Usai mandi, Tama duduk termenung di sofa yang ada di ruang tamu. Sibuk dengan handphone di tangannya, dan Tama mengirimkan pesan kepada beberapa teman dan juga kepada Dokter Bisma untuk bertanya perihal Donor ASI.
[Guys, apakah ada info tentang pendonor ASI?]
[Jika ada bisa wapri ke gue yah.]
[Thanks bantuannya.]
Pesan-pesan itu meluncur dengan cepat ke grup whatsapp yang dimiliki Tama. Berharap tidak membutuhkan waktu lama, dia akan menemukan pendonor ASI untuk Tama.
Donor ASI sendiri adalah seorang Ibu yang memberikan ASI-nya untuk bayi yang bukan anak kandungan sendiri. Di negara-negara maju, donor ASI dilakukan secara sistematis melalui bank ASI dengan screening ketat sebelum ibu menyusui itu dapat mendonorkan ASI-nya. Di Indonesia sendiri, donor ASI bisa diberikan dengan beberapa persyaratan misalnya permintaan dari Ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan, kejelasan identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh oleh keluarga dari bayi penerima ASI.
Tidak berselang lama, kerabat Tama yaitu Dokter Bisma pun memberikan balasan untuk pesan yang baru saja Tama kirimkan.
[To: Tama]
[Tama, apakah ASIP dari Mbak Naya semalam sudah habis?]
[Hari ini Mbak Naya akan mengirimkan ASIP lagi. Bisa kamu berikan untuk Citra dulu.]
[Nanti, jika aku ada info pendonor ASI akan aku kabarin.]
Membaca pesan yang Dokter Bisma berikan pun, Tama merasa lega. Untuk kebutuhan ASIP bisa lebih tenang. Sementara untuk pendonor ASI, Tama memang harus menemukannya.
[To: Mas Bisma]
[Makasih Mas Bisma.]
[Sampaikan terima kasihku juga untuk Mbak Naya.]
[Semoga Ibu Susu untuk Citra juga akan segera mendapatkannya Mas. Kalau Mas Bisma ada info, kabarin aku juga yah. Makasih Mas]
Tama pun membalas pesan itu, kemudian dia mendekat kepada Mama Rina. Pria yang masih begitu muda itu kemudian melihat Baby Citra yang tertidur dalam box bayi yang saat itu berada di dekat kamar milik Mama Rina.
“Biar Tama yang gendong dan urus Citra nanti, Ma,” ucapnya kali ini.
Mama Rina pun menganggukkan kepalanya, “Iya … boleh. Hanya saja, sekarang kamu makan dulu. Sejak kemarin kamu sama sekali belum makan,” ucap Mama Rina kepada putranya itu.
Tama menggelengkan kepalanya, “Bagaimana Tama bisa makan Ma? Rasanya, Tama sama sekali tidak lapar,” balasnya dengan jujur.
Usai kehilangan terpedih yang nyaris menghancurkan hidupnya, Tama memang merasa tidak lapar. Melihat nasi dan aneka sayur yang dimasak oleh Mama Rina saja rasanya benar-benar tak berselera. Hidupnya begitu pahit, bahkan mulutnya terasa pahit dan tidak ingin kemasukan makanan.
Mama Rina menatap putranya itu dengan iba, “Kamu harus sehat untuk Citra … di dunia ini, yang Citra miliki adalah Papanya. Jangan sampai kamu sakit, jangan sampai Citra tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya sendiri. Kasihan Citra, Tama … seorang bayi yang baru lahir hanya membutuhkan tiga hal yaitu hangatnya gendongan sang ibu, makanan sehat dan bernutrisi tinggi dari payu-dara ibunya, dan merasa aman saat si bayi tahu bahwa ibunya hadir untuknya, dan menyusui adalah kegiatan yang bisa mencukupkan ketiga hal itu. Namun, semuanya tidak bisa Citra rasakan. Kebutuhannya yang utama saat dia lahir, tidak ada yang memenuhi. Protes pun Citra tidak bisa melakukannya. Jadi, sehatlah untuk Citra … bangkitlah untuk Citra,” nasihat Mama Rina untuk Tama.
Ya, kebutuhan seorang bayi yang baru saja lahir adalah mendapatkan tiga hal yang disebutkan oleh Mama Rina. Akan tetapi, Citra tidak bisa mendapatkan ketiganya, bahkan salah satunya pun tidak. Itu semua karena Mamanya yang harus menghadap Sang Kuasa terlebih dahulu. Meninggalkan Citra sendiri, padahal si bayi itu masih sangat membutuhkan Mamanya. Andai saja Citra bisa berbicara dan mengungkapkan perasaannya pastilah dia merindukan dekap hangat dalam gendongan Mamanya, mendapatkan ASI yang cukup, dan mendapat kasih sayang dari seorang Ibu.
Tama memejamkan matanya, dadanya terasa sesak. Yang disampaikan Mamanya benar. Hanya saja, Tama perlu waktu untuk menata hatinya.
“Tama, mau pulang ke rumah, Ma,” ucap Tama sekarang ini.
Rumah yang Tama maksudkan sekarang adalah rumah yang dia tempati usai menikahi Cellia. Rumah yang penuh kenangannya dengan Cellia. Rasanya, Tama ingin kembali ke rumah itu lagi.
Mama Rina pun dengan cepat menggelengkan kepalanya, “Tidak … jangan sekarang. Banyak kenangan Almarhumah di sana, kamu bisa terluka dan kian pedih. Tinggallah di sini dulu, Mama bisa menolongmu untuk mengasuh Citra saat masa berkabung usai dan kamu kembali bekerja nanti,” ucap Mama Rina.
“ … tapi, Ma,” ucap Tama.
“Di sini dulu saja … kamu bisa mengasuh Citra sendiri? Mama saja masih yakin bahwa hati, pikiran, dan hidupmu sekarang ini belum baik-baik saja. Pulihkan dirimu sendiri, dan carilah Donor ASI untuk Citra,” balas Mama Rina.
“Belum dapat Ma … tapi nanti Mbak Kanaya akan memberikan ASIPnya lagi untuk Citra,” balas Tama,
“Mbak Kanaya dan Mas Bisma memang orang-orang yang baik. Hanya saja, tidak bisa bergantung dari ASIP pemberiannya saja. Kamu harus mencari Ibu Susu untuk Citra. Kasihan, dia membutuhkan ASI eksklusif setidaknya untuk dua tahun. Usahakanlah,” pinta Mama Rina.
“Jika diberikan susu formula bagaimana Ma?” tanya Tama kepada Mamanya itu.
Sebab, sepengetahuan Tama bahwa ada Susu Formula yang memang diperuntukkan untuk bayi yang baru saja lahir dengan usia 0 hingga 6 bulan. Mungkin saja bisa menggantikan ASIP dengan susu formula.
“Jadi, diberikan susu formula saja?” tanya Mama Rina kepada Tama.
Tama diam, menimbang-nimbang dalam hatinya. “Ya, Tama akan cari, Ma … cuma jika pada akhirnya tidak dapat, sebaiknya berikan susu formula saja untuk Citra, Ma,” keputusannya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Arnissaicha
klo melihat kondisi baby C alangkah baik nya pakai ASI eksklusif, soalnya baby dgn seumuran baby C masih butuh ASI eksklusif guna pertahanan tubuh baby, tapi klo nggak ada mau apalagi selain ke sofur, nggak ada pilihan lagi, klo pun mengharapkan dari kanaya terus, nggak enak juga, toh kanaya juga punya baby sendiri, jln satu² nya ya itu sofur, klo sampai nggak dpt pendonor susu...
2022-10-28
3
Diana Budhiarti
sedihhh banget ya...kasian citra
2022-10-28
0
Sunarti
asi blh di beri kan utk bayi lain jika si ibu punya asi yg melimpah dan tdk mengkhawatirian bayinya sendiri kekurangan asi
2022-10-17
0