Red Dress
Adakah bisa yang menggambarkan perasaan Jessy saat ini? Oh ya Tuhan, ambil saja nyawa pria dihadapannya saat ini. Pria yang tengah menusuk-nusuk telur balado buatannya tadi dengan sangat tidak berselera. Apa yang salah dengan masakannya? Dia bahkan menyesal karena tidak mencampur masakannya dengan racun. Biar tewas sekalian pria ini. Demi ibunya yang hebat memasak, kemarin pria itu memuji masakannya, sekarang? Pria itu malah menangkupkan wajahnya diatas meja makan, terlihat sama sekali tidak tertarik dengan makanan dihadapannya yang seolah-olah berteriak "makan aku, aku sangatlah lezat."
Haruskah Jessy menceritakan semuanya dari awal? Menceritakan hal yang membuat sahabatnya, Alfred Rescew untuk pertama kalinya menolak masakan yang sudah dibuat Jessy. Ditambah keadaan kamarnya yang sangat tidak terurus ini-yang mana sangat bertolak belakang dengan sifat ¬perfectsionist dari seorang Alfred-membuat Jessy hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah.
Baiklah, kau harus memperhatikannya, membaca dengan teliti setiap kata-kata selanjutnya.
Alfred sedang patah hati. Sekali lagi Jessy ulangi, PATAH HATI. Dan tahu apa artinya? Neraka bagi Jessy. Mengapa? Karena disaat seorang Alfred sakit hati, Jessy harus benar-benar siap dengan semua tingkah laku yang hanya bisa Jessy mengerti, lebih tepatnya terpaksa untuk Jessy mengerti.
Patah hati karena gadis impiannya lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan kawan sekantornya. Sedih memang, saat semalam Jessy dan pria itu begadang demi memikirkan pendekatan-pendekatan yang akan diluncurkan, esoknya kabar bahwa Mary dan Ronnie berpacaran tersebar disetiap sudut kantor tempatnya bekerja.
Terakhir kali sahabatnya itu patah hati adalah 2 tahun lalu, disaat ia putus dengan Melani. Apa? Kau tidak salah membacanya. Benar, SANGAT BENAR. Melani Andriani, lebih jelasnya penyanyi Indonesia yang cantiknya sangat meneduhkan. Alasannya? Beda negara. Mereka pernah mencoba untuk membina sebuah hubungan jarak jauh, dan demi apapun itu sangat mengganggu Jessy! Ia dijadikan pelampiasan oleh sahabat yang waktu itu tidak mau ia akui sebagai sahabat. Dia menyita hampir seluruh waktu Jessy, tidak di kampus, ditempat kerja paruh waktunya, bahkan di apartemen minimalis Jessy. Gadis itu bahkan tidak bisa menjalankan aksi pendekatannya dengan senior tampan yang sering memerhatikannya karena keberadaan pria tidak tahu malu itu-begitu Jessy menyebutnya saat kesalnya sedang berada dipuncak-dan saat Jessy memanggilnya seperti itu, Alfred akan mengedip-ngedip matanya yang sangat menjijikan bagi Jessy.
Dan karena itu pula mereka putus, karena Alfred terlalu dekat dengan Jessy, sahabatnya. Jika Jessy berada diposisi gadis cantik itu pun ia pasti akan salah sangka. Meskipun Jessy dan Alfred benar-benar tidak memiliki hubungan yang lebih dari sahabat. Namun, meskipun Alfred sudah menjelaskan sampai hampir mau mati saja rasanya, Melani tetap saja tidak percaya. Hingga keputusan akhir yang diambil gadis cantik itu adalah putus. Bahkan saat mereka putus pun Jessy disana, melihat drama yang menyakitkan penglihatannya karena ada adegan dimana pria bule yang menjadi sahabatnya saat pertama kali menginjak University of Australia menangis tersedu-sedu, dan lebih parahnya itu terjadi di bandara yang niat awalnya untuk mengantar kepulangan kekasihnya ke tanah air. Demi celana bunga Patrick, Jessy tidak mau mengakui Alfred sebagai sahabatnya saat itu. Namun pada akhirnya, atas nama persahabatan ia menemani pria bersurai kuning keemasan itu seharian, merelakan kaos oblong hitam yang ia kenakan basah karena tangisan tiada henti milik Alfred. Omong-omong tentang kaos oblong, setidaknya ia bersyukur karena kaos oblong itu milik adik laki-lakinya yang Jessy pinjam tanpa pemberitahuan.
*
Jessy memutar bola matanya kesal, apa pria ini tidak lapar? Ini tidak bisa dibiarkan. Jessy mengerutkan kening, berpikir sejenak. Apa yang harus dia lakukan agar pria ini tertarik dengan hidangannya?
Setelah beberapa saat berkutat dengan pikirannya, Jessy menyeringai, ia tahu apa yang harus ia perbuat sekarang. Well, mari kita lihat. Apakah Alfred akan kembali berselara dengan sandwich tuna ala Jessy.
Setelah kemarin diabaikan oleh Alfred karena berkas-berkas dimeja kerja pria itu lebih menarik dari Jessy, maka Jessy menarik kesimpulan bahwa sahabatnya itu mencintai pekerjaannya.
Jadi, apa yang akan dilakukan oleh Alfred saat melihat tumpukan berkasnya dibayangi oleh kobaran api? Apakah pria itu akan histeris? Oh, Jessy sangat tidak sabar untuk melihat reaksi Alfred.
Maka Jessy meraih kertas-kertas yang bertebaran dimeja kerja Alfred, dan Jessy tidak perduli apakah kertas-kertas penting atau tidak, membawa kehadapan Alred yang masih setia berciuman dengan meja makan lalu berseru dengan lantang, "Alfred! Makan makanan itu, atau kamu harus say goodbye sama kertas-kertas ini?"
Oh ya, tentu saja Alfred mengerti dengan apa yang dikatakan Jessy, pria itu sangat hebat berbahasa Indonesia, yang tentu saja Jessy harus mengajarinya jatuh bangun demi pendekatannya dengan Melani berjalan lancar.
Alfred mengangkat kepalanya melihat Jessy yang sedang berkacak pinggang sambil memegang kertas, sontak ia membulatkan matanya kaget. Dan Jessy tersenyum menang melihat ekspresi ketakutan yang terbit diwajah Alfred.
"No! No! Don't you dare!" tatapan menghunus yang dilayangkan Alfred seolah sama sekali tidak memberikan efek apapun untuk Jessy, ia bahkan balik menantang dengan lebih berani, dagu yang terangkat dan tatapan yang lebih tajam dari pria itu.
Alfred bahkan sampai membuat kursi yang tadi ia duduki terbalik.
"Berani kamu maju selangkah, kertas-kertas ini akan berubah jadi butiran debu!" seruan dengan suara keras milik Jessy menggelagar saat ia menangkap pergerakan dari Alfred. Alfred yang tadi sudah berdiri terduduk kembali dengan lemas, setelah sebelumnya mengembalikan kursi yang tadi terbalik kembali pada posisi semula. Perhatiannya tidak luput sedetikpun dari Jessy.
"Good boy," Jessy tersenyum bangga, ancamannya berhasil.
"Sekarang makan sandwich itu. Habiskan! Aku tidak terima penolakan." Ya Tuhan, Jessy bisa lihat keinginan Alfred untuk mencekiknya sampai mati saat ini juga.
Alfred akhirnya mengikuti perkataan gadis itu, menciptakan senyum kemenangan diwajahnya, ia mulai mengambil sandwich tuna dihadapannya dengan perlahan, matanya sesekali melirik kearah Jessy yang masih setia menggenggam berkas-berkas pentingnya.
Jessy tersenyum senang, bahagia karena ia sukses membuat Alfred melahap habis semua hidangan yang dimasaknya. Dan Alfred sangat manis jika sepenurut ini, seandainya Alfred seekor anak anjing pasti Jessy sudah memberikan kecupan-kecupan manis di kepalanya.
Jessy kembali kesal melihat tingkah Alfred, seharian ini dia terlihat uring-uringan. Ya Tuhan, Jessy benar-benar ikhlas jika saat ini Engkau mencabut nyawanya. Demi apapun yang ada dibumi ini, pria ini mengganggu pekerjaannya! Dimana tatapan tajamnya tadi? Dimana tatapan dinginnya kemarin yang ia layangkan pada gadis penggoda dibar? Dimana? Siapa yang sudah mencurinya, cepat kembalikan! Sebelum Jessy gila menghadapi pria yang tengah berbaring di lantai. Demi kekesalannya saat ini, apa Alfred sudah gila? Kasurnya terlihat berjuta-juta lebih nyaman daripada lantai yang saat ini ingin ia bersihkan.
Oke, Jessy. Abaikan seonggok daging yang tengah meringkuk saat ini, lanjutkan kegiatanmu dan anggap dia sampah yang harus dibersihkan dari muka bumi.
Alfred yang merasa sentuhan dingin dikakinya langsung terduduk, matanya bisa menangkap kain pel yang basah ditelapak kakinya.
"Ups! Sorry, aku pikir tadi sampah yang harus dibersihin," Alfred menatap kesal, hanya sedetik sebelum matanya terlihat sendu. Oh, Jessy merasa bersalah sekarang.
Oh, bukan. Jessy bukan pembantu diapartemen pria yang sedang melakukan aksi anehnya saat ini. Jessy itu pecinta kebersihan, dan saat ia memasuki apartemen Alfred yang sangat-apa yah Jessy menganalogikannnya?-berantakan, pikirannya secara otomatis ingin mengambil sapu dan kain pel.
"Need a hug?" Jessy merentangkan tangannya lebar sambil menaik-turunkan alisnya.
Alfred menatap gadis itu sejenak, kemudian mengangguk pelan yang langsung dibalas dengan pelukan oleh Jessy. Ia mengelus lembut punggung lebar pria itu.
"Uh, big baby with big problem."
Jessy menyodorkan mug dengan motif hati yang langsung diterima oleh Alfred kemudian menyesapnya sedikit.
Aroma teh Chamomile buatan gadis yang sudah bersandar didinding dekat jendela itu selalu bisa membuatnya tenang.
Ada jeda semenit yang tercipta, hanya bunyi detik dan hembusan nafas yang mengisi kekosongan.
Sampai akhirnya suara Jessy membongkar keheningan diantara mereka, yang mana sukses membuat perhatian Alfred sepenuhnya terpusat pada gadis yang sudah menyeringai.
"Mau kencan denganku?"
Menanggapi perkataan Jessy yang terdengar begitu aneh di telinga Alfred, ia menaikkan sebelah alisnya yang dibalas dengan bahu terangkat oleh Jessy.
"Seriously?" Alfred sudah memindahkan mug berisi teh Chamomile ke atas meja bundar disebelahnya.
"Of course. I'll be yours tonight." Melihat tatapan menggoda yang diberikan, Alfred terbahak dengan keras. Selama 4 tahun persahabatannya dengan Jessy, untuk pertama kalinya ia melihat tatapan menggoda seperti itu.
Jessy ikut tertawa.
"No, I'm serious." Alfred tersenyum.
"Ah, jika kau tidak mau berkencan kita bisa mencuci mata di taman. Taruhan, di sana pasti banyak gadis bahenol yang bisa kau rayu." Jessy kembali menyeringai.
Sekali lagi Alfred terbahak. "Oh my God, Jessy. Thank you so much. You make me laugh." Alfred merentangkan kedua tangannya, hendak memeluk Jessy namun gadis itu mengangkat kedua tangannya sebatas bahu.
"No, don't you dare. You haven't shower since yesterday. Stay away from me!"
Buru-buru Jessy langsung berlari menuju kamar Alfred, mengambil handuk kemudian membuangnya tepat diwajah Alfred.
"Mandi sana!"
Oh, tentu saja ia tidak akan menuruti perintah itu. Ia perlu membagi aroma tubuhnya yang belum mandi sejak kemarin dengan Jessy.
Itu kan yang namanya sahabat?
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
ShiroShiro
Well written story /Sob/ this is probably the first story that i really like in this app 😭😭😭
2023-12-20
1