Bab 16 Kwee Lan Sakit

Kwee Lan sakit

Sejak pernikahan Jia Li yang merupakan putrinya telah berlalu, membuat Kwee Lan mulai merasakan kerinduan yang dalam di hati Kwee Lan, sang ayah.

Sang ayah Kwee Lan sangat merindukan putrinya yang merupakan anak kandungnya dari istri pertamanya yang telah tiada bernama Tianba.

"Tuan Kwee Lan, minunlah obat ini dulu supaya tubuh anda lekas sembuh", ucap pria bertopi sincia merah.

"Tidak...", sahut seorang pria paruh baya yang terbaring lemah di atas ranjang tidur Chiho penuh ukiran.

"Bagaimana anda menolak obat ini, tuan !? Sakit anda tidak akan sembuh jika anda tidak meminum obat ini", kata pria bertopi sincia cemas.

"Aku... Aku ingin bertemu Jia Li... Aku merindukan puteri ku itu..., Heng...", sahut Kwee Lan lemah tak berdaya.

"Tuan..., apa yang harus saya lakukan untuk anda, tuan Kwee Lan !?", ucap pria bernama Heng.

"Jemputlah Jia Li pulang, Heng...", sahut Kwee Lan dengan suara lirih.

"Tuan Kwee Lan, tapi saya tidak tahu kediaman nona Jia Li sekarang", ucap Heng.

"Dia tinggal di lembah Moldova... Tolong... Jemput Jia Li pulang ke rumah, Heng...", sahut Kwee Lan.

Kwee Lan jatuh sakit sehingga pelayannya harus menemui keluarga Van Rogh Costel III untuk bertemu Jia Li agar gadis muda itu menjenguk ayahnya yang sakit tetapi dia tidak tahu keberadaan rumah keluarga bangsawan itu karena memang letak kediaman Van Rogh Costel III yang berada jauh di lembah Moldova.

Di perjalanan menuju lembah Moldova...

Terlihat kedua pria berpakaian Cheongsam lengkap dengan topi sincia warna merah tua sedang berjalan kaki di pinggir jalan kota.

"Bagaimana ini kita tidak mengetahui rumah bangsawan Van Rogh Costel III ?", tanya seorang pelayan dengan topi sincia merah.

"Kata tuan Kwee Lan, rumah bangsawan Van Rogh Costel III berada di lembah Moldova", sahut seorang pria yang memakai topi serupa.

"Tapi kita tidak tahu dimana letak lembah Moldova", ucap pria berkumis tipis itu.

"Lebih baik kita terus mencari rumah bangsawan itu dan menjemput pulang nona Jia Li", sahut pria bertopi sincia merah.

"Kita tanyakan saja orang-orang di sekitar sini dan menanyakan dimana letak lembah Moldova itu", kata pria berkumis.

"Baiklah, kita tanyakan kepada orang-orang di daerah sini, mungkin saja mereka mengetahui lembah Moldova itu", sahut pria bertopi sincia.

"Kita tidak mungkin pulang ke kediaman tuan Kwee Lan tanpa kabar apa-apa", ucap pria berkumis tipis.

"Apalagi tuan sedang sakit karena ingin bertemu nona Jia Li", sahut pelayan muda itu.

"Ini juga salah tuan Kwee Lan menikahkan puterinya dengan keluarga bangsawan Van Rogh Costel, dan akhirnya nona Jia Li tidak pernah pulang lagi", ucap pelayan lainnya.

"Jangan berkata yang bukan-bukan, kita sedang berhadapan dengan keluarga bangsawan", sahut pelayan bertopi sincia merah.

"Kenapa Heng ?", tanya pria berkumis tipis.

"Kita bisa kehilangan jati diri kita nanti Ho", sahut pria bernama Heng.

"Aduh ! Sepertinya kita harus lebih berhati-hati kalau berbicara mengenai keluarga bangsawan itu, Heng", sahut Ho.

"Ayo ! Ayo ! Kita segera mencari rumah mertua tuan Kwee Lan", ucap Heng.

"Iya, iya...", sahut pria bernama Ho.

Kedua pria yang merupakan pelayan dari keluarga Kwee Lan melangkahkan kaki mereka menuruni jalan di sebuah kawasan perumahan padat penduduk.

Pria bernama Heng berdiri di depan sebuah kedai makanan yang terletak di pinggir jalan seraya menanyakan kepada seorang perempuan tua yang sedang menjual makanan Mititei.

Heng menanyakan letak lembah Moldova kepada perempuan tua itu.

Perempuan tua penjual Mititei itu lalu menyuruh salah seorang anak buahnya untuk mengantarkan Heng dan Ho ke lembah Moldova.

Mereka menaiki sebuah kendaraan mirip colt bus berwarna oranye yang biasa mereka pakai untuk menjual Mititei keliling.

"Apakah masih jauh letak lembah Moldova ?", tanya Heng pada pria dengan kaos garis-garis putih merah.

"Kita akan sampai setengah jam lagi disana", sahut pria berkaos garis-garis sambil mengemudikan colt busnya.

"Cukup lama juga sampai ke lembah Moldova", sahut Ho yang duduk di kursi penumpang.

"Kalian akan pergi ke tempat siapa di lembah Moldova ?", tanya pria berkaos garis-garis.

"Kami hendak mengunjungi kediaman tuan Van Costel IV", sahut Heng.

"Tuan kami sedang sakit parah karena itu kami hendak menjemput puterinya untuk pulang ke rumah", ucap Ho menerangkan.

"Apa yang kalian katakan tidak salah ?", tanya pria berkaos itu.

Heng dan Ho saling berpandangan penuh tanda tanya dengan ucapan pria berkaos garis-garis putih merah.

"Maaf, apa maksud anda ? Kami tidak mengerti", kata Heng kemudian.

"Bukankah desas-desusnya bahwa tuan Van Costel IV sudah meninggal beberapa tahun yang lalu !?", sahut pria berkaos itu.

Heng dan Ho semakin kebingungan dengan perkataan pria berkaos garis-garis itu yang menyebutkan bahwa Van Costel IV telah tiada.

"Meninggal ?", ucap Heng dan Ho kompak.

"Iya...", sahut pria berkaos itu.

"Oh Tuhan ! Bagaiamana mungkin itu bisa terjadi !?", kata Heng ketakutan.

"Kenapa ?", tanya pria berkaos garis-garis itu menjadi bingung. "Apakah puteri tuan kalian ada hubungannya dengan keluarga bagsawan Van Costel IV ?", sambungnya.

Heng dan Ho kembali saling berpandangan dengan kebingungan, mereka semakin tidak mengerti dengan cerita dari pria berkaos garis-garis itu.

"Ho, apakah kita harus mengatakannya ?", bisik Heng pelan.

"Katakan saja bahwa nona kita sedang berbisnis dengan tuan Van Costel IV", sahut Ho sambil berbisik-bisik di telinga Heng.

"Lalu untuk apa kita menjemput nona ?", tanya Heng.

"Katakan saja bahwa nona belum pulang dari rumah Van Costel karena terjebak hujan badai", sahut Ho.

"Apakah ada hujan badai saat ini ?", tanya Heng.

"Lalu alasan apa yang harus kita katakan padanya, mana mungkin kita katakan bahwa nona kita menikah dengan orang mati, Heng !?", sahut Ho berbisik pelan.

"Apa yang harus kita katakan sekarang, Ho !?", lanjut Heng menjadi pucat pasi.

"Entahlah..., aku tidak tahu, Heng ! Rasanya ubun-ubun ku telah pindah ke neraka sekarang...", sahut Ho panik.

Heng dan Ho kehilangan akal untuk menjawab pertanyaan pengemudi colt bus itu dan akhirnya mereka hanya terdiam.

"Kenapa kalian tidak menjawab ku ? Ada apa ?", tanya pria berkaos itu.

"Ehk ! Tidak apa-apa, kami hanya sedang berdiskusi saja, bagaimana cara kami untuk kembali pulang ke rumah dari lembah Moldova nanti", sahut Heng cepat-cepat.

"Oh..., kalau masalah itu, kalian naik saja kendaraan umum di atas lembah Moldova yang datangnya malam hari", ucap pengemudi colt bus.

"Ma-malam hari...", sahut Heng gugup.

"Benar, biasanya kendaraan umum yang datang ke daerah lembah Moldova pasti di malam hari atau tengah malam", ucap pria berkaos itu.

"Apakah tidak ada jalur kendaraan lainnya yang lebih cepat ?", tanya Ho.

"Ada, kalian bisa naik kereta tetapi harus memesan karcisnya sebelum kalian datang ke lembah Moldova", sahut pria itu.

"Kami tidak tahu hal itu", kata Ho.

"Jika kalian ketinggalan kendaraan umum di malam hari, kalian bisa menginap di villa dekat sumur tua yang ada di tengah pusat lembah Moldova", sahut pria berkaos itu.

"Eh..., iya..., iya...", kata Ho.

Pengemudi colt bus itu lalu memutar kendaaraannya menuruni jalan landai di lembah Moldova.

Terlihat beberapa toko makanan berderet di sepanjang jalan.

"Sebentar, aku mau turun untuk bertanya pada salah satu pemilik toko", kata pria berkaos garis-garis itu.

"Apa yang kamu hendak tanyakan ?", tanya Heng buru-buru.

"Aku akan bertanya dimana letak rumah bangsawan Van Costel IV pada salah satu pemilik toko disini", sahut pengemudi colt bus.

"Aku ikut turun dengan mu untuk bertanya kepada pemilik toko", kata Heng.

"Aku juga, aku akan ikut kalian turun dan bertanya", ucap Ho.

Mereka bertiga lalu turun dari dalam colt bus menuju salah satu toko yang terletak di jalan lembah Moldova.

Suasana di lembah Moldova sangat tenang sekali, dan ditunjang udaranya yang sangat sejuk serta masih alami.

Mereka memasuki sebuah toko makanan dan bertanya pada pemilik toko mengenai letak rumah Van Costel IV.

Hampir sekitar satu jam mereka bertiga berada di dalam toko makanan itu.

Tak lama kemudian mereka keluar dari dalam toko makanan menuju ke colt bus yang tadi mereka naiki.

"Ada acara pesta pernikahan di sebuah rumah megah yang letaknya di bawah lembah Moldova", ucap pria berkaos garis-garis putih merah itu.

"Iya, sebaiknya kami segera ke tempat itu dengan berjalan kaki saja", sahut Heng.

"Kenapa kalian harus berjalan kaki ? Aku akan mengantarkan kalian berdua sampai ke rumah Van Costel IV, jangan sungkan !", ucap pria berkaos itu.

"Tidak ! Tidak, kami ucapkan banyak terimakasih pada mu karena telah mengantarkan kami hingga ke lembah Moldova", jawab Heng sambil memberikan sekantung kain kecil berisi uang kepada pria berkaos itu.

"Ayolah ! Jangan sungkan pada ku, aku akan menganyarkan kalian sampai ke sana !", sahut pria berkaos itu.

Akhirnya mereka pergi menuju kediamaan rumah Van Costel IV yang tengah mengadakan pesta pernikahan yang meriah serta mewah.

Heng dan Ho lalu turun dari colt bus oranye yang mengantar mereka, dan keduanya segera berjalan ke arah rumah Van Costel IV.

"Apakah kita akan masuk kesana Heng ?", tanya Ho.

"Tentu Ho, kita harus bertemu nona Jia Li dan memberitahukan kabar berita bahwa ayahnya tengah sakit saat ini", jawab Heng.

Terpopuler

Comments

𝔸𝕥𝕥𝕒 ልዪሃልፕጎ

𝔸𝕥𝕥𝕒 ልዪሃልፕጎ

lanjoooottt

2022-10-27

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pernikahan Aneh
2 Bab 2 Pulau Terpencil Di Laut Hitam
3 Bab 3 Cinta Van Costel IV
4 Bab 4 Suamiku Hantu
5 Bab 5 Hati Yang Terluka
6 Bab 6 Rayuan Pulau Terpencil
7 Bab 7 Perayaan Festival Samhain
8 Bab 8 Ramalan Gael
9 Bab 9 Pertemuan Antar Klan Bangsawan
10 Bab 10 Cinta Bersemi Di Hati Jia Li
11 Bab 11 Aroma Bunga Plum
12 Bab 12 Kemampuan Tersembunyi
13 Bab 13 Serigala Milik Van Costel IV
14 Bab 14 Chyou
15 Bab 15 Melupakan Rumah
16 Bab 16 Kwee Lan Sakit
17 Bab 17 Jingmi
18 Bab 18 Laoshi
19 Bab 19 Pertentangan Kwee Lan
20 Bab 20 Perburuan Dalca II
21 Bab 21 Kecurigaan Van Costel IV
22 Bab 22 Siasat Jingmi
23 Bab 23 Keterkejutan Jia Li
24 Bab 24 Bujuk Rayu Dalca II
25 Bab 25 Mengatur Strategi
26 Bab 26 Heng Dan Ho
27 Bab 27 Istana Oranye
28 Bab 28 Siluman Hoia Baciu
29 Bab 29 Heng menjadi Hantu
30 Bab 30 Memasuki istana oranye
31 Bab 31 Bertemu Dalca II
32 Bab 32 Menghadapi Dalca II
33 Bab 33 Lari
34 Bab 34 Melepas Ho
35 Bab 35 Kediaman Van Costel IV
36 Bab 36 Ciuman Hangat
37 Bab 37 Kabar
38 Bab 38 Penyelidikan
39 Bab 40 Mengejutkan
40 Bab 41 Menemukan sesuatu
41 Bab 42 Hal Memalukan
42 Bab 43 Menjelang Malam Kelima belas
43 Bab 44 Aku menemukan cintaku
44 Bab 45 Malam Kelima Belas
45 Bab 46 Bersama Denganmu
46 Bab 47 Bunga Plum Yang Bekerja
47 Bab 48 Kaulah Segalanya
48 Bab 49 Tertidur Bersamamu
49 Bab 50 Hutan Hoia Baciu
50 Bab 51 Pasukan Elit Antolin Lucian
51 Bab 52 Penyerangan Di Istana Oranye
52 Bab 53 Hari Yang Berwarna
53 Bab 55 Kabar Dari Antolin Lucian
54 Bab 54 Salju Pertama ku ini
55 Bab 55 Dua Puluh Tahun Yang Lalu
56 Bab 56 Kilas Balik Kehidupan Van Costel IV
57 Bab 57 Medan Pertempuran
58 Bab 58 Kematian
59 Bab 59 Kisah Yang Berulang
60 Bab 60 Xia He
61 Bab 61 Lembah Plum
62 Bab 62 Pecahnya Lembah plum
63 Bab 63 Perkelahian
64 Bab 64 Sosok Yang Mengikuti
65 Bab 65 Jembatan Dosa
66 Bab 66 Violet
67 Bab 67 Lembah Ngarai
68 Bab 68 Kunjungan Dimitri
69 Bab 67 Pesta Fantasi
70 Bab 68 Malam Seribu Cahaya
71 Bab 69 Rayuan Lembah Ngarai
72 Bab 70 Misteri
73 Bab 71 Bola Kaca Yang Berarti
74 Bab 72 Sebuah Percakapan
75 Bab 73 Pasar Lembah Ngarai
76 Bab 76 Transaksi Ilegal
77 Bab 77 Perebutan
78 Bab 78 Taruhan
79 Bab 79 Yunlong Jian
80 Bab 80 Berbicara pada Yunlong Jian
81 Bab 81 Sepasang Yunlong Jian
82 Bab 82 Menyembuhkan
83 Bab 83 Penawar Racun
84 Bab 84 Pembunuh Suruhan Dalca II
85 Bab 85 Dua Pembunuh Tangguh
86 Bab 86 Kedahsyatan Yunlong Jian
87 Bab 87 Dimitri
88 Bab 88 Saung Yang Indah
89 Bab 89 Bertemu Pria Berjirah Emas
90 Bab 90 Pasukan Emas Puternic
91 Bab 91 Anggota Lima Inti Pasukan Emas Puternic
92 Bab 92 Dua Dari Yang Terkuat
93 Bab 93 Bisikan Jia Li
94 Bab 94 Iblis Itu Bersemayam
95 Bab 95 Apa Di Dalam Pikiran mu
96 Bab 96 Rahasia Ratu Timur
97 Bab 97 Pusaka Itu
98 Bab 98 Senjata Baru
99 Bab 99 Kelam
100 Bab 100 Sambutan Siluman Api
101 Bab 101 Pertempuran Fantastik
102 Bab 102 Tidak Ada Waktu Untuk Menderita
103 Bab 103 Bukan Main-Main
104 Bab 104 Sembilan Nyawa Siluman Api
105 Bab 105 Bahaya Datang
106 Bab 106 Kabur
107 Bab 107 Meninggalkan Seutas Asa
108 Bab 108 Ledakan Hebat
109 Bab 109 Hantu Heng
110 Bab 110 Tempat Para Siluman Tinggal
111 Bab 111 FIRASAT ITU !
112 Bab 112 Amukan Dalca II
113 Bab 113 Kecemburuan Pingyin
114 Bab 114 Perasaan Yang Kacau
115 Bab 115 Pertemuan itu
116 Bab 116 Lentera Hitam
117 Bab 117 Kembali Ke Rumah
118 Bab 118 Festival Tahun Baru
119 Bab 119 Ruang Bawah Tanah
120 Bab 120 Pelindung Ratu Timur
121 Bab 121 Kemarahan Jia Li
122 Bab 122 Kekaguman
123 Bab 123 Cinta Pertama
124 Bab 124 Dahsyatnya Aura Jia Li
125 Bab 125 Hanya Bayangan !?
126 Bab 126 Kepedihan Van Costel IV
127 Bab 127 Informan Rahasia
128 Bab 128 Perjalanan Ini
129 Bab 129 Tasbih Sakti Milik Guru Sorin
130 Bab 130 Pelukan Hangat
131 Bab 131 Kaburnya Dalca II
132 Bab 132 Menghadapi Siluman Besar
133 Bab 133 Siluman Penjaga Istana
134 Bab 134 Sekantung Serbuk Ajaib
135 Bab 135 Malam Panjang Di Istana Musuh
136 Bab 136 Kisah Jebakan Tasbih
137 Bab 137 Tiga Perempuan Bercaping Merah
138 Bab 138 Bola Roda Berduri Mematikan
139 Bab 139 Terpaksa Pergi
140 Bab 140 Kehilangan Jejak
141 Bab 141 Percakapan Di Malam Hari
142 Bab 142 Pergulatan Batin
143 Bab 143 Mencari Solusi
144 Bab 144 Datangnya Tiga Orang Bercaping Merah
145 Bab 145 Hidangan Kecil Penginapan
146 Bab 146 Ketidakberdayaan
147 Bab 147 Sebuah Saran Penting
148 Bab 148 Saatnya Pergi
149 Bab 149 Penginapan
150 Bab 150 Adanya Petunjuk
151 Bab 151Berhasil Kabur
152 Bab 152 Lawan Yang Tangguh
153 Bab 153 Terbakarnya Penginapan
154 Bab 154 Negeri Tirai Pelangi
155 Bab 155 Guru Ulea
156 Bab 156 Suatu Rahasia
157 Bab 157 Permintaan Tulus
158 Bab 158 Asa Itu Ada
159 Bab 159 Danau Pelangi
160 Bab 160 Penghuni Danau Pelangi
161 Bab 161 Serangan Tak Terduga
Episodes

Updated 161 Episodes

1
Bab 1 Pernikahan Aneh
2
Bab 2 Pulau Terpencil Di Laut Hitam
3
Bab 3 Cinta Van Costel IV
4
Bab 4 Suamiku Hantu
5
Bab 5 Hati Yang Terluka
6
Bab 6 Rayuan Pulau Terpencil
7
Bab 7 Perayaan Festival Samhain
8
Bab 8 Ramalan Gael
9
Bab 9 Pertemuan Antar Klan Bangsawan
10
Bab 10 Cinta Bersemi Di Hati Jia Li
11
Bab 11 Aroma Bunga Plum
12
Bab 12 Kemampuan Tersembunyi
13
Bab 13 Serigala Milik Van Costel IV
14
Bab 14 Chyou
15
Bab 15 Melupakan Rumah
16
Bab 16 Kwee Lan Sakit
17
Bab 17 Jingmi
18
Bab 18 Laoshi
19
Bab 19 Pertentangan Kwee Lan
20
Bab 20 Perburuan Dalca II
21
Bab 21 Kecurigaan Van Costel IV
22
Bab 22 Siasat Jingmi
23
Bab 23 Keterkejutan Jia Li
24
Bab 24 Bujuk Rayu Dalca II
25
Bab 25 Mengatur Strategi
26
Bab 26 Heng Dan Ho
27
Bab 27 Istana Oranye
28
Bab 28 Siluman Hoia Baciu
29
Bab 29 Heng menjadi Hantu
30
Bab 30 Memasuki istana oranye
31
Bab 31 Bertemu Dalca II
32
Bab 32 Menghadapi Dalca II
33
Bab 33 Lari
34
Bab 34 Melepas Ho
35
Bab 35 Kediaman Van Costel IV
36
Bab 36 Ciuman Hangat
37
Bab 37 Kabar
38
Bab 38 Penyelidikan
39
Bab 40 Mengejutkan
40
Bab 41 Menemukan sesuatu
41
Bab 42 Hal Memalukan
42
Bab 43 Menjelang Malam Kelima belas
43
Bab 44 Aku menemukan cintaku
44
Bab 45 Malam Kelima Belas
45
Bab 46 Bersama Denganmu
46
Bab 47 Bunga Plum Yang Bekerja
47
Bab 48 Kaulah Segalanya
48
Bab 49 Tertidur Bersamamu
49
Bab 50 Hutan Hoia Baciu
50
Bab 51 Pasukan Elit Antolin Lucian
51
Bab 52 Penyerangan Di Istana Oranye
52
Bab 53 Hari Yang Berwarna
53
Bab 55 Kabar Dari Antolin Lucian
54
Bab 54 Salju Pertama ku ini
55
Bab 55 Dua Puluh Tahun Yang Lalu
56
Bab 56 Kilas Balik Kehidupan Van Costel IV
57
Bab 57 Medan Pertempuran
58
Bab 58 Kematian
59
Bab 59 Kisah Yang Berulang
60
Bab 60 Xia He
61
Bab 61 Lembah Plum
62
Bab 62 Pecahnya Lembah plum
63
Bab 63 Perkelahian
64
Bab 64 Sosok Yang Mengikuti
65
Bab 65 Jembatan Dosa
66
Bab 66 Violet
67
Bab 67 Lembah Ngarai
68
Bab 68 Kunjungan Dimitri
69
Bab 67 Pesta Fantasi
70
Bab 68 Malam Seribu Cahaya
71
Bab 69 Rayuan Lembah Ngarai
72
Bab 70 Misteri
73
Bab 71 Bola Kaca Yang Berarti
74
Bab 72 Sebuah Percakapan
75
Bab 73 Pasar Lembah Ngarai
76
Bab 76 Transaksi Ilegal
77
Bab 77 Perebutan
78
Bab 78 Taruhan
79
Bab 79 Yunlong Jian
80
Bab 80 Berbicara pada Yunlong Jian
81
Bab 81 Sepasang Yunlong Jian
82
Bab 82 Menyembuhkan
83
Bab 83 Penawar Racun
84
Bab 84 Pembunuh Suruhan Dalca II
85
Bab 85 Dua Pembunuh Tangguh
86
Bab 86 Kedahsyatan Yunlong Jian
87
Bab 87 Dimitri
88
Bab 88 Saung Yang Indah
89
Bab 89 Bertemu Pria Berjirah Emas
90
Bab 90 Pasukan Emas Puternic
91
Bab 91 Anggota Lima Inti Pasukan Emas Puternic
92
Bab 92 Dua Dari Yang Terkuat
93
Bab 93 Bisikan Jia Li
94
Bab 94 Iblis Itu Bersemayam
95
Bab 95 Apa Di Dalam Pikiran mu
96
Bab 96 Rahasia Ratu Timur
97
Bab 97 Pusaka Itu
98
Bab 98 Senjata Baru
99
Bab 99 Kelam
100
Bab 100 Sambutan Siluman Api
101
Bab 101 Pertempuran Fantastik
102
Bab 102 Tidak Ada Waktu Untuk Menderita
103
Bab 103 Bukan Main-Main
104
Bab 104 Sembilan Nyawa Siluman Api
105
Bab 105 Bahaya Datang
106
Bab 106 Kabur
107
Bab 107 Meninggalkan Seutas Asa
108
Bab 108 Ledakan Hebat
109
Bab 109 Hantu Heng
110
Bab 110 Tempat Para Siluman Tinggal
111
Bab 111 FIRASAT ITU !
112
Bab 112 Amukan Dalca II
113
Bab 113 Kecemburuan Pingyin
114
Bab 114 Perasaan Yang Kacau
115
Bab 115 Pertemuan itu
116
Bab 116 Lentera Hitam
117
Bab 117 Kembali Ke Rumah
118
Bab 118 Festival Tahun Baru
119
Bab 119 Ruang Bawah Tanah
120
Bab 120 Pelindung Ratu Timur
121
Bab 121 Kemarahan Jia Li
122
Bab 122 Kekaguman
123
Bab 123 Cinta Pertama
124
Bab 124 Dahsyatnya Aura Jia Li
125
Bab 125 Hanya Bayangan !?
126
Bab 126 Kepedihan Van Costel IV
127
Bab 127 Informan Rahasia
128
Bab 128 Perjalanan Ini
129
Bab 129 Tasbih Sakti Milik Guru Sorin
130
Bab 130 Pelukan Hangat
131
Bab 131 Kaburnya Dalca II
132
Bab 132 Menghadapi Siluman Besar
133
Bab 133 Siluman Penjaga Istana
134
Bab 134 Sekantung Serbuk Ajaib
135
Bab 135 Malam Panjang Di Istana Musuh
136
Bab 136 Kisah Jebakan Tasbih
137
Bab 137 Tiga Perempuan Bercaping Merah
138
Bab 138 Bola Roda Berduri Mematikan
139
Bab 139 Terpaksa Pergi
140
Bab 140 Kehilangan Jejak
141
Bab 141 Percakapan Di Malam Hari
142
Bab 142 Pergulatan Batin
143
Bab 143 Mencari Solusi
144
Bab 144 Datangnya Tiga Orang Bercaping Merah
145
Bab 145 Hidangan Kecil Penginapan
146
Bab 146 Ketidakberdayaan
147
Bab 147 Sebuah Saran Penting
148
Bab 148 Saatnya Pergi
149
Bab 149 Penginapan
150
Bab 150 Adanya Petunjuk
151
Bab 151Berhasil Kabur
152
Bab 152 Lawan Yang Tangguh
153
Bab 153 Terbakarnya Penginapan
154
Bab 154 Negeri Tirai Pelangi
155
Bab 155 Guru Ulea
156
Bab 156 Suatu Rahasia
157
Bab 157 Permintaan Tulus
158
Bab 158 Asa Itu Ada
159
Bab 159 Danau Pelangi
160
Bab 160 Penghuni Danau Pelangi
161
Bab 161 Serangan Tak Terduga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!