Davian menarik kursi dengan satu tangannya, kemudian mendudukan Ayuna disana.
"Kamu duduk disini, Om akan memasak dulu," ucap Davian mengacak rambut Ayuna.
Davian berjalan menjalan meninggalkan Ayuna menuju ke dapur, yang letaknya tidak jauh dari ruang makan dimana tadi dia meminta Ayuna duduk menunggunya.
Davian mengambil celemek dan memakainya, menoleh sebentar ke arah Ayuna yang kini sedang menopang dagu memperhatikannya. Davian tersenyum dan Ayuna pun membalas senyumannya.
Davian mengambil wajan dan menyalakan kompor memulai memasak untuk keponakannya tersayang.
Ayuna memperhatikan Davian yang kini memotong sayuran, bahkan Ayuna memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri mengikuti gerakan Davian, Ayuna tersenyum melihat itu. Tak menuruti ucapan Davian, kini Ayuna mendorong ke belakang kursi yang tadi didudukinya. Bangun dan berjalan mengendap-endap menghampiri Davian yang terlihat serius dengan peralatan memasaknya.
Ayuna berjinjit dan mengintip, "Om Yuna sedang memasak apa?" Tanyanya kemudian.
"Ayuna kau membuat Om terkejut saja," Davian memegang dadanya.
"Hehe maaf Om, sini Ayuna bantu!" Ayuna merebut spatula dari tangan Davian.
"Tidak perlu Ayuna, kamu duduk saja, lihatlah kamu memegangnya saja salah seperti itu," Davian hendak merebut kembali tapi dengan cepat Ayuna menghentikannya.
"Bagaimana kalau Om ajarin Yuna," kata Yuna penuh harap.
Davian menghela nafasnya, kemudian tangan kanannya membantu Ayuna memegang spatula dengan benar, hingga tangan kanan Davian kini berada di atas tangan Ayuna.
Ayuna melirik ke belakang dimana tangan kiri Davian berada, dengan perlahan Ayuna meraih tangan kiri Davian dan melingkarkan di pinggangnya.
Davian tersentak saat tiba-tiba Ayuna meraih tangan satunya yang bebas dan melingkarkan di pinggang gadis itu. Davian hendak menariknya tapi Ayuna dengan kuat menahannya, hingga Davian pun pasrah, jangan sampai mereka jadi ribut apalagi di depan kompor yang menyala.
Sementara itu debaran jantung Ayuna semakin cepat, apalagi merasakan hembusan nafas Davian yang terasa menggelitik tengkuknya.
"Harum," ucap Davian tanpa sadar, hingga membuat Ayuna menoleh dan cup tanpa sengaja bibir Ayuna menempel tepat di bibir Davian.
Davian begitu terkejut dan segera menarik dirinya menjauh dari Ayuna yang juga sama terkejutnya. Davian menatap Ayuna yang juga berbalik badan menatapnya. Davian mematikan kompor dan segera berlalu meninggalkan Ayuna.
Ayuna memegang dadanya, jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya, Aluna mengangkat tangannya dan memegang bibirnya, walaupun tadi hanya sekilas, tapi Ayuna masih merasakan betapa lembut bibir Davian, mengingat itu, Ayuna tiba-tiba tersenyum sendiri.
Rasa lapar Ayuna hilang begitu saja, gadis itu segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya, dirinya akan bersiap-siap untuk berangkat sekolah,
Sesampainya di kamar Ayuna langsung menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Ayuna menghentak-hentakkan kakinya di atas tempat tidurnya.
"Mencium Om Davian, senang sekali rasanya, yeah aku mencium Om Davian, rasanya ingin lagi…" Ayuna menutupi wajahnya dengan bantal tak lama dirinya bangun dan memukul-mukul bantal tadi membayangkan jika dia akan kembali mencium om kesayangannya.
Ayuna kemudian meletakkan bantal di sampingnya turun dari ranjang dan menuju kamar mandi, gadis itu terus saja bersenandung, mengingat hari ini adalah hari keberuntungannya karena bisa mencium Davian, bukan pipi atau kening melainkan bibir pria itu.
Selesai bersiap Ayuna berjalan menuruni tangga dan berlalu begitu saja berjalan keluar.
"Sarapan dulu!" Kata Davian dari arah belakangnya.
Ayuna menoleh dan melihat wajah Davian, tidak, lebih tepatnya melihat bibir pria itu, membuat wajah Ayuna memerah bahkan pipinya terasa panas apalagi mengingat ciuman tadi. Davian kini sudah rapi dan terlihat tampan dengan setelan jasnya.
"Tidak Om, Yuna sudah tidak lapar, jadi Ayuna langsung berangkat saja," tolak Ayuna, saat ini Ayuna tidak tahu harus bagaimana bersikap hingga dia pun mencoba menghindar dari Davian untuk sementara waktu, lebih tepatnya hari ini saja.
Davian yang tidak suka mendengar penolakan Ayuna, berjalan menghampiri Ayuna dan menarik tangan gadis itu menuju ruang makan dan menyuruhnya duduk dan sarapan lebih dulu sesampainya disana.
"Makan! Setelah itu, Om akan mengantarmu," ucap Davian kembali meninggalkan Ayuna.
Ayuna menekuk wajahnya, bagaimana bisa Davian meninggalkannya dan membiarkannya makan sendiri.
Dengan malas, Ayuna mengambil sendok dan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya tidak semangat. Begitu selesai, Ayuna segera berjalan keluar menuju ke mobil Davian, dimana om nya itu sudah menunggunya di dalam mobil.
Ayuna masuk ke dalam mobil dan Davian segera melajukannya menuju ke sekolah Ayuna lebih dulu. Di dalam mobil Ayuna terus saja menatap Davian yang hanya diam saja. Davian terlihat marah tapi Ayuna sama sekali tidak tahu apa yang membuat om kesayangannya itu marah sampai mendiamkannya.
"Om kenapa?" Tanya Ayuna yang tidak bisa terus didiamkan.
Davian menoleh ke arah Ayuna sekilas kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya.
"Sudah sampai," kata Davian datar.
"Om…"
"Nanti kamu terlambat Ayuna," ujar Davian dan Ayuna pun terpaksa turun.
Begitu Ayuna sudah benar-benar turun, Davian segera melajukan kembali mobilnya menuju ke kantor.
...
Davian turun dari mobil yang langsung disambut Reza asistennya. Dengan langkah tegap, Davian melewati begitu saja karyawan yang menyapanya tanpa membalas sapaan mereka. Reza sang asisten berjalan di belakangnya mengangguk menjawab sapaan karyawan mewakili Davian.
Davian masuk ke dalam ruangannya, berjalan menuju ke kursi kebesarannya dan duduk disana.
"Katakan apa saja jadwalku hari ini, oh ya laporan yang saya minta kemarin apa sudah disiapkan?"
"Sudah Pak," jawab Reza dan pria itu pun membacakan jadwal Davian tanpa terlewat sedikitpun.
"Dan ini laporan yang kemarin Anda minta," Reza menyerahkan map berisi laporan permintaan Davian.
"Baiklah, dan kau bisa melanjutkan pekerjaanmu, dan jangan biarkan ada seorangpun masuk, saya sedang sibuk dan tidak ingin diganggu," peringat Davian, dan Reza mengangguk kemudian berlalu keluar.
Sepulang sekolah, Ayuna datang ke kantor Davian. Ayuna ingin mengajak om nya untuk makan siang di luar bersama sekalian menanyakan apa yang membuat Davian tiba-tiba mendiamkannya.
"Om Reza, Om Davian mana?" Tanya Yuna menghampiri seorang pria yang kini sedang berkutat dengan laptopnya.
"Oh Ayuna, ada kok om kamu, dia ada di dalam, sibuk dan tidak mau diganggu," Reza mengangkat wajahnya, melihat siapa yang datang.
"Ya sudah Yuna masuk dulu ya Om," pamit Ayuna pada Reza, kemudian Ayuna berjalan menjauh dari meja Reza menuju ke ruangan Davian.
Reza mengangguk, tapi kemudian gerakan tangannya yang menari diatas keyboard terhenti saat mengingat ucapan Davian yang mengatakan tidak ingin diganggu siapapun.
"Ayuna tung…" ucapan Reza terhenti saat melihat Ayuna sudah lebih dulu masuk ke ruangan bosnya.
Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, hingga tak lama pria itu mengedikan bahunya dan yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja, karena bagaimanapun orang yang menerobos masuk adalah keponakan yang sangat disayangi bosnya.
Semenatara itu di dalam ruangan, Davian berteriak saat tiba-tiba ada seseorang yang masuk.
"Saya sudah bilang tidak ingin diganggu!"
"Om Davian!" Ayuna terkejut mendengar suara Davian yang berteriak padanya. Bahkan mata gadis itu sudah berkaca-kaca.
"Ayuna, ternyata kamu," Davian buru-buru bangun begitu melihat Ayuna yang sudah hampir saja menangis.
"Yuna maafkan Om, Om kira tadi Reza," kata Davian menyesal.
"Om itu kenapa sih sebenarnya dari pagi? Om diemin Yuna, om juga tadi bentak Yuna," air mata Yuna jatuh juga pada akhirnya, karena baru kali ini dia mendengar suara Davian yang bersuara tinggi padanya.
"Tidak apa-apa, biasa hanya masalah kerjaan, Om tidak mendiamkan kamu kok, dan tadi om bukan bermaksud membentak kamu, tapi pada Reza yang tidak baik dalam bekerja," Davian menghapus air mata Yuna yang hampir membasahi seluruh wajah gadis itu.
"Jadi Om tidak marah sama Ayuna?"
Davian menggeleng dan memeluk Ayuna. Jika tidak memeluknya, Davian yakin jika Ayuna pasti akan menganggapnya marah.
"Oh ya kenapa kamu kemari tidak menghubungi Om dulu?" Davian merangkul Ayuna dan membimbingnya duduk di sofa yang ada di ruangannya.
"Aku tahu om sibuk, jadi ya sudah Ayuna kesini sendiri. Ayuna mau mengajak om untuk makan siang di luar," kata Ayuna penuh harap.
"Baiklah ayo!" Jawab Davian cepat. Pria itu bangun dan mengulurkan tangannya.
Mendapat persetujuan Davian membuat Ayuna begitu senang dan dengan segera menyambut uluran Davian bergelayut manja pada pria itu sampai mereka keluar meninggalkan ruangan Davian menuju ke basement dimana mobil Davian diparkirkan.
"Om yang terbaik," tanpa sadar, Ayuna mencium pipi Davian begitu masuk ke dalam mobil pria itu.
"Ayuna apa yang kau lakukan? Bisa-bisanya kamu sampai kelepasan dan mencium pipi Om Davian," dalam hati Ayuna terus merutuki dirinya sendiri.
Ayuna perlahan menatap ke arah Davian, menunggu tanggapan pria itu.
"Keponakan om rupanya sudah besar," kata Davian tersenyum kemudian mengacak rambut Ayuna.
"Om!" Ayuna menyingkirkan tangan Davian dari kepalanya.
"Ayuna dengarkan om, Ayuna sudah besar, jadi Ayuna jangan seperti ini lagi ya, terutama sama pria lain," tambah Davian memberitahu Ayuna.
Fokus Ayuna bukan ucapan terakhir Davian, melainkan ucapan Davian yang mengatakan dirinya keponakan, yang entah kenapa membuat Ayuna tidak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
jangan2 diem2.oom.sukah sama.ponakan(angkat...kaleeeeee)
2022-09-22
0
Kenzi Kenzi
berarti sama om,boleh dunk....hehehehej
2022-09-22
0