"Baru nikah dua bulan udah ditinggal jauh." Wanita muda itu menggerutu dan memasuki tempat ini dengan wajah mendung. Di sebelahnya, berjalan seorang pemuda gagah dengan seragam khas tentara. Mereka menuju loket kemudian beralih ke kursi tunggu penumpang. Berkali-kali mata pemuda itu melihat ke arah rel, menunggu kereta yang akan membawanya ke tujuan.
***
"Neng, baik-baik ya? Akang usahakan enam bulan lagi pulang. Jaga kesehatan, jangan terlalu kelelahan," ucapnya mengelus pelan perut wanita itu. "Titip si dede ya? Doakan tugas Akang berjalan lancar," tambahnya lagi.
Perkataannya mengundang embun di mata wanita itu. Ia mengangguk dan menyentuh tangan suaminya lembut. "Semoga Allah melindungi Akang di manapun berada. Jaga kesehatan juga ya Kang? Neng dan dede nungguin Akang di sini."
Tidak berapa lama, kereta yang ditunggu sudah datang. Dengan perlahan, ia meraih tangan suaminya dan mencium takzim sebagai tanda penghormatan serta pengabdian seorang istri pada suami.
***
Enam bulan kemudian wanita itu datang lagi dengan penampilan yang berbeda. Perutnya yang terlihat membuncit membuatnya berjalan pelan menuju kantin. Setelah membeli beberapa makanan ringan, ia melangkah menuju kursi tunggu penumpang. Dalam hiruk pikuk keramaian penumpang yang hilir mudik di depannya, ia tetap duduk dan memakan beberapa cemilan yang sudah dibeli.
Namun, ketika mendengar suara kereta yang akan memasuki stasiun, dengan bergegas ia berdiri dan melihat satu persatu penumpang yang turun dari kereta. Hal ini dilakukan selama hampir seminggu penuh setiap harinya.
***
Enam bulan setelah hari terakhir wanita itu terlihat di sini, ia kembali lagi. Kali ini ia tidak sendiri. Ada seorang bayi kecil dalam dekapannya. Bayi kecil yang berkali-kali diciumnya sembari menunggu kereta datang. Masih sama seperti dulu, gadis itu akan berdiri jika ada kereta yang datang dan menatap intens pada para penumpang yang turun.
***
Wanita itu tetap kembali lagi ke sini setiap enam bulan sekali walaupun tidak ada yang tau apa yang sedang ditunggunya. Dan ini, sudah berlangsung selama dua puluh tahun. Bayi yang selalu ia bawa sudah menjadi pemuda dewasa. Beberapa petugas dan penjual makanan mengenal mereka karena seringnya berjumpa di sini.
"Pulang yuk, Bu? Anginnya kencang, nanti Ibu sakit," ucap pemuda itu lembut. Di depan sana, wanita yang dipanggilnya ibu hanya duduk dalam diam seolah tidak mendengar apapun. Karena tidak ada respon sama sekali, pemuda itu ikut duduk di samping ibunya dan menatap lekat wajah sang ibu.
"Akang akan tiba sebentar lagi," ucap wanita itu lirih.
Pemuda di sebelahnya memutar badan menghadap ke arah rel dan membuang nafas panjang. Matanya menutup seolah menyimpan kegetiran yang pekat. Angin malam menyentuh anak rambut di dahi dan ada lelehan air mata di pipinya.
***
"Kenapa Ibu kamu selalu datang ke sini, Nak?" tanya seorang petugas stasiun beberapa hari kemudian saat pemuda itu kembali datang untuk menjemput ibunya.
"Ibu saya sedang kurang sehat, Pak. Jadi beliau selalu kembali ke tempat dimana ingatan dan kenangannya berada." Pemuda itu melemparkan pandangan pada kursi tunggu penumpang yang berada tidak jauh di depannya. Sosok sang ibu sedang terlihat duduk dalam diam.
"Apa barangkali ada yang sedang ditunggu?" petugas lain bertanya.
"Betul. Beliau sedang menunggu ayah saya. Menurut cerita nenek, ayah saya seorang tentara yang harus bertugas ke luar daerah, setelah kurang lebih dua bulan menikahi ibu saya."
Semua yang mendengar menganggukkan kepala tanda mengerti. Satu persatu meninggalkan pemuda itu dengan mendaratkan tepukan di bahu dengan maksud menguatkan. Benar, tidak mudah merawat orang tua, terlebih orang tua yang tidak dalam kondisi sehat.
***
Setelah lebih dari enam bulan wanita itu ataupun anaknya tidak pernah terlihat di sini, sang anak berjalan menuju kursi tunggu penumpang dengan menggunakan seragam khas tentara. Ia duduk di kursi yang biasa diduduki ibunya. Matanya menyimpan emosi yang tidak bisa dijelaskan apa namanya. Seorang petugas yang mengenali serta sering berbincang dengannya berjalan menghampiri dan ikut duduk di sebelah pemuda tersebut.
"Baru keliatan lagi dek, kemana saja?" tanya petugas itu.
Pemuda itu menengokkan kepalanya dan tersenyum, "Biasa Pak, sibuk untuk menjadi sesuatu."
Perkataan pemuda itu cukup dimengerti dan dibalas dengan anggukan oleh petugas stasiun. "Sekarang mengikuti jejak ayahmu ya? Kamu pernah cerita jika ayahmu seorang tentara."
"Kebetulan saja Pak. Kebetulan takdir membuat saya menjalani profesi yang sama persis dengan ayah saya," ucapnya pelan.
Keduanya tenggelam dalam keheningan sesaat.
"Ibu kamu sudah tidak pernah terlihat lagi datang kemari, ayahmu pasti sudah pulang dari tugasnya ya?" Petugas stasiun kembali membuka suara.
Terdengar hembusan nafas panjang dari arah pemuda itu, "Tidak pak. Ibu saya tidak akan pernah datang lagi ke sini karena beliau sudah meninggal tiga bulan yang lalu. Dan ayah saya juga tidak akan pernah pulang, karena beliau gugur dalam tugas negara saat saya masih di dalam kandungan ibu saya."
Petugas di sebelah pemuda itu terbelalak. "Jadi selama ini ...?" ucapnya terputus.
"Iya, ibu saya kurang sehat karena tidak bisa menerima kenyataan buruk tentang ayah saya. Itulah kenapa, beliau selalu datang kemari setiap enam bulan. Karena, saat ayah saya pergi, beliau menjanjikan untuk pulang setelah enam bulan," pemuda itu tersenyum
Tidak lama kemudian, terdengar suara kereta datang. Petugas itu berdiri dan berpamitan pada sang pemuda. "Bapak tinggal dulu ya Dek? Semoga semua urusanmu dilancarkan oleh Allah."
Pemuda itu ikut berdiri dan menyalami sang petugas "Aamiin, terima kasih Pak. Ini terakhir kali saya berada di sini. Sehat selalu ya, sampai bertemu kembali di lain waktu," ucapnya seraya tersenyum.
Keduanya berpisah dan berjalan ke arah yang berlawanan. Satu menuju ke arah kereta dan satu lagi menuju ke arah kantor yang berada di bagian depan tempat ini. Sama seperti pertemuan. Ada beberapa manusia yang berjodoh dan bertemu untuk waktu yang singkat. Setelahnya, mereka akan berpisah untuk mencapai tujuannya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Ai Emy Ningrum
inget dulu,bapak masih aktif jd tentara,baru pulang seminggu udh tugas lg 😕😢😥
2022-11-21
4