"Sayang, bangun Sayang ... kenapa kamu ninggalin aku seperti ini? Kamu bilang hanya akan tidur sebentar, tetapi kenapa kamu justru tidur selamanya?"
Tama menangis dan meraung. Separuh jiwanya telah pergi. Kenyataan terpahit harus Tama rasakan. Kakinya terasa goyah, sekadar untuk menyangga berat tubuhnya saja tidak bisa. Seluruh kekuatan yang dia miliki luruh seketika.
Ketika Dokter mengatakan bahwa Cellia telah tiada, Tama hancur berkeping-keping. Patah hati terberat yang membuat hatinya hancur dan tak tersisa.
"Pak Tama, tenang Bapak. Kami tahu, semuanya ini terasa berat. Hanya saja, Tuhan lebih sayang Bu Cellia," ucap seorang perawat yang berusaha untuk menenangkan Tama.
Tama hanya bisa menangis. Jikalau orang mengatakan bahwa pria tak boleh menangis, persetan dengan semua itu. Kehilangan kekasih hati membuatnya hancur. Semua dayanya hilang begitu saja. Sekadar mengangkat kaki saja rasanya begitu sukar. Air matanya berderai begitu saja. Kehilangan terpahit yang pernah Tama alami dalam hidup.
"Pasien mengalami pendarahan post partum yang sangat banyak karena jika lihat di bagian bawah tubuh pasien bersimbah darah. Mungkin karena pasien tidur sehingga tidak terlihat darah yang dia keluarkan. Pendarahan yang begitu banyak membuat syok dan kegagalan fungsi organ," jelas Dokter kepada Tama.
Pendarahan post partum memang menjadi penyebab beberapa Ibu meninggal dunia usai melahirkan. Darah yang keluar terus-menerus dari jalan lahir dengan begitu banyaknya, bisa membuat syok dan berakhir dengan kegagalan fungsi organ. Ini juga yang dialami Cellia, hingga kini wanita cantik itu benar-benar tidur selamanya. Meninggalkan Tama dan Baby C begitu saja.
Di antara batas bisa bertahan dan batas kerapuhan. Tama merasa sesak, sungguh tidak mengira dengan pendarahan hebat yang dialami istrinya. Ada rasa bersalah di dalam dada Tama, ketika dia tidak mengecek kondisi istrinya. Tadi, Cellia hanya berpamitan untuk tidur dan sekarang justru istrinya itu akan tidur selamanya.
"Ikhlas ya Pak Tama ... bayi kecil Bapak juga membutuhkan Bapak. Ikhlas Bu Cellia, karena memang beliau tiada dalam keadaan tertidur," jelas Sang Dokter lagi.
Tama menghela nafas, dia melihat Baby C yang masih menangis. Sementara brankar milik Cellia mulai dipindahkan ke kamar jenazah untuk dibersihkan. Tama memejamkan matanya, kemudian berusaha menggendong Baby C dengan tangan yang bergetar. Kesesakan yang teramat sangat. Di saat dia goyah, tetapi dia harus mengangkat tangannya dan juga menggendong bayi kecilnya yang masih merah.
"Mama sudah meninggalkan kita, Sayang ... Baby C hanya punya Papa," ucapnya dengan mulut yang bergetar hebat. Satu fakta yang coba Tama ucapkan sekarang bahwa bayinya hanya memiliki seorang Papa karena Mamanya sudah tiada.
Merasa sedikit tenang, Tama mengabarkan kepada keluarganya dengan peristiwa pahit kali ini. Seluruh keluarga pun merasa begitu shock dengan kabar yang baru saja disampaikan Tama. Di rumah, dengan bantuan beberapa tetangga, persiapan pemakaman pun mulai disiapkan.
Kurang lebih dua jam kemudian, sebuah mobil ambulance tiba di kediaman orang tua Tama dengan jenazah Cellia yang sudah terbungkus kain kafan.
Mama Marina dan Papa Budi menangis haru melihat Tama pulang dengan keadaannya hancur dan menyayat hati. Putranya itu menggendong bayi kecilnya, sementara di belakangnya petugas dari Rumah Sakit mulai menggotong jenazah Cellia. Semua keluarga, kerabat, bahkan tetangga yang datang menangis haru melihat peristiwa memilukan ini.
"Mama, Cellia, Ma ... Cellia meninggalkan Tama," ucap Tama kepada Mamanya dengan air mata yang sudah tidak bisa terbendung lagi.
"Yang kuat Tama ... kuat yah," balas sang Mama dengan memeluk putranya itu. Sebatas pelukan yang diberikan oleh seorang Ibu kiranya bisa menjadi kekuatan untuk Tama. Sepenuhnya Mama Marina tahu bagaimana hancurnya Tama. Namun, semuanya sudah terjadi dan tak bisa lagi memutar ulang waktu.
"Sabar ya Tama, Papa tahu semuanya ini berat untuk kamu," ucap Papa Budi yang turut menguatkan putranya. Pria paruh baya itu turut menepuk bahu putra tunggalnya.
Pemandangan pilu, seharusnya dia bisa pulang ke rumah bersama Istri dan anaknya. Akan tetapi, yang dia bawa sekarang adalah jenazah istrinya yang siap dikebumikan. Hari terberat dalam hidup Tama. Namun, inilah yang sudah gariskan untuknya.
Ayat-ayat suci Al-Quran mulai dikumandangkan, dan beberapa tetangga datang untuk berbela sungkawa. Beberapa kerabat juga turut hadir, salah satunya adalah Kanaya dan juga Bisma. Bukan hanya Tama, Bisma dan Kanaya juga terpukul.
“Sabar ya Tama … kita semua hanya menjalani apa yang Tuhan sudah gariskan,” ucap Bisma dengan menepuki bahu kerabatnya itu.
Tama menghela nafas, “Aku yang ceroboh Mas … aku tidak mengecek kondisi Cellia. Saat melahirkan dia sudah begitu lemah. Untuk mengejan, sampai harus dipasangi oksigen. Nafasnya sudah sesak, tetapi dia berhasil melahirkan Baby C. Namun, tujuh jam setelahnya, dia berpamitan untuk tidur dan memintaku membangunkannya kalau Baby C nangis. Rupanya, dia tidak bangun, Mas … dia tidak bangun,” cerita Tama dengan begitu pedih.
Bisma pun menepuk bahu kerabatanya itu. “Sabar, insyaallah, surga tersedia bagi almarhumah,” balas Bisma.
Tama menganggukkan kepalanya, “Amin … cuma, apa aku dan Baby C tanpa Cellia, Mas,” ucap Tama dengan penuh ketidakyakinan.
Setelah semua prosesi selesai, kini mereka akan segera mengebumikan Cellia, di sebuah tempat pemakaman umum. Tama turut masuk dalam barisan untuk menggotong keranda jenazah. Dia sendiri yang harus melakukan kejadian pilu ini untuk sang istri. Bahkan Tama, turut masuk ke dalam liang pusara, membantu membaringkan jenazah istrinya itu untuk kali terakhir.
“Aku cinta kamu, Cellia … selalu cinta kamu,” ucap Tama dalam hatinya disertai dengan air mata yang luruh begitu saja dari sudut matanya.
Tanah pun perlahan-lahan dikuburkan, mengubur sepenuhnya tubuh kaku Cellia yang terbungkus dalam kain kafan. Kini, hanya gundukan tanah dan taburan bunga yang terlihat di pusara itu. Tama berjongkok, wajahnya begitu dekat dengan gundukan tanah dan taburan bunga itu.
“Beristirahatlah, Cellia … aku akan sering ke mari dan mengunjungimu. Kamu sudah bahagia bersama Allah di surga sana. Sementara bagaimana denganku dan Baby C, Cell? Apa mungkin kami bisa menjalani hari-hari yang berat ini berdua saja tanpamu?”
Seluruh keluarga, termasuk Bisma yang masih berdiri di belakang Tama. “Sabar ya Tama … ikhlaskan. Kuatkan hatiku, Baby C membutuhkan Ayahnya,” ucap Bisma.
Tama memejamkan matanya, perlahan pria itu pun berdiri. “Aku pulang Cellia, aku cinta kamu … sangat cinta kamu,” ucap Tama kali ini dengan tangisan tertahan yang membuat wajahnya begitu merah.
Layarnya benar-benar terkembang. Semua kebahagiaan harus berganti dengan kesedihan. Semua impian lenyap, di depan pusara sang istri tercinta, ada rasa terpukul, ada rasa kecewa, ada rasa kehilangan yang tak cukup diksi untuk mengucapkan semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Banu Tyroni
ikut sedih..
2024-09-24
0
Kornelia Restuana
lanjut thor
2023-03-28
1
Lina Bt
pingin nangis thour sesekali dada
2022-12-25
1