Pilahan Sulit

Elion mulai tidak tenang dengan apa yang di ucapkan Zayna. Kini dia hanya bisa terdiam di dalam kamar dengan terus memikirkan solusi terbaik untuk permasalahannya ini. Sebisa mungkin Reina tidak boleh tahu tentang permasalahan ini.

Aku hanya memberimu waktu 2 hari untuk berfikir.

Zayna benar-benar bertekad kuat untuk memisahkan Elion dan Reina. Meski dengan cara yang salah. Hal ini tentu saja membuat Elion semakin frustasi, dalam waktu dua hari mana mungkin dia bisa menyelesaikan ini semua dengan fikiran yang kacau seperti ini. Bahkan untuk berfikir jernih saja, Elion sangat sulit melakukannya.

Akhirnya Elion memilih menghubungi seseorang yang di kiranya bisa membantunya di saat seperti ini. Raekal, seorang pria tampan seumuran Elion yang selalu bisa mengerti keadaan Elion. Raekal selalu ada di saat Elion membutuhkannya, namun tidak banyak orang tahu tentang kedekatan mereka. Mengingat Raekal adalah sosok yang cukup berpengaruh di kota ini.

"Oke kita ketemu di tempat biasa"

Akhirnya Elion mulai bisa memikirkan rencana untuk bisa menyelesaikan masalah ini tanpa melibatkan Reina. Dia segera bersiap dan keluar dari kamarnya, tepat pada saat itu Reina sedang naik ke arah tangga tepat di anak tangga terakhir.

"Mau kemana Dad? Rapi amat?"

Elion gelagapan menerima pertanyaan itu. Dia takut Reina akan curiga padanya, sehingga Elion harus pandai-pandai memainkan peran saat ini. "Ada pertemuan mendadak sama rekan kerja Rein"

Reina mengerutkan keningnya, menatap dari atas sampai bawah setelan yang Elion kenakan. Bukan setelan untuk bekerja. Elion mulai menyadari tatapan tidak percaya Reina dengan ucapannya karena pakaiannya yang tidak sesuai.

"Dia rekan kerja aku, tapi juga teman kuliah aku. Jadi, aku bertemu dengannya tidak perlu memakai pakaian formal" jelas Elion, mengerti kebingungan Reina.

Reina mengangguk mengerti, dia tidak akan menjadi sosok kekasih yang posesif pada Elion. Reina ingin terlihat santai tapi tetap waspada dengan wanita-wanita yang mungkin akan tiba-tiba hadir di antara hubungan mereka berdua.

"Yaudah, jangan malem-malem pulangnya" kata Reina

"Iya Sayang"

Elion berjalan mendekat ke arah Reina lalu memberikan kecupan di dahinya. Tersenyum simpul saat melihat ekspresi kekasihnya yang malah diam dengan wajah memerah malu. Elion berlalu meninggalkan Reina yang masih mematung di tempatnya. Barulah saat mendengar suara pintu yang tertutup membuat Reina tersadar dari keterkejutannya.

Reina menoleh ke arah pintu utama di lantai bawah, Elion sudah pergi dan dengan bodohnya dia malah mematung hanya karena di panggil 'Sayang' dan kecupan di dahinya.

Bodoh banget si Rein..

Akhirnya dia berlalu ke kamarnya dengan menghentakkan kaki kesal.

...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...

Elion telah sampai di sebuah kawasan apartemen mewah. Masuk ke dalam lift setelah pintu lift terbuka. Menekan nomor lantai yang di tujunya. Temannya pasti sudah menunggunya saat ini.

Ting...

Pintu lift yang terbuka membuat Elion segera melangkah keluar dari kotak besi itu. Segera menuju apartemen temannya, dan menekan bel di dekat pintu.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok Raekal yang tampan dengan tubuh atasnya yang polos. Elion hanya menggeleng pelan melihat penampilan temannya ini. Dia menerobos masuk ke dalam apartemen Raekal, bahkan sebelum si empunya mempersilahkan masuk.

Raekal menutup pintu, lalu berjalan ke arah Elion yang sudah duduk di atas sofa dan meminum minumannya. Raekal duduk di sofa depan Elion. Menatap temannya yang terlihat sedang begitu frustasi.

"Jadi, apa masalahmu?"

Hah...

Elion menghembuskan nafas kasar, dia bingung harus bercerita darimana. Sampai akhrinya dia memilih bercerita dari awal anak angkatnya menyatakan cinta padanya. Cerita mengalir begitu saja sampai kejadian kemarin saat pulang dari villa.

"Aku akan mencoba membantumu, meski aku tidak yakin. Karena kau sendiri tahu siapa keluarha Zayna Ramora. Akan sangat bahaya bagi kamu dan Reina jika kalian tidak berhati-hati dalam melawannya"

Elion diam, memang benar apa yang di katakan Raekal barusan. Keluarga Zayna bukanlah hal remeh yang bisa di abaikan. Elion benar-benar harus berhati-hati menghadapinya.

"Begini saja, kau putuskan dulu hubunganmu dan Reina..."

"Maksudmu? Kau gila ya? Aku baru saja menjalin hubungan ini kemarin, masa harus berakhir secepat ini"

Elion benar-benar tidak terima dengan usulan Raekal yang menurutnya sangat merugikan untuk dirinya. Di saat Elion sudah benar-benar membuka hatinya untuk Reina dan mencintai gadis itu sepenuhnya. Tidak mungkin dia harus mengakhiri semua ini.

Raekal menggeleng heran melihat tingkah Elion, pertama kalinya Raekal melihat sikap temannya yang begitu marah saat hanya di suruh memutuskan hubungannya sementara saja. "Kau benar-benar telah jatuh cinta, El"

Elion mengusap wajah kasar, dia begitu frustasi dengan masalah yang sedang dia hadapi ini.

"Begini saja, aku punya rencana. Tapi, kau tetap harus melepaskan dulu Reina. Ini hanya sementara, sampai masalah ini selesai. Maka kau bisa kembali lagi padanya, setidaknya Reina akan lebih aman jika tidak bersamamu..."

"....Biarkan Reina tidak tahu soal ini, karena jika dia tahu sudah pasti dia tidak akan diam saja. Mengingat sikapnya yang sedikit bar-bar. Hal ini akan membuat dia semakin terancam, karena Reina tidak tahu bagaimana Zayna. Apalagi jika sudah campur tangan keluarganya"

Elion mencoba mencermati setiap kata yang di ucapkan oleh Raekal. Apa yang di ucapkan Raekal memang ada benarnya. Sepertinya Elion memang harus berkorban sejenak demi hubungan dia dan Reina.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?"

Raekal berfikir sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Elion. "Aku yakin Zayna tidak akan sendiri melakukan ini. Jadi, kau harus siap-siap jika kenyataannya ada orang lain yang menyerang hubungan kalian selain Zayna"

Elion diam, memikirkan apa yang di maksud Raekal dengan ucapannya itu. Orang lain, selain Zayna yang ingin menghancurkan hubungannya dan Reina. Elion terus berfikir hingga dia mengingat satu nama. Darren. Mungkinkah? Dia adalah keponakannya.