Malam itu pun, Tama berusaha untuk menenangkan Citra. Dengan menggendong Citra yang menangis, sebelumnya Mama Rina juga telah memijit perut Citra dengan menggunakan minyak telon. Syukurlah si bayi itu bisa lebih tenang.
“Akhirnya, Citra bisa tenang dan bisa bobok dulu,” ucap Mama Rina.
Lega rasanya setelah cucunya yang menangis dalam durasi yang lama, kini Citra pun bisa tertidur. Hati yang rasanya tidak tenang, kini bisa lebih lega.
“Kamu makan dulu, Tam … mumpung Citra tidur. Jangan terus enggak makan, kamu harus menjaga kesehatanmu untuk Citra,” ucap Mama Rina memperingatkan putranya itu.
“Sebentar Ma … gerah banget abis gendong Citra. Ya ampun, rasanya luar biasa banget. Menjadi Ayah tunggal seperti ini rasanya,” balas Tama.
Menjadi seorang Ayah Tunggal memang luar biasa. Keterampilan atau skill untuk mengasuh bayi memang Tama tidak tahu. Namun, bukan berarti Tama tidak mau berusaha. Sebisanya, Tama juga belajar menggendong Citra, menggantikan diapersnya, bahkan di saat Citra sedang pup, Tama juga yang membersihkannya. Hanya satu yang belum dilakukan Tama yaitu memandikan Citra. Sebab, Tama takut memegang bayi dalam keadaan basah dan licin. Untuk itu, urusan memandikan Citra, dilakukan oleh Mama Rina.
“Yang sabar … yang kuat. Kamu sudah berusaha maksimal untuk menjadi Ayah Tunggal untuk Citra,” balas Mama Rina.
Tentu saja ucapan Mama Rina sekaligus untuk membesarkan hati Tama. Mama Rina tahu walaupun belum maksimal, tetapi Mama Rina tahu bahwa putranya sudah berusaha. Untuk seorang pria yang masih muda, ditinggalkan istrinya ke Rahmatullah dengan begitu cepat, dan kemudian mengasuh anak yang masih bayi merah tentu bukanlah perkara yang mudah.
“Cuma belum maksimal, Ma … apalagi kalau Citra rewel lama kayak gini, Tama rasanya tidak berdaya. Tidak menjadi Papa yang baik baginya,” jawabnya.
“Kamu sudah melakukan yang terbaik. Percayalah, bahwa Citra merasakan ketulusan dan kasih sayang darimu,” balas Mama Rina.
***
Selang dua hari ….
Rupanya Citra kini terkena demam. Bayi itu muntah-muntah setiap kali diberikan Susu Formula. Mama Rina sampai cemas dibuatnya, juga dengan Tama yang merasa kasihan sekali dengan bayi kecilnya itu.
“Kita bawa Citra periksa ke tempatnya Mas Bisma saja, Ma,” balasnya.
“Boleh Tam … sekarang?” tanya Mama Rina.
Tama pun menganggukkan kepalanya, “Iya Ma … tadi Tama sudah tanya sekarang praktik di mana. Mas Bisma ada Kliniknya, Ma. Sekalian Mama ikut untuk bantu Tama menggendong Citra ya Ma? Biar Tama yang membawa mobilnya,” ucapnya.
Sepanjang perjalanan beberapa kali Citra menangis. Pipinya seperti terkena ruam merah-merah, dan juga kali ini Tama dan Mama Rina tidak memberikan susu formula terlebih dahulu, karena baru kemasukan sedikit susu formula, Citra sudah muntah-muntah terlebih dahulu.
“Sabar ya putrinya Papa … tinggal beberapa belokan, kita sudah sampai di tempat praktiknya Uncle Bisma,” ucapnya.
Setibanya di klinik, Tama mengantri terlebih dahulu. Kali ini, si Papa sendiri yang menggendong Citra. Beberapa Ibu-Ibu yang juga sedang mengantri periksa pun melihat Tama. Ada yang kaget, ada yang kagum, dan ada pula yang bertanya-tanya dalam hati kenapa Tama yang masih begitu muda datang ke klinik dengan wanita paruh baya. Akan tetapi, Tama memilih tenang dan berusaha fokus kepada Citra.
Beberapa saat mereka mengantri, sampai akhirnya tibalah giliran Citra. Tama sendiri yang menggendong Citra masuk ke dalam ruangan Dokter Bisma, kerabatnya itu.
“Halo Citra … gimana Tam?” tanya Dokter Bisma dengan cukup panik.
Sebab, usia Citra baru beberapa minggu dan sekarang bayi itu tengah sakit. Tentu saja Dokter Bisma menjadi panik.
“Masih muntah-muntah Mas, kalau kemasukan susu formula, langsung muntah,” jawab Tama.
“Tidurkan Citra di brankar, Tam … sini Paman Dokter periksa dulu ya Citra,” balas Dokter Bisma dengan lembut.
Dokter Bisma pun melihat mata Citra dengan menghidupkan center, kemudian mengecek bagian perut Citra, memperhatikan ruam-ruam kemerahan yang muncul di beberapa bagian tubuh Citra.
“Citra alergi susu sapi, ini Tam … atau intoleransi susu sapi,” ucap Dokter Bisma.
Alergi susu sapi adalah reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap kandungan protein dalam susu sapi dan berbagai produk olahannya. Sistem imun anak mengira protein yang tedapat dalam susu adalah zat berbahaya sehingga tubuh melepaskan bahan kimia histamin untuk menyingkirkannya.
"Gejalanya sudah terlihat jelas yah, ada ruam merah di kulit, gumoh, muntah, dan sekarang perutnya Citra kembung. Saya yakin bahwa pup-nya Citra juga diare," jelas Dokter Bisma.
Mendengarkan diagnosis yang diucapkan oleh Dokter Bisma, Tama pun merasa bersalah. Ya, dia merasa bersalah karena memberikan susu formula untuk Citra.
"Biasanya anak yang usianya kurang dari 6 bulan akan seperti ini. Sebab, makanan utama yang disarankan untuk bayi ya ASI," jelas Dokter Bisma lagi.
"Lalu, harus gimana Mas?" tanya Tama.
"Cari Ibu Susu, Tam ... berikan ASI dulu, minimal untuk 6 bulan pertamanya. Supaya Citra memiliki kekebalan tubuh yang baik. Nanti tetap aku berikan obat, hanya saja dia butuh ASI. Jika sudah seperti ini, kamu berikan susu formula ya akan gumoh, akan muntah," jelas Dokter Bisma lagi.
Tama terlihat menundukkan kepalanya, di mana bisa mendapatkan Ibu Susu untuk Citra secara cepat. Agaknya kondisi kali ini sangat urgent. Tama juga tidak ingin terjadi hal-hal yang kian memperburuk kondisi Citra.
"Ibu susu yang dulu aku berhentikan Mas ... sekarang di mana mencari Ibu susu yang tulus dan baik untuk Citra," ucap Tama kali ini.
Dokter Bisma menghela nafas dan menepuk bahu kerabatnya itu. Kemudian Dokter Bisma membuka handphonenya sebentar, dan memberikan sebuah nomor kepada Tama.
"Coba hubungi nomor ini, Tam ... ini adalah nomor Dokter Tendean, rekan sesama Dokter. Aku dengar anaknya baru saja kehilangan bayinya dan mengidap depressi karena kehilangan buah hatinya. Coba tawarkan untuk menjadi Ibu Susu bagi Citra. Dengan demikian, kamu mendapatkan ASI untuk Citra, dan dia mendapatkan penghiburan dan sembuh dari depressi karena kehilangan," ucap Dokter Bisma.
"Baik Mas, aku akan menghubunginya. Semoga kali ini, dia bisa baik dengan Citra," balas Tama.
"Hanya saja, anaknya Dokter Tendean ini masih muda, mungkin satu atau dua tahun di bawah kamu. Ya, pokoknya kamu hubungi dulu saja. Kali saja, dia bisa menjadi Ibu Susu yang cocok untuk Citra," ucap Dokter Bisma lagi.
Untuk Citra, tentu Tama akan segera menghubungi nomor Dokter itu. Jika bisa terjadi kerja sama yang saling menguntungkan tentu saja tidak masalah bagi Tama. Citra mendapatkan ASI, dan anak dari Dokter itu akan mendapatkan suntikan semangat baru untuk sembuh.
***
Dear All,
Yang bertanya kenapa alurnya lama? Ya, karena untuk mencari Ibu Susu itu dibutuhkan proses. Harus ada tujuan yang jelas kenapa Citra di sini butuh Ibu Susu. Jawabannya sudah terjawab ya karena Citra Intoleransi terhadap Susu Sapi, dan Dokter menyarankan bahwa sampai usia 6 bulan minimal seorang bayi lebih baik mendapatkan ASI.
Penjelasan di cerita ini juga logis dan ilmiah. Aku tidak akan membuat gadis yang bisa menghasilkan susu untuk menjadi Ibu susu. Sebab memang benar gadis bisa menghasilkan susu, tetapi karena beberapa hal:
Rangsangan Seksual
Hipoteridisme
Tumor Pituitari
Jadi kamu yakin gadis ting-ting bisa menyusui? Sementara untuk kasus Hipoteridisme dan Pituitari tergolong sangat langka.
Mereka yang kelebihan hormon, diwajibkan untuk terapi hormon. Kondisi gadis yang bisa menghasilkan ASI pun sangat langka. Akan tetapi, yang benar ASI diproduksi oleh hormon laktasi yang mulai ada saat seorang wanita hamil dan melahirkan. Jadi, pahami cerita ini karena pendekatannya benar-benar logis dan medis. Prinsipku, halu boleh, tetapi kita bisa memberikan cerita yang logis dan ilmiah kepada pembaca. Semoga teman-teman bisa memahaminya. Bagi para pembaca yang memiliki bayi dan anak-anak. Yuk, berikan ASI untuk anak! Happy parenting Happy Life!
Love U All,
Kirana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Aurelia Florenza Evelyn
mantan nya tama si naya
2025-01-21
1
Banu Tyroni
luar biasa... jempol 2
2024-09-25
0
sur yati
luar biasa yg tadinya awam jdi tau
2024-02-16
1