Raja Iblis itu tampak marah, dia berdiri lalu menatap Candrasa tajam. Dia mendekat ke arah Candrasa, wujudnya berubah menjadi seseorang yang besar dan menyeramkan. Candrasa membelalak melihatnya.
Iblis itu mendekat ke arah Candrasa. Dia mengikat leher Candrasa dengan asap hitam yang keluar dari tangannya. Candrasa du angkat setinggi dua meter dengan kekuatan iblis itu.
Candrasa kehabisan napas, dia berusaha melepaskan diri dari jeratan itu. Tapi usahanya gagal. Disisi lain, Hanada yang sedang bersama Candrasa terkejut, melihat bekas hitam yang muncul tiba-tiba di leher Candrasa.
"Candrasa!" Dia menggoyangkan tubuh itu pelan, semua orang yang mendengar teriakan Hanada langsung menghampiri mereka. Raja Jira II terkejut melihat bekas itu, bahkan wajah Candrasa terlihat membiru dan tubuhnya sangat dingin.
"Anakku!" Kata Raja Jira II , dia teekihat panik melihat Candrasa seperti itu. Guru Wija mencoba mengalirkan energinya, tapi kekuatannya seperti terhisap masuk pada tubuh Candrasa.
Guru wija menghentikan aliran energinya, dia menggeleng tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi. Semuanya terkihat sedih, bahkan Air sudah menangis, Panglima oerang berusaha menguatkan anaknya.
Hanada merasa harus menaruh Pedang Kemukus pada genggaman Candrasa, mungkin Pedang Kemukus kecil itu bisa membantu Candrasa di alam sana.
Dia langsung mengambil Pedang Kemukus kecil dari kantong koin candrasa, Hanada meletakkan itu ditangan Candrasa dan menutup jari jemarinya agar menggenggam pedang kecil itu.
Guru wija, Raja Jira II dan yang lain menatap Hanada kebingungan. Tapi usahanya berhasil, Candrasa merespon, genggamannya semakin kuat pada Pedang itu, bahkan lehernya sudah terlihat terjerat apapun.
*
*
Tiba-tiba pedang yang semula ada di kantong koinnya kini berada di genggamannya, bahkan pedang itu bersinar sangat terang. Raja Iblis membelalak melihat apa yang ada didepan matanya.
Candrasa mengangkat pedang kecil itu tinggi-tinggi, dia memotong aliran kekuatan hitam yang menjerat kehernya. Dia pun berhasil jatuh dan turun seperti seorang ksatria.
"Pedang itu.." Raja Iblis masih membelalak.
"Ini milikku," Candrasa maju untuk menghunuskan pedang kecil itu.
Raja Iblis menghindar, dia masih tidak percaya anak itu memiliki Pedang Kemukus kecil milik putrinya.
"Dari mana kau mendapatkannya?" Iblis itu kembali ke bentuknya yang semula, dia mendekat kearah Candrasa.
"Darimana kau mendapatkannya?" Tanyanya lagi.
"Ini pemberian temanku." Candrasa masih dengan posisi sigap, untuk menghindari serangan Iblis Bayangan selanjutnya. Tapi Iblis itu malah duduk kembali di kursi nya. Di menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Candrasa mengernyitkan dahi, dia terlihat bingung. Melihat Raja Iblis itu kini menangis. Raja itu menangis, mengingat putri kecilnya yang dia tinggalkan hanya karena keserakahannya.
"Pedang itu... Terkutuk." Kata Raja Iblis.
"Aku dikutuk karena pedang itu." Dia menangis lagi.
*
*
Raja Jira II memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, Candrasa harus segera dibawa ke kerajaan untuk diobati dengan cara apapun. Malam itu perjalanan terasa sangat jauh, seolah mereka tidak dapat sampai ke Amarata. Tapi tidak ada gangguan apapun.
Sekarang Hanada berjalan disamping Air, keduanya nampak murung. Mereka tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka. Saat fajar menyongsong, mereka sudah tinggal sedikit lagi keluar dari hutan itu.
Air dan Hanada berbagi minuman, mereka tersenyum satu sama lain. Merasa senang, karena sebentar lagi mereka akan sampai di Amarata. Saat menginjakan kaki kekuar Hutan, mereka menghirup udara yang segar, suasana tidak terasa suram lagi.
Semuanya berjalan menuju kerajaan utama Amarata, Sesampainya disana, Candrasa langsung di rebahkan di tempat pengobatan kerajaan. Raja Jira II memanggil seluruh Tabib terbaik yang ada di Amarata.
Raja Jira II, meminta kasim menggantikan pakaian Candrasa dan menyeka tubuh anaknya yang sedang tak sadarkan diri itu.
Harapnya, semoga Candrasa segera tersadar. Semua orang berangsur kembali ke tempat mereka, Air, Hanada dan semua murid kembali ke Akademi Sihir Maharaja. Sedangkan, guru Wija masih menemani Raja Jira II disana.
"Kalian menyusul Candrasa?" Salah seorang teman mereka di akademi sihir bertanya pada Air dan Hanada.
Air menoleh kebelakang, lalu mengangguk. Sesampainya disana. Semua orang menatap Air dan Hanada dengan kebingungan. Tampilan mereka sangat lusuh, belum lagi bajunya yang kotor.
Guru Manta, menemui Hanada dengan tatapan serius. Sepertinya dia akan mendapatkan masalah.
"Kau dikeluarkan, Putri Hanada."
Semua orang membelalak, bahkan Air terlihat sangat terkejut mendengar ucapan Guru Manta.
Hanada menunduk, dia tidak tahu identitasnya akan terbongkar sekarang. Air menatap Hanada kebingungan, pria itu seolah sedang meminta penjelasan Hanada.
"Ayahmu. Raja Nahdara mencarimu 5 hari yang lalu. Aku katakan, aku tidak tahu dimana keberadaanmu." Guru Manta terlohat kecewa pada Hanada. Si murid terbaik Asrama putri.
"Sesuai peraturan yang ada, seseorang yang masuk kesini dengan cara curang ataupun dengan kebohongan, akan dikeluarkan. Maafkan aku."
Hanada menunduk, dia merasa sedih dengan semua yang terjadi, belum lagi Candrasa yang masih dalam kondisi Vegetatif. Tapi bagimanapun, dia memang sudah melanggar peraturan Akademi Sihir Maharaja.
"Maafkan Aku Guru." Hanada meneteskan air matanya.
"Guru, tidak bisa begitu. Kita dengarkan dulu penjelasannya." Air memprotes.
"Air! Kau juga akan mendapat hukuman. Cepat temui Guru Tera, untuk yang lain silahkan kembali ke Asrama kalian! Hanada, biar aku yang urus." Guru Manta menatap Air tajam.
Apapun masalahnya, Guru Manta harus tetap menegakkan peraturan Akademi Sihir. Jika mereka diberikan keringanan, tidak menutup kemungkinan akan ada orang yang melanggar lagi nantinya. Sekalipun, mereka berusaha menolong Putra Mahkota. Tapi tanpa perintah, mereka dilarang keluar dari sana.
Hanada masih menunduk, dia menangis terisak. "Guru.. Aku akan menerima konsekuensinya." Hanada menghapus air matanya.
Murid asrama putri lainnya, membawa barang Hanada keluar dan menaruhnya di samping kaki wanita itu. Hanada membungkuk, lalu meraih tas berisikan pakaiannya.
"Aku pamit guru," Hanada menyeka air matanya, dia membalikan badan dan berjalan menjauh dari Akademi Sihir.
Guru Manta memalingkan wajahnya dari Hanada, wanita itu juga menangisi kepergian murid terbaiknya.
*
*
KERAJAAN IBLIS
Candrasa menatap Raja itu dengan Iba,
"Aku membuat pedang itu untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Aku lupa dengan apa yang kumiliki, sehingga membuatku tidak pernah puas dengan semuanya."
"Sehingga, membuatku menjadi serakah dan malah menyusahkan rakyatku sendiri. Bahkan bukan hanya rakyatku yang menderita, putri semata wayangku juga ikut menderita karena keserakahan ku." Raja itu menangis.
Candrasa, menatap Raja itu dengan sendu. Dia merasakan kesedihan orang itu. Pedang itu sangat berbahaya. Hingga membuat Raja yang alim menjadi seperti ini.
"Aku menyesal, Aku bahkan tidak tahu dimana putriku berada."
Candrasa dengan seksama mendengarkan keluh pria paruh baya itu. Sepertinya, dia berhenti menjadi tua sejak saat dia membuat Pedang Kemukus. Candrasa menghela nafas panjang, dia mengantongi Pedang Kemukus kecil itu lagi.
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
DMus
Masalahnya gk ada Hanada sama Air, Putra Mahkota kerjaan bisa mati loh. Demi peraturan😀
2022-10-17
4
DMus
Yey! Akhirnya bebas, kyk ada rasa leganya gitu
2022-10-17
2
〈⎳ Life of Muzu
tadi ketemu di warung bu Ijah sedang antri beli seblak.
2022-10-16
3