CANDRASA [MENCARI PEDANG PUSAKA]
...PINTU ENERGI...
...(Sumber : Google Image)...
Setiap umat manusia pasti memiliki suatu energi di dalam tubuh mereka. Tapi, ada saja manusia yang tidak dapat membuka energi yang tersumbat di dalamnya. Itu semua, tergantung pada Alam semesta.
Disamping tubuh fisik, manusia juga mempunyai tubuh non fisik, yang berupa jalur energi yang bisa terhubung dengan energi semesta.
Energi inilah yang biasanya dimiliki para penyihir untuk mengendalikan dan meningkatkan ilmu sihir mereka.
Berawal, dari wabah misterius yang menghantui kerajaan Amarata akhirnya dibangunlah sebuah Akademi Sihir bernama Maharaja, yang ditujukan untuk membuka tiap energi anak yang baru lahir. sehingga, mereka tidak akan tertular bahkan terusik dengan adanya wabah itu.
......................
...AMARATA VS NAHDARA...
...AWAL MULA DI BANGUNNYA AKADEMI SIHIR...
Setelah peperangan melawan Nahdara, esoknya hujan deras melanda Amarata. Hujan deras yang mengguyur Amarata masih menyirami selama dua hari berturut-turut. Banyak yang menduga hujan ini di kirim oleh kerajaan sekutu Nahdara, yaitu Brahma.
Kerajaan yang dipenuhi oleh para shaman, orang-orang penganut ilmu hitam. Kerajaan Brahma juga di rumorkan hidup berdampingan dengan semua makhluk mitologi dan sihir yang terkenal hidup di Hutan Azure. Goblin, peri dan lain sebagainya. Namun, tidak ada yang tahu pasti selain orang-orang di kerajaan itu. Karena dahulu kala, pemimpin Azure dan Brahma sepakat untuk tidak membicarakan hal apapun yang ada di hutan itu.
30 prajurit dikerahkan untuk membawa 8 perahu kayu. Mereka pun langsung turun ke dataran rendah yang kini mulai di banjiri air bah selutut kaki. Para prajurit dituntut untuk mencari rakyat yang terjebak disana. Satu persatu mereka ditemukan, semuanya berkumpul di rumah aman milik kerajaan. "Terimakasih Yang Mulia," rakyat memberi hormat kepada Raja jira II.
Sang penguasa Amarata dan prajuritnya kembali ke kerajaan dengan kondisi basah kuyup. Para kasim yang melihatnya pun langsung membawa raja untuk mengganti pakaiannya.
Permaisuri yang sedang menunggu Raja, mondar-mandir tak karuan di kamarnya. Suaminya pun menemuinya dikamar dengan kondisi yang sudah rapih, Permaisuri Dara sangat senang melihat suaminya kembali dengan selamat.
"Bagaimana keadaan di sana?" Permaisuri menanyakan keadaan rakyat Amarata.
"Sudah membaik, kemungkinan besok pencarian korban yang tewas akan dilanjutkan, ada beberapa orang yang tidak bisa kami temukan." Raja menunduk sedih, dia merasa gagal karena harus melewatkan beberapa orang yang tidak bisa dia temukan. Permaisuri pun memeluk suaminya erat,
"Tidak apa-apa, Yang Mulia sudah melakukan yang terbaik." Permaisuri menatap Raja dengan dalam, Yang Mulia mengecup bibir istrinya lembut lalu melepaskannya secara perlahan.
"Dimana putra kita? Aku sangat merindukannya." Raja mencari Candrasa.
"Dia sedang tertidur," Raja dan Permaisuri menghampiri Candrasa yang sedang tertidur tenang.
"Putraku yang tampan, kelak kau akan menjadi seperti ayahmu, menjadi Raja yang bijaksana, bertanggung jawab dan dermawan." Permaisuri mengusap lembut pipi Candrasa, Yang Mulia melingkarkan tangannya dipinggang Istrinya sambil menatap putra tunggalnya yang sedang terlelap.
Malam harinya, Raja tertidur dengan gelisah, dia merasakan panas pada kulitnya, "Yang Mulia, ada apa?" Permaisuri mencoba membangunkan Raja, pria itu pun mengerjap dan terbangun seketika dengan napas yang tersenggal-senggal.
"Badanku terasa panas dan gatal," Raja hampir menggaruk kulitnya tapi Dara mencegah tangan itu.
"Aku akan memeriksanya , energi mu sedang tidak stabil, ada sesuatu di dalam tubuhmu, dorongan yang kau miliki sedang memerangi sesuatu." Permaisuri mengeluarkan energinya lalu meletakan telapak tangannya dipunggung Raja.
Dengan sorot mata kebingungan wanita itu menatap suaminya, dia tidak tahu apa yang ada di dalam tubuh pria itu. Tapi energinya membantu memerangi apa yang ada di dalamnya.
"Yang Mulia, maaf kan saya mengganggu, baginda harus melihat kondisi prajurit sekarang!" Kata Kasim di luar ruangan, mendengar suara Kasim, Raja langsung turun dari tempat tidurnya dan memeriksa prajurit.
"Ada apa Kepala Kasim?" Raja terlihat cemas, baginda langsung berjalan keluar melihat kondisi prajuritnya.
"Saya tidak tahu baginda, tapi semua prajurit yang ikut denganmu menyelamatkan rakyat merasakan gejala yang sama." Kata kasim itu gelagapan.
"Ada beberapa orang yang kulitnya sampai melepuh, mereka menggaruk tanpa henti seperti orang kesetanan. Beberapa dari mereka adalah prajurit yang tidak bisa menguasai ilmu sihir." Kasim menjelaskan dengan rinci. Raja Jira II berjalan masuk ke kamar para sena.
Setelah memanggil tabib-tabib terbaik kerajaan, akhirnya penyakit itu dianggap wabah oleh mereka. Tapi, sayang sekali penyebabnya belum diketahui. Yang mereka percayai adalah rumor mengenai Nahdara memakai ilmu hitam untuk mengirim wabah itu.
Wabah ini menyebabkan rasa, seperti terbakar oleh bara api langsung ke kulit. Inilah penyebab orang yang mengalaninya bertindak seperti orang kesetanan dan tidak terkendali. Tidak sedikit dari mereka berakhir bunuh diri dengan menggantungkan tubuh mereka ke pohon di hutan terlarang ataupun meminum racun dari tumbuhan di sana.
Karena wabah ini, Raja Jira II langsung membangun Akademi Sihir yang dinamakan Akademi Maharaja. Dengan bantuan Guru Wija, Setiap bayi yang baru lahir dan setiap anak berusia 6 akan dikirim kesana.
Anak-anak yang baru lahir, wajib dibawa ke Maharaja untuk dibukakan pintu energinya oleh guru Wija dan guru yang lain. Pintu energi adalah kunci agar mereka bisa menguasai ilmu sihir.
Saat anak-anak ber usia 6 tahun, mereka harus langsung di kirim ke Akademi sihir Maharaja untuk mengikuti pelatihan wajib ilmu sihir dasar dan teknik pedang.
Akademi ini terbuka untuk siapapun, bahkan dari berbagai kerajaan.
Akademi ini pun, dibangun sebagai bentuk hadiah untuk rakyat demi merayakan kelahiran Putra Mahkota yang mereka cintai.
~
Sehari setelah wabah itu terjadi, pintu energi Candrasa dibuka oleh ibu dan ayahnya di kerajaan. Dia menjadi bayi pertama yang akan menjadi murid di Akademi Sihir. Dilanjutkan oleh anak Panglima Perang, yang bernama Air Mahendra. Dia adalah bayi kedua yang akan menjadi murid, sekaligus penjaga untuk Candrasa di Akademi sihir.
Diikuti oleh bayi-bayi rakyat yang lain. Kini Akademi Sihir sudah memiliki 86 orang anak. Sejak wabah melanda, angka pertumbuhan penduduk semakin berkurang. Mereka takut anak yang dilahirkan tidak bisa menguasai ilmu sihir.
6 tahun berlalu.......
Akademi sihir Maharaja sudah berjalan sekitar 6 tahun, murid-murid yang sudah di buka pintu energinya saat bayi kini mulai berdatangan untuk menetap di akademi sihir selama masa pelatihan mereka.
Pelatihan akan terus dilakukan sampai mereka mencapai ilmu tingkatan paling tinggi, yaitu ilmu panca.
Hari pertama, pelatihan...
...TINGKATAN NAWA...
Setiap murid yang sudah berusia enam tahun akan langsung di ajari Ilmu teknik bernafas. Setiap orang yang telah di buka energinya akan mempelajari ilmu ini. Dan hari ini adalah hari pertama, pelatihan bagi mereka.
"Semuanya siap?" Guri Tera memberi aba-aba.
"Siap Guru," ujar para murid Maharaja dengan kompak, termasuk Candrasa.
"Duduk atau berdiri, asalkan kalian merasa tenang. fokuskan pikiran kalian pada sesuatu hal yang membuat kalian tenang!" seru Guru Tera.
Semua murid mematuhi perintahnya, mereka mulai merasakan ketenangan yang menjalar dari pikiran ke tubuh mereka. Tingkatan Nawa sangat penting untuk penguasan ilmu sihir.
"Sekarang letakkan satu tangan di atas pusar, rasakan bahwa hirupan udara tadi menerobos masuk kesana. Saat kalian fokus, energi yang ada di dalam tubuh akan berputar. Kalian dapat merasakannya jika melakukannya dengan benar!" ujarnya lagi.
Anak-anak pun melakukannya dengan baik, tapi banyak juga yang masih merasa kesulitan.
"Aku, aku merasakan energiku berputar." Candrasa menyeringai bahagia pada Guru Tera, guru itu langsung menghampirinya. "Tentu saja, kau pasti bisa melakukannya. Yang lain harap fokus seperti Pangeran Candrasa! Lakukan dengan baik!" pinta guru Tera.
"Baik Guru!" ucap semua orang serentak.
Selama bertahun-tahun pula tidak ada yang boleh keluar dari Amarata, wabah ini sudah mulai bisa ditangani sedikit demi sedikit tapi belum bisa dihentikan. Dengan sekali percobaan, Candrasa mampu menguasai teknik bernafas yang benar sehingga energinya berputar dengan baik, sedangkan yang lain masih butuh beberapa kali latihan lagi untuk mencapai tingkatan Nawa.
Candrasa memang memiliki keistimewaan ibu dan ayahnya.
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rizky Maulana
MC lahir , kira2 bakal op tida nih
2022-12-08
1
Rizky Maulana
Petanya menarik
2022-12-08
1
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
wow sunguh ini adalah Raja idaman.. 👏👏
2022-11-24
3