Kumpulan Cerpen Saat Hujan Turun

Kumpulan Cerpen Saat Hujan Turun

Aku Lupa Aku Luka 1

"Mama mohon Nak, bantu kakakmu," lirih mama dari belakangku.

Aku menghembuskan nafas kasar, "Sampai kapan Ma? Harus sampai kapan lagi Ava berkorban buat kakak? Sampai Ava ma*ti gitu? Itu mau Mama?"

Keheningan memenuhi atmosfer di ruangan kami berada. Detak jam dinding tertangkap jelas oleh indera pendengaranku.

"Mama sangat menyayangi kakakmu, Ava," ucap beliau yang nyatanya kembali menorehkan sakit di hati.

"Ya. Ava tau, selalu kakak. Hanya kakak yang Mama sayang," aku melengkah menuju pintu dan keluar dari rumah dengan memacu mobilku kencang-kencang.

***

Aku anak kedua sekaligus bungsu di keluarga ini. Namaku Ava dan kakakku bernama Axa. Usia yang tidak terpaut jauh dan wajah yang mirip membuat orang-orang menyangka kami kembar. Tidak, kami berbeda dua tahun. Axa menderita sakit bawaan yang baru diketahui saat ia berusia dua tahun.

Thalasemia. Ya, ia menderita penyakit kelainan darah tersebut. Selama ini kakakku bertahan hidup karena transfusi darah. Si*alnya, karena persediaan darah semakin sulit didapatkan dan ternyata jenis darahku sama dengannya, aku yang kemudian harus rutin mendonorkan darahku untuk memperpanjang hidup saudaraku tersebut.

Pemilik golongan darah seperti kami lumayan jarang di Indonesia. Karena tipe golongan darah yang langka ini, beberapa pemilik golongan darah yang lain rutin mendonorkan darahnya untuk alasan kemanusiaan. Sayangnya, semakin lama semakin sedikit jumlah persediaannya di Indonesia.

Mama dan papa sudah berkali-kali membujukku supaya membantu Axa dengan transplantasi sum-sum tulang. Sampai sejauh ini aku menolak dengan keras dan hanya merelakan darahku saja untuk kuberikan. Entahlah, ada rasa tidak rela melihat Axa sembuh, melihat jika selama ini mama dan papa hanya menomorsatukan dia dan mengabaikanku dari kecil.

***

"Kasih dulu pensil warnanya ke kakak ya? Kakak kan sakit, kasihan nanti nangis."

Nyatanya Mama tidak memintaku, namun memerintahkan. Sebelum aku menjawab, beliau sudah dengan cepat merebut pensil warna kesayanganku hadiah dari nenek untuk kemudian diberikan pada Axa. Ketika aku tidak menuruti perintah beliau, aku harus bersiap menerima pukulan di kaki.

"Mainnya di rumah aja, kasian kakak nanti mau ikut." Lagi dan lagi aku yang kembali harus berkorban. Aku harus merelakan hilangnya waktu bermain dengan teman-temanku sepulang sekolah hanya karena untuk menjaga perasaan Axa.

Pernah suatu hari aku kabur lewat jendela belakang. Saat pulang, papa sudah berdiri menatapku dengan mata melotot. Seperti yang kuduga sebelumnya, cubitan papa mampir ke betis kecilku.

***

"Axa lagi?" tanya Gea

Aku mengangguk pelan.

"Masalah transplantasi?"

"Iya, masih masalah yang sama dan aku juga masih harus tetap rutin mendonorkan darah," ucapku lirih.

Gea mengangguk-angguk mengerti.

"Aku egois ngga sih?" tanyaku

"Egois karena ngga mau bantuin Axa?"

"Iya," jawabku.

"Mungkin menurut orang tua kamu sih iya, kamu egois."

"Kalau menurut kamu?" tanyaku lagi.

"Ngga. Karena kamu juga menderita setiap kali selesai donor darah."

"Tapi Papa sama Mama ngga ngerti. Keluarga besar juga pada bilang kalau aku egois," aku membuang pandangan ke arah lain.

"Ya itulah, mereka ngga mau ngerti karena prioritas mereka itu Axa, bukan kamu."

Ucapan Gea kubenarkan dalam hati.

***

Mataku menangkap sosok Mama yang berdiri tepat di pintu kamarku. Entah sejak kapan beliau berdiri di situ, karena aku baru menyadarinya saat melipat mukena dan sajadah.

"Percuma kamu berdoa. Doa kamu ngga akan pernah didengar atau bahkan dikabulkan karena kamu seorang anak yang egois dan hanya mementingkan diri kamu sendiri," ucapnya sambil berbalik pergi.

Kata-kata mama tersebut sontak menikam kembali hatiku yang sudah dipenuhi luka.

***

"Baju ini lebih cocok aku pakai daripada kamu." Kalimat yang keluar dari mulut Axa sontak membuatku menoleh.

"Itu punya aku!" seruku. Entah kenapa aku selalu kehilangan kendali jika sedang berbicara dengan Axa.

"Ya terus? Belinya juga pake uang Mama sama Papa kan?"

"Kata siapa? Itu hadiah ulang tahun aku dari Gea," balasku sengit.

"Ngga peduli, kamu ngga cocok pake ini."

Aku menarik nafas panjang, "Kenapa kamu selalu mau apapun barang yang aku punya?"

Axa menyeringai sejenak, "Simpel aja sih. Aku ngga suka ngelihat kamu lebih bahagia dari aku. Aku sering terkurung di rumah tanpa teman karena penyakit sialan ini. Sedangkan kamu? Kamu dengan bebas bisa melakukan apapun semau kamu!"

"Oh," aku berkata pendek.

"Apa?" tanyanya.

"Bukan karena penyakit itu kamu harus selalu diem di rumah dan ngga punya temen. Tapi karena pribadi kamu."

"Maksudnya?" tanyanya lagi.

"Maksudnya, selain penyakit si*alan itu, kepribadianmu juga sama si*alannya. Itu kenapa kamu ngga punya temen untuk sekedar menengok kamu."

Plak!

Papa menamparku setelah dengan kasar menarik tanganku agar berbalik menghadapnya.

"Anak kurang ajar! Tega kamu sama kakak kamu sendiri?! Tega kamu nyakitin kakak kamu dengan ucapan kamu?!"

Aku menyentuh pipiku yang terasa panas. " Terus? Aku harus bersyukur gitu? Punya saudara kandung yang selalu iri hati!"

"Ava!" Mama membentakku. "Jangan sampai Mama menyesal sudah melahirkan kamu karena tingkah laku kamu yang kurang ajar ini!"

Aku tersenyum getir, "Maksud Mama apa? Bukannya emang kelahiran aku ngga diharapkan sampai akhirnya Mama sama Papa sadar kalau cuma aku yang bisa nolong Axa."

Bukan sekali dua kali mama bercerita jika beliau kebobolan saat Axa masih kecil. Di tengah-tengah kebahagiaan mereka mengurus Axa, Mama dinyatakan hamil.

Aku sangat-sangat dibedakan dengan kakakku sendiri. Awalnya aku mengira jika ini hanya perasaanku saja. Tapi, Nenek —satu-satunya orang yang tulus menyayangiku— juga merasa demikian. Dari cerita beliau, papa pernah berkata jika kehadiranku hanya membawa sial. Saat Axa lahir, karir papa sedang pada puncaknya sedangkan saat aku lahir, kemalangan datang bertubi-tubi. Mulai dari Axa yang didiagnosa menderita Thalasemia, hingga menurunnya perekonomian mereka. Sebenarnya masuk akal jika perekonomian mereka menurun, karena mereka harus membawa Axa rutin untuk transfusi darah. Tapi mereka menyalahkan semuanya karena kehadiranku.

Terpopuler

Comments

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

hadir Thor

2023-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!