Tidak terasa sudah tujuh hari berlalu, malam ini akan menjadi malam terakhir digelarnya pengajian di rumah kedua orang tua Tama. Itu artinya sudah satu minggu waktu berlalu. Tujuh hari Tama menjadi seorang Duda, dan tujuh hari pula Citra menjadi piatu.
Memiliki Ibu ASI di rumah, cukup membantu karena kebutuhan ASI untuk Citra tercukupi. Hari ini juga hari terakhir Tama mengambil cuti bekerja, selanjutnya hari Senin nanti Tama sudah akan kembali bekerja. Di hari ketujuh ini, bukan kian lega, tetapi Tama justru merasa kian kehilangan. Membacakan ayat-ayat suci Al Quran dengan bertawasul dan menyebut nama Allah, rasanya hati Tama justru kian pedih.
Kemudian kepada semua ahli kubur dari kaum muslimin laki-laki dan perempuan, dan kepada kaum mu’minin laki-laki dan perempuan dari dunia bagian Timur sampai bagian Baratnya, baik yang di darat maupun di laut. Khususnya bapak-bapak kami dan para ibu kami, para nenek kami yang laki-laki dan perempuan, para guru besar kami dan para guru besar mereka, kepada gurunya guru kami dan kepada orang yang menyebabkan kami semua berkumpul di sini, dan khususnya pada arwah Cellia.
Pembacaan ayat yang kemudian dilanjutkan dengan Surat Al-Fatihah benar-benar membuat Tama sesak. Saat melantunkan Al-Fatihah, suaranya bergerak, air matanya berlinang dengan sendirinya.
Sudah tujuh hari, Cellia …
Seminggu sudah, aku menjalani hidupku sendiri dengan Citra …
Berusaha menjalani hari dengan sisa-sisa daya yang kumiliki …
Apakah kamu di sana bahagia, Cellia?
Jika kamu di sana bahagia, kami yang kamu tinggalkan masih berselimut duka, Cellia …
Aku rindu kamu …
Dalam setiap ayat-ayat suci yang kulantunkan, tersisip doa, rindu, dan cintaku untukmu …
Oh, Cellia …
Aku rindu kamu … Citra pun juga rindu padamu.
Menyudahi Yasinan malam itu, Tama memilih untuk menggendong Citra sejenak. Papa muda itu terlihat masih menunjukkan kesedihan yang mendalam yang masih tergambar di raut wajahnya. Para tetangga dan kerabat yang hadir pun memberikan kata-kata semangat kepada Tama. Sama seperti Dokter Bisma dan Kanaya yang malam ini juga turut hadir.
“Semangat terus ya Tama … dunia terus berputar, dunia belum berakhir. Hari depan yang penuh harapan menantimu dan juga Citra,” ucap Dokter Bisma.
Tama tersenyum hambar, “Hanya berusaha menjalani saja Mas Bisma … aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan,” balas Tama.
“Yang dikatakan Mas Bisma benar, Tama. Semangat terus yah. Kami bersimpati kepadamu, rasanya pasti tak cukup diungkapkan dengan kata-kata. Hanya saja, sekarang rawatlah Citra dengan baik. Dia buah cinta kalian berdua,” ucap Kanaya.
Tama pun menganggukkan kepalanya, “Makasih Mbak Kanaya … makasih juga untuk ASIP yang diberikan untuk Citra. Namun, sekarang sudah ada Mbak Mina yang menyusui Citra, semoga saja cocok dan bisa lama dengan Citra,” ucap Tama.
Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada Kanaya yang sejak kepulangan Citra dari Rumah Sakit selalu memberikan ASIP (Air Susu Ibu Perah) untuk Baby Citra. Tanpa donor ASI yang diberikan Kanaya, Citra pasti bisa mengalami dehidrasi bahkan bisa terjadi bilirubin yang tinggi.
“Sama-sama … sekantong air susu Ibu di kulkas sangat berharga untuk para bayi. Kapan-kapan kalau butuh ASIP bilang saja sama Mas Bisma. Stok di kulkas selalu ada, bisa sharing sama Airlangga,” balas Kanaya.
Rasanya Tama benar-benar beruntung di kelilingi oleh orang-orang yang baik. Orang tua, keluarga, kerabat, dan tetangga yang baik. Hanya saja rasanya masih begitu pedih di dalam hati.
***
Keesokan harinya …
Tama meminta izin kepada Mama Rina untuk pulang ke rumahnya sebentar. Itu karena ada kemeja kerja yang harus dia ambil.
“Mama, Tama pulang ke rumah sebentar yah … ambil kemeja kerja dan perlengkapan baby untuk Citra yang masih baru di rumah,” pamit Tama kepada Mamanya.
“Sama siapa Tam?” tanya Mama Rina.
“Sendirian saja, Ma … palingan juga cuma sebentar kok,” balasnya.
Mama Rina mende-sah dengan menghela nafas yang berat. Bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja Mama Rina masih khawatir jika kembali masuk ke dalam rumah itu justru membangkitkan semua kenangan Tama bersama Cellia. Untuk semua itu, Mama Rina agaknya tidak tega membiarkan Tama pulang ke rumahnya sendirian.
“Sama Mama saja ya Tam … jangan sendirian,” balas Mama Rina.
“Baiklah, Ma,” sahut Tama.
Ini menjadi kali pertama setelah kematian Cellia, Tama keluar rumah dan mengemudikan kembali mobilnya. Walau jarak rumah orang tuanya dengan rumah miliknya sendiri tidak terlampau jauh, tetapi Mama Cellia ingin menemani putra tunggalnya itu.
Dengan kecepatan sedang, Tama mengemudikan mobilnya dan sekarang dia sudah tiba di rumahnya. Rumah tipe minimalis dengan dua lantai bercat putih dan abu-abu itu terlihat sepi dari luar. Saat hendak melangkah masuk ke dalam rumahnya saja, Tama merasakan jantungnya berdebar-debar. Teringat hari di mana, dia keluar dari rumah ini dengan merangkul bahu Cellia, membawanya ke Rumah Sakit. Sekarang, selang delapan hari, Tama kembali lagi ke rumah ini seorang diri.
“Kuat Tam,” ucap Mama Rina begitu keduanya membuka pintu dan memasuki rumah itu.
Tama menghela nafas, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah, dengan berbagai foto pernikahan mereka yang masih menggantung di dinding. Kenangan bagaimana mereka mengisi hari di setiap sudut rumah ini seketika muncul, dada Tama rasanya begitu sesak. Sampai akhirnya, Tama memejamkan matanya perlahan. Sangat sakit, sangat kehilangan, hatinya sangat pilu.
“Tama, ke kamar dulu Ma,” pamitnya.
Mama Rina menganggukkan kepalanya, wanita itu membersihkan rumah Tama. Tidak ditempati dalam delapan hari tentu membuat rumah ini menjadi berdebu. Membuang sampah yang tersisa ke dalam tempat sampah. Mama Rina memberi waktu bagi Tama untuk mengelola emosi dan hatinya. Saat Tama ada di dalam kamarnya, Mama Rina memilih membersihkan rumah. Hati Mama Rina sendiri tak kuasa dengan kesedihan yang juga dia rasakan. Akan tetapi, demi Tama, Mama Rina berusaha untuk kuat dan juga tegar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Banu Tyroni
... wah sedih terus nih bacanya
2024-09-24
0
irmadani
baru baca gw udah sedih aja 😭😭
2022-11-09
3
Arnissaicha
ayolah bang jangan terus terpuruk dgn rasa kehilangan itu, semangat untuk citra, buah hatimu, untuk orang" yg sayang sama abang, ak yakin abang bisa....
2022-10-28
2