Stasiun

Stasiun

Episode 1

Stasiun

Wanita itu selalu terlihat tiap dua minggu sekali. Ia datang dan mengajak kedua anaknya yang masih kecil untuk melihat kereta. Anak pertamanya seorang bocah perempuan berusia sekitar sembilan tahun, sedangkan adiknya, laki-laki berusia sekitar dua tahun. Setiap kali datang, ia menggendong anaknya yang kecil dan menggenggam tangan anak perempuannya erat.

"Bu, kalau sudah besar, Mina mau naik kereta ya Bu? Mina suka datang ke sini, suka melihat kereta yang panjang."

Celotehan itu sudah berkali-kali diucapkan anak perempuannya dan hanya ia angguki sambil tersenyum. Selain anak perempuan itu, sang adik pun rupanya suka melihat kereta. Bocah laki-laki tersebut selalu senang ketika melihat kereta datang, ia melonjak-lonjak kegirangan dalam gendongan dan terkadang membuat wanita itu kewalahan.

Wanita itu setiap hari selalu ada di sekitar sini untuk berjualan pecel. Kadang terlihat senang karena dagangannya laris manis oleh penumpang yang akan bepergian, kadang juga ia pulang dengan raut sedih dengan bakul yang masih terisi penuh.

"Pokoknya Mina nanti mau naik kereta ya Bu? Sama adek juga," kata anak kecil itu lagi dengan mata berbinar melihat kereta yang sedang diam menunggu penumpang.

"Iya, nanti Mina sama adek naik kereta ya? Doakan jualan ibu laris, biar ibu bisa mengumpulkan uang untuk membeli tiket kereta," ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.

***

Banyak kisah yang terjadi di sini. Dari pertemuan yang menggembirakan serta perpisahan yang mengundang air mata. Selalu seperti itu, setiap pertemuan akan selalu diikuti dengan perpisahan, hanya soal hitungan waktu kapan perpisahan itu akan terjadi setelah pertemuan yang mengharukan rasa.

***

Hari minggu ini kulihat lagi wanita itu datang dengan kedua anaknya. Dari wajahnya yang berseri-seri, aku bisa menerka jika ada hal yang menyenangkan untuknya.

"Kita ke sana dulu ya Nak? Antri beli tiket," ucapnya lembut.

Perkataannya rupanya menjadi kejutan terindah untuk sang anak. Dengan mata berbinar ia mengucapkan hamdalah dan terima kasih karena sang ibu akan mengajaknya dan adiknya untuk naik kereta. Melihat kegembiraan di wajah anaknya, senyuman wanita itu semakin lebar. Kejutan kecilnya berhasil. Seperti itulah seorang ibu, luar biasa bahagia ketika bisa memenuhi apa yang menjadi keinginan anak. Dengan bergegas, ketiganya menuju ke loket untuk membeli tiket.

***

"Pegang terus tangan Ibu ya Nak?" ucap wanita itu dengan kerepotan. Ia memeluk anaknya yang kecil dengan tangan kiri dan menggenggam erat tangan anak perempuannya yang terlihat kepayahan membawa kantong plastik berisi jajanan murah dan juga air dalam botol plastik usang. Melihat anaknya yang kesusahan, ia berinisiatif mengambil alih kantong plastik yang ternyata cukup berat.

"Ini, pegang baju ibu. Ingat ya Nak, jangan dilepaskan," titahnya lembut.

Anak perempuan itu mengangguk senang. Bisa kuterka, ia sudah tidak sabar untuk segera menaiki kereta.

"Kereta kita yang mana Bu?" tanyanya. Sayangnya, karena situasi yang mulai ramai, pertanyaannya tidak berbalas jawaban. Ketiganya berjalan pelan menuju sisi rel yang masih terlihat lowong.

"Bu, kereta kita yang mana?" tanyanya lagi.

Wanita itu tersenyum dan meletakkan kantong plastik yang dibawanya ke lantai. "Kereta kita belum datang Nak, nanti keretanya akan berjalan pada rel ini," tunjuknya. "Sabar ya?"

Anak itu mengangguk dengan masih memegang ujung baju ibunya.

"Kalung, kalung. Kalung cantiknya untuk anak yang juga cantik," tawar seorang pedagang aksesoris yang melewati mereka. Sontak, wanita itu menatap ke arah wajah putrinya dan melihat jika wajah putrinya itu kembali berbinar.

"Berapa pak?" tanyanya pada penjual.

"Lima ribu saja Bu, untuk penglaris pagi-pagi."

Tanpa menawar, wanita itu mengulurkan uang seharga kalung. Kalung yang ia terima, dipakaikan segera di leher anak perempuannya.

"Makasi ya Bu, kalungnya bagus," ucap bocah itu seraya memegang kalungnya. Lagi-lagi wanita itu tersenyum bahagia melihat kebahagiaan anaknya. Sejatinya, rasa seorang ibu terletak pada anak-anaknya. Mereka bisa merasakan hal yang sama berkali lipat dari yang dirasakan sang anak. Baik itu bahagia ataupun sedih.

***

Kereta yang mereka tunggu sudah terlihat dari jauh, dengan tidak sabar, sang anak menarik baju wanita itu.

"Sabar Nak, tunggu keretanya berhenti ya?" ucap wanita itu lembut.

Kondisi pinggir rel yang tadinya lowong seketika penuh sesak oleh penumpang yang akan naik. Dengan cepat, wanita itu mengambil kantong plastik yang ia letakkan di lantai dengan tangan kiri. Tangan kanannya memindahkan pegangan sang anak dari bajunya ke genggaman.

"Jangan buru-buru ya, sabar saja," ucapnya diantara hiruk pikuk para penumpang.

Penumpang lain yang tidak sabar, mendekati pintu kereta yang baru saja berhenti. Beberapa kali pegangan wanita itu terlepas dari tangan anaknya karena desakan penumpang dari belakang. Arus penumpang yang turun dan yang akan naik semakin membuat mereka terperangkap dalam penumpang yang berdesakan. Karena hal ini juga, bocah laki-laki dalam gendongan wanita itu menangis. Wanita itu kembali memindahkan pegangan sang anak perempuan kembali ke bajunya, dengan tangan yang sekarang kosong, ia mengipasi bocah dalam gendongannya dengan ujung kain gendongan. Tanpa ia sadari, anak perempuannya sudah berjalan mendekati pintu kereta dengan mata berbinar.

***

"Ayo Nak," ucap wanita itu menunduk. Batinnya mencelos saat tidak menemukan sang anak di sampingnya. Dengan panik ia melihat berkeliling dan berjalan menjauhi rel. Ia mengira jika anaknya terbawa arus desakan dari penumpang yang baru saja turun. Ia kembali mencari dan bertanya pada beberapa pedagang asongan. Gelengan yang ia terima membuat matanya mulai berkaca-kaca.

"Tolong pak, anak saya hilang," ucapnya panik pada beberapa pedagang. Dengan sigap, para pedagang itu bangkit dan membantu wanita itu mencari sang anak. Di tengah kepanikannya, Ia berjalan cepat ke sana ke sini untuk mencari.

"Tolong, anak saya hilang! Anak saya hilang!" ucapnya keras.

Para petugas stasiun dan beberapa penumpang yang peduli ikut membantunya mencari, beberapa yang lain menatapnya sinis dan mulai menyalahkan kecerobohannya.

"Ibu bo*doh. Lagi rame gini bukannya dipegang yang bener."

"Anaknya hilang."

"Itu sih ibunya yang salah."

"Ibunya yang gob*log."

"Ibunya bo*doh sih."

Gumaman-gumaman yang ia dengar menghantam dadanya keras. Ia luruh di lantai dengan sang bocah laki-laki yang masih berada dalam gendongan. Tidak lama, peluit tanda kereta akan berangkat berbunyi. Ia menatap nanar ke arah kereta yang sebentar lagi akan bergerak. Membayangkan jika kejutannya berakhir pahit, ia pun histeris dalam tangis.

"Tolong saya, anak saya hilang! Tolong! Anak saya hilang!" ucapnya berkali-kali sebelum akhirnya pingsan.

***

Wanita itu kembali datang ke sini setiap dua minggu sekali dengan anak laki-laki dalam dekapannya. Dengan gontai ia mulai berkeliling menelusuri rel untuk mencari anak perempuannya yang hilang. Ia selalu kembali ke tempat ini. Tempat dimana ia dipisahkan secara paksa dari anak perempuannya tersayang. Sang anak laki-laki, yang semakin lama semakin besar selalu menemani wanita itu.

***

Lima belas tahun berlalu dengan kunjungan setiap dua minggu sekali oleh wanita yang sudah menua itu beserta anaknya. Lima belas tahun sudah dilewatinya dengan harapan dan keyakinan jika ia akan menemukan putrinya yang hilang. Matanya selalu nanar melihat kereta yang datang, seolah berharap anak perempuannya akan datang dan turun dari kereta itu.

***

Kereta dari luar kota memasuki tempat ini dengan perlahan. Wanita itu kembali bangkit untuk melihat jika ada sosok anak perempuannya turun dari kereta. Waktu terasa berhenti untuknya, ia masih membayangkan jika sosok anaknya masih sama seperti saat menghilang. Anak laki-laki yang duduk di kursi tunggu penumpang menggenggam tangannya erat seolah memberi kekuatan. Harapannya terkikis sedikit demi sedikit melihat tidak ada sosok sang anak dari semua penumpang yang turun.

"Pulang Bu?" ajak anak laki-lakinya seraya berdiri. Wanita itu mengangguk dan mulai berjalan menuju pintu keluar saat dengan tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang.

Seorang gadis menunduk memungut barang-barang yang dijatuhkannya, dengan perlahan wanita itu ikut memungut dengan maksud menolong. Matanya terbelalak melihat kalung yang dipakai gadis itu.

"Terima kasih, Bu," gadis itu mengangkat wajahnya dan terkejut.

Tanpa bicara, wanita itu menyentuh dan melihat dengan seksama kalung tersebut dan secara tiba-tiba ingatannya membawa ia kembali ke masa lima belas tahun yang lalu. Kalung itu serupa dengan kalung yang pernah dibelikannya untuk sang anak.

"Nak?" tanyanya lirih.

Gadis di hadapannya menangis dan memeluknya erat. "Akhirnya ketemu," bisiknya terisak. "Bu, ini Mina."

Wanita itu kehilangan kekuatannya dan luruh dalam dekapan sang anak. Lima belas tahun yang dilaluinya dengan nelangsa, mendapat akhir yang membahagiakan. Sang adik ikut memeluk mereka berdua dan larut dalam kesenduan tangis.

***

Setelah hari itu, wanita tersebut tidak pernah lagi datang karena penantiannya sudah berbuah manis. Sudah saatnya dia berhenti dan menikmati waktu bersama anak-anaknya. Tanpa ia tau, aku menjadi saksi bisu bagaimana hampir setiap bulan, gadis bernama Mina itu datang ke sini untuk mencarinya. Selama lima belas tahun, takdir belum mengijinkan mereka untuk bertemu, walaupun nyatanya mereka berada di tempat yang sama dan aku berteriak keras sekuat tenaga untuk memberitahu mereka. Beginilah nasibku, aku ada hanya untuk menjadi saksi bisu atas perjalanan manusia yang diwarnai banyak rasa. Aku, si Stasiun.

Terpopuler

Comments

Pisen

Pisen

🥲🥲🥲🥲🥲
ah banjir

2024-07-22

1

Pisen

Pisen

ah meleleh

2024-07-22

1

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

othor lagi nabur bawang..😭😭 perjuangan dan penantian ibu dan anak yg tak pernah lelah selama 15 thn, hingga takdir mempertemukan mereka pd satu titik pada satu waktu..

2023-01-01

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!