Jino pulang ke rumahnya saat pukul 17:00 WIB. Pria tampan itu menghela nafas berat karena sedari tadi teringat sang istri di rumah, dia merasa menyesal karena telah menghukum Celine. Begitulah Jino, tipikal orang yang kalau marah pasti meletup-letup. Hingga tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
"Fang, kita mampir ke toko kue dulu! Aku ingin beli kue kesukaan istriku!" titah Jino pada sopirnya.
"Baik, Pak!"
Mereka pun tiba di toko kue, pria tampan itu menyuruh Fang untuk membelikan kue kesukaan istrinya.
"Kalau boleh tahu, Ibuk sukanya kue apa, Pak?" tanya Fang sopan.
"Sama seperti Melisa, bedanya Celine keju parut nya lebih banyak!" ujar Jino membuat Fang paham bahwa tak hanya wajah yang sama, namun selera Celine juga hampir sama dengan selera Melisa yaitu kue tart rasa keju.
Setelah membeli kue kesukaan istrinya, Jino segera menyuruh Fang untuk mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Celine, menyesal juga tak ada gunanya karena tak akan mengubah masa lalu.
Jino sadar bahwa dirinya salah karena tak bisa mengontrol emosinya. Kerap kali dia merasa bersalah karena bila marah mulut dan tangan nya tak bisa ia kontrol. Apalagi Jino pengidap darah tinggi.
Banyak orang yang mengidap darah tinggi memang tak bisa mengontrol amarah mereka.
"Semoga kamu baik-baik saja, Sayang," gumam Jino pelan.
***
Saat tiba di rumah, Jino segera menuju ke gudang karena amat merindukan Celine, setelah ini dia berniat meminta maaf pada istrinya.
Cklek.
Pintu gudang berhasil di buka, namun saat Jino mendorongnya dia merasa ada benda besar berada di belakang pintu sehingga membuat pintu sudah terbuka lebar.
Dia memasukkan lehernya ke dalam lalu mengintip apa yang berada di balik pintu. Mata Jino terbuka lebar saat melihat Celine terbaring tak sadarkan diri di balik pintu.
"CELINE?!" teriak Jino panik. Pria tampan itu masuk ke dalam gudang susah payah. Dia memangku kepala Celine dan menepuk halus pipi istrinya yang terasa dingin.
"Sayang, bangun! Hey … apa kamu mendengar ku? Bangun!" Tangan Jino bergetar, dia menyentuh pergelangan Celine memeriksa denyut nadi wanita itu dan ternyata amatlah lemah.
Buru-buru Jino menggendong sang istri membawanya lari keluar dari gudang. Tidak ada pelayan atau siapapun di dalam rumah karena memang Jino tak suka bila ada orang asing di rumahnya.
Dia hanya menyuruh pelayan di Mension utama untuk membersihkan rumahnya seminggu dua kali. Hanya ada sekuriti penjaga pintu gerbang saja.
Jino berlari menuju garasi mobil, dia memasukkan Celine ke dalam mobil. Setelahnya dia ikut masuk dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.
Jantung pria tampan itu berdegup kencang, bayang-bayang wajah mendiang mantan istrinya ketika sekarat terlintas dalam benaknya. Dia merasa seperti kembali pada masa sulitnya.
"Aku mohon bertahanlah, Sayang. Jangan tinggalin aku lagi! Aku minta maaf … aku salah!" Jino meneteskan air matanya tanpa sadar karena merasa sangat takut.
"Aku tidak ingin di tinggal lagi," gumam nya pelan diiringi isakan kecil.
***
Pria tampan itu mondar-mandir di depan ruangan yang tertutup rapat. Sudah setengah jam dokter yang memeriksa keadaan Celine belum juga keluar. Bila sesuatu yang buruk terjadi pada Celine dia tidak akan mau memaafkan dirinya sendiri.
Plak.
Jino menampar dirinya sendiri, dia menyakiti diri sendiri guna mengurangi rasa bersalahnya.
"Bodoh dasar bodoh, Jino goblok, bagaimana kamu bisa mengulangi kesalahan ku yang sama seperti di masa lalu!"
Pria tampan itu tak berhenti menyakiti dirinya sendiri, takut di tinggalkan oleh pasangan nya membuat Jino kalut.
Tak berselang lama setelahnya dokter keluar dari ruangan dengan raut wajah datar.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Jino cepat.
"Lebih baik kita bicara di ruangan saya saya, Pak! Agar saya bisa menjelaskan kepada istri Anda dengan lebih detail!" jelas sang dokter membuat Jino setuju.
Keduanya pun melangkah menuju ruangan sang dokter. Di sana Jino duduk dengan hati gelisah, takut sesuatu yang buruk terjadi pada sang istri karena amarah nya yang meletup-letup.
"Jadi, begini, Pak. Setelah saya periksa keadaan istri Anda, beliau mengidap gangguan kecemasan atau biasanya di sebut anxiety (ketakutan berlebihan, takut pada gelap dan serangan panik). Penyakit ini tidak bisa di anggap remeh, karena banyak pengidapnya meninggal."
"Gejalanya kenapa ya, Dok?" tanya Jino tak mengerti.
"Gejalanya ada banyak, di antaranya phobia, orang yang memiliki phobia terhadap sesuatu rentan mengalami gangguan kecemasan. Ada orang yang takut pada keramaian, orang itu bisa panik berlebihan dan tubuhnya bergetar hebat. Ada pula orang yang takut pada kegelapan, sehingga membuat tubuhnya Tremor dan merasa sesak nafas."
"Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah istri Anda memiliki phobia?" tanya sang dokter membuat Jino berpikir keras.
Dia teringat kalau Celine pernah berbicara takut gelap. Tetapi, dia tak menyangka akan separah ini, Jino mengira itu hanyalah bualan semata seorang wanita manja.
"Iya, Dok. Istri saya takut gelap!" balas Jino lemah.
Sang dokter pun menghela nafas berat. Dia menatap dalam wajah lelah Jino.
"Jangan pernah menganggap remeh phobia seseorang, Pak. Apapun itu jenis phobia nya! Jangan juga di jadikan lawakan, sebab itu sangat berbahaya. Tidak lama ini ada pasien saya seorang gadis meninggal karena di takuti oleh temannya dengan cara memakai kostum ondel-ondel di hari ulang tahunnya."
"Teman-temannya mengira dampaknya tidak akan separah ini karena menganggap lucu phobia terhadap ondel-ondel. Namun, lihatlah dampaknya! Pasien tidak terselamatkan karena mengalami serangan panik, sehingga tidak bisa bernafas. Tubuhnya mengalami kejang-kejang hingga pada akhirnya membuatnya meregang nyawa!" jelas sang dokter panjang lebar membuat tubuh Jino menegang.
Dia merasa tertampar karena sempat menganggap remeh ketakutan Celine. Memang banyak orang yang menganggap remeh phobia seseorang.
Sialnya Jino termasuk salah satu di antaranya.
"Istri Anda harus di rawat inap beberapa hari, saya juga akan menulis beberapa resep yang harus Anda tebus. Kita berdoa saja semoga setelah ini istri Anda baik-baik saja!" lanjut sang dokter membuat Jino mengamini nya dalam hati.
***
Celine membuka matanya perlahan karena merasa silau. Tenggorokan nya merasa kering membuat wanita itu kehausan.
"A-air," lirih Celine serak membuat Jino yang tertidur di dofa langsung terjaga.
"Air, air kamu haus, Sayang? Air … sebentar-sebentar! Aku ambil dulu!" ujar Jino cepat bangkit berlari mengambil air di atas meja nakas.
Celine pun meneguknya perlahan. Jino mengelap sudut bibir Celine yang basah.
Namun, Celine segera menepisnya secara kasar. Dia masih teringat akan apa yang di lakukan oleh Jino padanya.
"Aku nggak mau kamu sentuh, kamu ja-jahat!" lirih Celine terbata-bata.
Degg.
*
*
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak.
BTW author lagi sakit gigi nih … ternyata benar kalau sakit hati lebih baik daripada sakit gigi. 🤧🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
FUZEIN
Panas baran pulak suami dia..
2023-03-06
0
Sagiz_vana
tukang ngamuk an, moro tangan, nong jenong,, gk usah punya istri aja dah kalo sipatmu kayak gitu,, beristri sii patung lililn aja sana
2023-01-14
2
Lusiana_Oct13
Hmmmmmm jinoooo apa istri nya si melisa meninggal karna ulah si jono ni juga
2022-10-04
0