Sudah selesai? "
Citra dan Abu yang tengah duduk lenjeh-lenjeh lesehan di teras mushola langsung menegakkan punggung.
"Sudah, Pak." Jawab Abu. sementara Citra, ia lebih memilih sawan seminggu daripada menyahuti Pak Arif. Kekesalannya masih belum reda.
"Citra? "
"Bapak cek sendiri saja kalau tidak percaya." Jawabnya ketus yang langsung dapat senggolan di lengannya dari Abu. Jelas saja Abu tidak ingin ada tambahan hukuman karena ketidaksopanan citra.
Citra mendelik pada Abu tapi kemudian meralat ucapannya, "Sudah bersih, Pak guru." Ujarnya tak ikhlas. Guru apaan nih yang begini, guru itu digugu dan ditiru bukan kayak begini, PENJAJAH.
Pak Arif memanjangkan lehernya melihat kearah toilet mushola.
"Kamu boleh pulang kecuali Citra."
"LOH, PAK--"
"Terima kasih, Pak." Abu berdiri cepat tak membuang waktu bergegas menyalami Pak Arif. Cowok satu itu masih sempat-sempatnya memelet kearah Citra yang masih tidak percaya dengan titah sang Paduka Arif-Setan-Rahman-Nyebelin.
"Paaaaak" Citra merengek. Ia tidak terima dengan ketidakadilan yang dilakukan Pak Arif padanya. Kasur dan bantal empuk di rumah sudah memanggil-manggilnya sejak tadi dan Bapak guru satu ini masih mau menahannya-Hiks.
"Masuk sana!"
"Masuk mana lagi sih, Paaaaak? " Citra sudah tidak peduli dengan adab dan tata krama. BODO AMAT, PAK ARIF JAHAT!
"Mushola." Pak Arif melepas sepatunya masuk melewati Citra yang duduk bersimpuh dengan wajah teraniaya.
"Saya sudah sholat, Bapaaaaak." Ia merengek seperti anak kecil. Yang ia inginkan sekarang hanya pulang dan tiduran diatas kasur sambil membaca chat tidak berfaedah dari grup-grup tidak berfaedah di hpnya.
Pak Arif tidak menggubris. Pak Guru kimia yang mengenakan setelan khaki pas di badannya itu membuka lebar pintu mushola, "Istighfar seratus kali dan tulis permohonan maaf sebanyak lima puluh kali."
"Ya Allah, Bapaaaaaak." Citra menggelepar di lantai mengabaikan roknya yang terangkat.
"Pakai! "
Citra gelagapan saat tiba-tiba gelap karena mukenah yang di lempar pak Arif menutupi penglihatannya.
"Bujang Lapuk! " Dumelnya tanpa suara. Ia melempar jaket coklat milik Pak Arif dengan kesal. Tidak peduli imagenya, Citra masuk dalam mushola dengan cara ngesot.
Sayang sekali aksi ngesot itu ternyata tidak hanya di saksikan Pak Arif yang menatapnya dengan kening terangkat satu sebab di dalam mushola ada seseorang yang harusnya Citra jaga imagenya sebaik mungkin di depan orang itu.
"M--mister Fian? Kok Mister--" Citra buru-buru berdiri menyadari posisinya saat ini yang persis suster ngesot dalam film horor rating rendah yang menomor sekian kan kualitas dan menomorsatukan pemain-pemain bekasan Aleksis.
"Ngapain ngesot-ngesot?" Tawa geli Pak Alfian si guru bahasa Inggris yang di gadang-gadang bakal calon imam masa depannya bak oase di tengah gurun, adeeeeeem bangat.
"Hehehe ngadem, Sir." Jawab Citra melupakan sejenak keberadaan malaikat maut berwajah Pak Arif yang sedang menyapu area sholat pria.
"Ngadem di depan kipas angin, bukan ngesot di ubin mesjid." ujar Pak Alfian tersenyum geli.
Citra cengengesan, tidak apa-apalah di hukum sampai sore kalau bonus bertemu calon masa depan begini.
"Bapak kok belum pulang? " Tanya Citra basa basi kepo.
"Sholat dzuhur. Kamu sudah sholat? "
Citra mengangguk, "Sudah, Sir. Tapi kalau Mister yang ngimami, saya sholat lagi nggak apa-apa, Sir." Ujarnya asal. Sekalian hitung-hitung sebagai latihan sebelum beneran ngimamin, sir. Lanjutnya dalam hati.
"Ngelucu saja kamu ini. Sudah, saya mau sholat dulu." Pak Alfian melepaskan tasnya dan menyimpannya dekat dinding. "Kamu kenapa belum pulang? "
Pertanyaan Pak Alfian menyentak kesadaran Citra, "Astaghfirullah." Citra menepuk keningnya, mencari sosok yang sudah membuatnya mendapat keberuntungan bertemu secara eksklusif dengan Pak Alfian walaupun melalui jalur hukuman. Tak jauh darinya Pak Arif duduk selonjoran menyandar di tiang mushola. Wajahnya kelihatan lelah tapi tetap saja tidak mengurangi aura-aura iblisnya di mata Citra.
"Pak." Citra mendekat, duduk bersimpuh tentu saja sudah mengenakan mukenah.
"Sudah selesai centilnya? "
Dih. Citra mengerut sebal.
"Istighfar seratus kali dan permintaan maaf lima puluh kali aja kan, Pak? " Citra memastikan hukumannya mengabaikan pertanyaan tak jelas gurunya itu. Khawatir saja kalau Pak Arif lupa hukumannya dan malah menambahkannya lagi.
Pak Arif meluruskan punggungnya, menatap lurus siswi yang setiap hari ada saja kelakuannya yang bikin gemas.
"Dua ratus kali istighfar, seratus kali permintaan maaf."
Nah---
"TAPI PAK TADI---" Citra lupa menurunkan volume suaranya. Memang kalau sama Pak Arif mulutnya suka otomatis Capslock.
"Lakukan atau saya tambah menj---"
"Cukup, Pak. Cukup! " Citra menahan tangannya di udara meminta Pak Arif berhenti bicara. Citra memperbaiki posisi duduknya di hadapan Pak Arif. Ia memulai mengucapkan istighfar sebanyak yang di perintahkan oleh Pak Arif.
Hampir setengah jam Citra melaksanakan hukumannya. Selama itu juga Pak Arif setia menungguinya sembari melakukan berbagai aktifitas dalam mushola.
"Saya sudah boleh pulang kan Pak? " Citra bertanya sembari melepaskan mukenah yang dikenakannya.
"Iya." Jawab Pak Arif tanpa mau menatapnya. Citra mencibir, tangannya terkepal di udara seperti siap memukul kepala guru menyebalkan itu. Puas melancarkan serangan halu nya, Ia melepas jaket yang melilit di pinggangnya. "Jaket Bapak." Ujarnya mengulurkan jaket itu pada Pak Arif namun guru muda yang kata teman-temannya calon imam yang dirindukan itu malah mengabaikannya.
"Kembalikan sampai kamu mengganti rok dengan yang lebih panjang."
Lah. Citra melongok. Pak Arif pergi meninggalkannya seorang diri yang masih terbengong dalam mushola.
"Gila kali tu orang."
Akhirnya Citra mengikat kembali jaket milik gurunya itu di pinggangnya lalu menyusul keluar mushola, berharap di tempat parkir masih ada Pak Alfian. Siapa tau saja guru super keren itu menunggunya dan mengajaknya pulang bersama. Siapa tau saja kaaaan?!
Citra dengan terburu memakai sepatunya. Dengan kecepatan maksimal berlari masuk kelas untuk mengambil tasnya. Tak lupa mengucapkan permisi saat melewati Pak Arif tanpa memelankan kecepatannya. Bodolah, Nanti besok lagi di urus moodnya Pak Arif yang kayak Tai sapi itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Mommy Chand
aku dulu kok tertarik SM guru BK ya 🤣🤣
2022-11-30
3
Ratu Tety Haryati
Ada motif kali Pak Arif bolak balik menghukummu, Cit
2022-11-27
1
Rhiedha Nasrowi
jaman aku SMA kayaknya gak ada deh guru yang jadi idola kaum hawa😁😁
2022-10-14
1