Ketika pagi menjelang, Mama Marina juga yang menjemur Baby C. Di depan rumahnya, wanita paruh baya itu mulai melepasi pakaian yang dikenakan Baby C, hanya membiarkan cucunya itu mengenakan diapers, dan juga mengenakan penutup mata di matanya supaya si bayi tidak silau dengan sinar matahari.
“Jemur cucu, ya Bu?” sapa seorang tetangga yang melihat Mama Marina sedang menjemur Baby Citra.
“Iya Bu, dijemur biar sehat,” balas Mama Marina.
“Kasihan yah, bayi sekecil itu … kulitnya saja masih merah, tapi sudah harus berpisah selamanya dari Mamanya,” sahut tetangga itu lagi.
Mama Marina hanya bisa diam, tak mampu menjawab ucapan tetangganya itu. Lagipula, di mana berada, sudah pasti banyak orang yang akan merasa kasihan dengan Citra karena dia sudah harus berpisah untuk selamanya dengan Mamanya. Orang akan menganggap iba itu biasa, tetapi Mama Marina yakin bahwa keluarganya dan Tama bisa mengasuh Citra dengan baik. Tidak akan membiarkan Citra yang masih merah badannya, dia belum bisa melihat dunia dengan jelas, tetapi seluruh keluarga akan mencurahkan kasih sayangnya untuk Citra.
“Semoga adik bayi sehat-sehat yah … jadi penyejuk hati Papanya,” ucap tetangga itu dan berlalu pergi.
Ya, setiap anak adalah penyejuk hati bagi orang tuanya. Tetangga itu juga berharap bahwa Citra akan menjadi penyejuk hati bagi Tama. Menghapus kesedihan Tama, dengan tawa dan senyumannya.
“Amin, makasih,” sahut Mama Marina.
Hati yang masih dirundung duka, membuat sedikit saja komentar dari orang lain dan tetangga membuat hati kian pedih. Akan tetapi, Mama Marina berusaha sabar dan ikhlas. Di hadapannya kini, ada Citra yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang lebih. Memang benar, jika Citra sangat kasihan, tetapi waktu tidak bisa diputar. Semua yang terjadi sudah terjadi, selanjutnya manusia hanya bisa ikhlas menjalani semua yang ada di depan matanya.
Baby Citra hanya dijemur kurang lebih 15 menit saja, setelahnya Mama Marina mengajak bayi kecil itu untuk masuk ke dalam rumah.
“Berjemurnya sudah ya Sayang … masuk ke dalam sama Nenek yah. Nanti kalau udah, kita mandi. Citra mandi yah … biar bersih, segar, dan wangi,” gumam Mama Marina.
Jujur saja, tiap kali mengajak bicara Baby Citra membuat Mama Marina ingin menangis. Matanya dengan cepat berembun. Hanya saja, sebisa mungkin Mama Marina berusaha untuk menahannya. Walau Citra masih bayi dan tidak sepenuhnya tahu, Mama Marina tidak akan menangis di hadapan cucunya itu.
Selang lima belas menit usai berjemur, barulah Mama Marina yang kembali memandikan cucunya itu. Menunggu suhu tubuh Citra tidak panas, barulah memandikan cucunya. Seperti ini rasanya Mama Rina kembali ke masa lalu, di mana dulu dia mengurus Tama yang masih bayi. Tidak mengira sekarang Mama Rina bisa mengurus cucunya dengan kedua tangannya.
“Yuk Baby Citra … mandi sama Nenek. Citra sehat yah … kuat yah. Benar yang dikatakan orang barusan, jadi penyejuk hatinya Papa yah. Dengan melihat kamu tumbuh, Nenek yakin bahwa Papa akan kuat. Papamu yang saat ini rapuh akan mendapatkan kekuatan kembali. Papa kamu masih membutuhkan waktu untuk menerima semuanya. Yang penting Citra sehat, kuat, dan terus bahagia ya Sayang ... dunia ini tetap menjadi tempat tumbuh kembang yang indah bagi Citra,” ucap Mama Marina.
Beberapa saat pun berlalu, hingga akhirnya Tama baru saja keluar dari kamarnya. Pria itu terlihat lusuh, matanya merah, mungkin saja efek menangis, kehilangan, dan juga kurang tidur. Sehingga wajahnya begitu lusuh, rambutnya yang acak-acakan.
“Pagi Ma,” sapanya kepada Mama Marina yang sudah menggendong Baby Citra yang sudah mandi.
“Pagi Tam … gimana semalam bisa tidur?” tanya Mama Marina.
Terlihat Tama menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya dengan kasar, “Tidak Ma … tidak bisa tidur. Kebayangan Cellia,” balasnya.
Ketika mendung gelap bergelayut di angkasa, berharap hujan akan turun, angin akan memudarkan mendung gelap itu. Akan tetapi, jikalau mendung gelap terjadi di hati, bagaimanakah caranya untuk memudarkannya? Tidak ada caranya. Hanya berharap bahwa waktu lah yang akan menyembuhkan lukanya. menghapus mendung gelap yang bergelayut di dalam hatinya.
Mama Marina sangat prihatin melihat kondisi putra tunggalnya itu. Bagaimanapun kehilangan kekasih tidak bisa dilukiskan. Namun, hidup terus berjalan.
“Tama, kamu harus bangkit, Nak … kamu harus semangat. Apa kamu tidak kasihan dengan Citra? Dia juga butuh sosok Papanya,” ucap Mama Marina.
Tama menghela nafas yang berat mendengar ucapan dari Mamanya itu, “Gimana Tama bisa bangkit Ma? Jika di mata Tama selalu saja ada sosok Cellia. Gimana Tama bisa bangkit jika separuh jiwa Tama telah pergi untuk selamanya. Semua yang Tama lihat sekarang hanya kegelapan dan berakhir duka, ” ungkapnya dengan jujur. Dadanya terasa sesak, tetapi itulah perasaannya saat ini. Seolah tak punya daya untuk melanjutkan hidupnya lagi.
“Lihatlah putrimu ini … kamu sekarang sudah menjadi sosok Ayah … Citra adalah hadiah terindah yang Cellia tinggalkan untukmu, jadi semangat dan bangkitlah untuk Cellia. Jika dunia ini memberikan berbagai alasan untuk berduka, lihatlah Citra ... sorot matanya yang bening dan penuh harapan. Bangkitlah untuk putri kecilmu ini,” balas Mama Marina.
Rasanya memang mustahil, terlebih baru semalam berlalu. Namun, Tama memang harus segera bangkit untuk putri kecilnya. Duka masih menggores dengan begitu dalamnya di dalam hati. Ada daya, tetapi seakan tak berdaya. Tama kini hanya sendiri, tanpa pendamping hidupnya. Mengingat itu saja, dada Tama terasa begitu sesak.
“Tama, ASIP yang diberikan Mbak Naya hanya sedikit … carilah Donor ASI untuk Citra. Jika sebatas memandikan dan mengasuh, Mama bisa melakukannya, tetapi untuk ASI, Mama tidak bisa. Carilah Donor ASI terlebih dahulu. Memberikan imbalan untuk sang pendonor tidak apa-apa,” pinta Mama Marina kini.
Mengambil alih pengasuhan Baby C sepenuhnya Mama Marina tidak keberatan. Hanya Mama Marina pikirkan adalah kebutuhan utama dan pertama Baby C yaitu memperoleh ASI. Untuk itu, Mama Marina meminta kepada Tama untuk mencari Donor ASI.
“Cari di mana Ma?” tanya Tama. Tama sekali lagi tampak kebingungan, di mana dia bisa mendapatkan Ibu Susu bagi Citra.
“Coba cari ke teman-teman kamu, atau tanya ke Mas Bisma di Rumah Sakit ada Donor ASI tidak. Kasihan Citra jika kebutuhan ASI-nya tidak tercukupi. Jangan sampai dia terkena dehidrasi,” jelas Mama Marina.
Tama pun menganggukkan kepalanya, “Baik Ma,” balasnya.
Tama memilih mandi sejenaknya, menyegarkan dirinya, setelah itu dia akan bertanya ke grup kuliah atau teman-temannya yang lain untuk mendapatkan Donor ASI. Hati boleh sedih, jiwa boleh berduka, tetapi mencarikan sumber kehidupan pertama untuk Baby C harus Tama lakukan dengan cepat. Ya, bayi kecilnya itu membutuhkan ASI, semoga saja Tama segera mendapatkan donor ASI.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Ibnu Rizqi
Thor...hebat ,bisa membuat pembaca seakan masuk dunia nyata.,pasti waktu SD nilai mengarang nya 10 ya ,Thor ../Good//Good//Good/
2025-01-04
1
Banu Tyroni
... butuh ibu susu
2024-09-24
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
kenapa GK terpikir pakai susu formula
2022-12-15
3