Dany terbangun dari tidurnya saat menyadari ada yang masuk ke dalam selimut yang sedang menutupi tubuhnya. Dia bahkan bisa merasakan seseorang merangkak naik ke atas ranjang. Dia tahu siapa pelaku yang melakukan hal itu, tanpa perlu dia lihat pun dia sudah bisa menebaknya.
Dany mengusap wajah, sang pelaku yang masuk ke dalam selimut mulai berbaring di sisinya dan memeluknya. Napas berat pun dihembuskan, dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu setiap pagi.
..."Alena!" Dany menyingkap selimut dan berbalik, sudah dia duga....
Sudah sepuluh tahun berlalu, putri sahabat baik yang dia adopsi sudah tumbuh remaja. Gadis manis yang tinggal dengannya, kini menjadi gadis yang begitu cantik. Wajahnya putih mulus bak pualam. Rambut hitamnya sedikit bergelombang yang membuat penampilannya semakin manis. Tapi walau begitu, baginya Alena tetaplah gadis kecil delapan tahun yang dia adopsi sepuluh tahun yang lalu.
Alena tidur dengan pulas sambil memeluknya, dia sudah terbiasa seperti itu karena sedari kecil Dany selalu menemaninya tidur saat dia takut atau saat dia rindu dengan kedua orangtuanya.
..."Alena, sudah aku katakan berapa kali jika kau tidak boleh masuk ke dalam kamarku dan tidur denganku!" ucap Dany kesal....
..."Alena hanya ingin tidur dengan Om Dany sebentar," Alena semakin memeluknya erat, dia juga enggan melepaskannnya....
..."Tapi kau sudah besar dan kau sudah jadi gadis, tidak seharusnya kau tidur dengan Om. Alena harus ingat, bagaimanapun Om seorang laki-laki jadi sebaiknya jangan menyelinap masuk dan tidur dengan om."...
Alena tidak menjawab, Dany menggeleng. Anak muda jaman sekarang kenapa sulit diberi tahu? Sudah sepuluh tahun berlalu, Alena berusia 18 saat ini dan dia sudah 38 tahuh namun sampai sekarang, Dany tidak juga menikah. Dia merasa sudah nyaman hidup sendiri jadi dia tidak mau hidup nyamannya jadi terganggu dengan adanya kehadiran seorang kekasih atau seorang istri.
Dia belum siap menikah, dia belum siap berkomitmen dengan siapa pun karena dia tahu pernikahan itu rumit. Ibunya tentu sudah meributkan hal itu, entah sudah berapa kali ibunya mencoba mengenalkan Dany pada wanita namun tetap saja gagal.
..."Segera bangun jangan sampai terlambat pergi kuliah. Om akan siapkan sarapan," Dany menyingkirkan tangan Alena dan beranjak menuju kamar mandi....
Alena mengambil bantal dan memeluknya, dia kembali tidur dengan nyenyak sampai tidak menyadari jika Dany sudah keluar dari kamar mandi. Lagi-Lagi Dany menggeleng tapi Alena memang selalu seperti itu. Itu pemandangan yang hampir dia saksikan setiap pagi dan rasanya sudah terbiasa.
Dany keluar dari kamar, untuk membuat sarapan. Tidak banyak pelayan di rumahnya karena dia bukan tipe orang yang suka dengan banyaknya orang. Itu juga kegiatan pagi yang sering dia lakukan semenjak Alena tinggal dengannya, entah kenapa jadi terbiasa.
Di saat aroma masakan tercium, Alena pasti akan terbangun dan gadis itu akan memeluknya dari belakang. Benar saja, Alena sudah berada di belakangnya. Langkah gadis itu bahkan tidak terdengar sama sekali.
..."Kebiasaan, pergi mandi dulu sana," ucap Dany....
..."Nanti saja, Om. Alena ingin menyicipi masakan Om Dany terlebih dahulu."...
..."Jorok, setidaknya gosok gigi terlebih dahulu sana. Baunya ngalahin bau terasi harga gopean nih," ucap Dany bercanda....
..."Sembarangan, mana ada terasi harga gopean!" Alena mencoba mencium aroma mulutnya. Uh, gosok gigi dulu deh....
..."Bagaimana, wangi tidak?"...
..."Om Dany tidak sopan, jangan berbicara seperti itu dengan seorang gadis!" Alena berlari pergi masuk ke dalam kamarnya....
Dany terkekeh, pagi seperti itu sudah terasa menyenangkan baginya. Sebab itu dia tidak butuh yang lainnya. Sejak awal dia memang malas menjalin hubungan dengan wanita, perasaan itu semakin dia rasakan setelah Alena tinggal dengannya.
Dua piring sarapan sudah jadi dan berada di atas meja, Alena kembali ke dapur dan terlihat sudah rapi. Dia kembali mendekati Dany untuk memberikan sebuah ciuman di pipi.
..."Selamat pagi, Om," ucapnya....
..."Hari ini pulang jam berapa?"...
..."Ngak tau, Om. Jadwal lagi penuh," Alena duduk di kursi dan meraih segelas susu yang baru saja diletakkan oleh Dany....
..."Ya sudah, belajar yang benar. Jangan banyak bermain dengan teman yang tidak jelas apalagi bergaul dengan pria yang tidak benar!"...
..."Kenapa, Om cemburu ya?" goda Alena....
..."Sembarangan, untuk apa Om cemburu sama anak kecil!" ucap Dany sambil memberikan sebuah sentilan di dahi Alena....
...Alene memekik pelan, "Alena bukan anak kecil lagi!" ucapnya sambil memegangi dahi....
..."Iya, Om tau. Habisin sarapannya, Om mau mandi. Nanti telat ke kantor. Kamu juga cepetan kalau mau ikut!"...
Dany berlalu pergi, meninggalkan Alena yang sedang makan. Pagi yang damai, seperti biasanya. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Dany mengecek ponselnya terlebih dahulu dan mendapatkan sebuah pesan dari ibunya yang memintanya untuk menghubungi ibunya.
Karena dia pikir penting, jadi Dany menghubungi ibunya terlebih dahulu.
..."Ada apa, Mi?" tanya Dany yang saat itu sedang berdiri di depan jendela....
..."Nanti malam kau harus pulang!" ucap ibunya tanpa basa basi....
..."Ada apa? Jika ada yang ingin dibicarakan, bicarakan saja sekarang."...
..."Tidak! Aku ingin mengenalkan dirimu pada seseorang!" ucap ibunya....
..."Lagi-Lagi Mami ingin menjodohkan aku, capek Mi."...
..."Dany!" ibunya berteriak dengan lantang, "Aku ingin kau segera menikah dan memiliki keluarga tapi kau selalu menolak wanita yang aku kenalkan padamu. Berapa usiamu saat ini? Apa kau ingin membujang sampai mati?"...
..."Aku tidak mau menikah, Mi. Pernikahan itu rumit, aku sudah nyaman dengan kehidupanku saat ini!" Dany terdengar kesal karena ibunya tidak juga berhenti menjodohkan dirinya....
..."Kenapa? Apa kau merasa sudah memiliki Alena sehingga kau tidak mau menikah? Ingat, bagaimanapun dia bukan putrimu!" ucap ibunya mengingatkan....
Entah kenapa dia curiga, jangan-jangan Dany tidak mau menikah karena merasa memiliki tanggung jawab yang besar pada Alena karena sumpahnya pada sahabat baiknya.
..."Tidak, semua ini tidak hubungannya dengan Alena."...
..."Pokoknya aku tidak mau tahu, nanti malam kau harus pulang. Ajak Alena sekalian, ada hal penting yang ingin aku bicarakan padanya."...
..."Apa yang ingin Mami bicarakan dengan Alena?" tanya Dany curiga....
..."Kau tidak perlu tahu, pokoknya bawa dia pulang jika sampai kau tidak pulang, aku yang ke rumahmu bersama dengan putri sahabatku. Aku akan menerormu sampai kau mau menemuinya!" ancam ibunya....
..."Tidak perlu mengancam, aku akan pulang nanti malam bersama Alena!" ucap Dany kesal....
..."Bagus, kali ini harus jadi!" setelah berkata demikian, ibunya mengakhiri pembicaraan mereka....
Sepertinya apa yang dia duga sangat benar Dany pasti tidak ingin menikah karena tanggung jawabnya pada Alena. Gadis itu sudah dewasa, sudah saatnya meminta Alena untuk tidak menjadi penghalang bagi Dany. Semoga saja gadis itu mengerti dan semoga saja putranya mengerti sehingg dia mau menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Queen Mother
Wkwkwkwk
2023-06-23
0
Queen Mother
Hadeeehh om Dany dah keburu tuir, udah mw kepala 4 😂😂 siaaan amat Om Dany
2023-06-23
0
Eti
mna lanjutany thor
2022-10-07
0