Selang enam jam setelah melahirkan, rupanya Baby C sudah diantarkan oleh perawat untuk masuk ke dalam ruang perawatan Cellia. Betapa senangnya kedua pasangan itu melihat Baby C yang tertidur dengan beberapa kali tersenyum, walau matanya masih terlelap.
“Lihat Sayang, lucu banget kan Baby C kita,” ucap Tama kepada istrinya yang masih terbaring lemah di atas brankarnya.
Cellia pun menganggukkan kepalanya, “Benar Mas … lucu dan cantik banget,” balas Cellia. Wanita itu tersenyum, mengamati Baby C yang memang begitu lucu dan juga menggemaskan.
Rasanya ingin Cellia menggendongnya dan juga melakukan berbagai hal seru bersama Baby C. Hanya saja, Cellia masih merasakan tubuhnya yang begitu lemah. Pangkal pahanya juga masih terasa sakit. Untuk itu, Cellia hanya bisa melihat Baby C yang terlelap di dalam box bayi dari Rumah Sakit itu.
“Segera pulih ya Sayang … biar nanti kita bisa pulang ke rumah. Kita asuh Baby C bersama-sama,” ucap Tama.
Di dalam benaknya, Tama sudah memiliki berbagai impian dan juga harapan yang akan dia lakukan bersama istri dan putri tercintanya. Banyak impian yang ingin dia gapai. Setelah melihat Baby C, rasanya kian banyak impian di hati dan kepala Tama untuk putri kecilnya itu. Rasanya, semua yang terbaik ingin dia lakukan untuk putri kecilnya.
“Iya Mas … kamu seneng banget ya Mas?” tanya Cellia kepada suaminya itu. Dengan suara yang lirih, Cellia masih berusaha untuk bersuara dan bertanya kepada suaminya itu.
Tama pun menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya, “Seneng … seneng banget. Baby C adalah anugerah terindah dalam hidupku,” balas Tama.
Tama hanya pria biasa. Dulu, dia pernah mencintai seseorang gadis, tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Bertahun-tahun lamanya, Tama baru bisa move on. Mencoba berpacaran lagi dengan gadis lain, tetapi ada satu hal yang membuatnya kembali putus, dan pada akhirnya cinta Tama pun berlabuh pada Cellia.
Sekarang, dengan memiliki Cellia sebagai istrinya dan juga Baby C sebagai putrinya, membuat Tama begitu bahagia. Seolah dadanya membuncah dengan kebahagiaan. Wajah pria itu terus tersenyum karena anugerah besar yang sangat luar biasa ini.
“Syukurlah … aku seneng banget, lihat kamu sebahagia ini,” balas Cellia.
Tama pun menggenggam tangan istrinya yang masih dipasangi selang infus itu, “Kamu mau makan sesuatu? Tadi kan kamu makannya masih sedikit. Makan lagi yah, aku suapin … biar tenaga kamu cepat pulih,” ucap Tama.
Akan tetapi, Cellia menggelengkan kepalanya, “Enggak … aku enggak lapar kok Mas. Aku rasanya capek banget deh Mas, aku mau tidur sebentar boleh enggak?” tanya Cellia kepada suaminya itu.
Tama mengingat pesan Dokter dan perawat bahwa tidak boleh tidur, satu jam setelah melahirkan. Akan tetapi, sekarang … sudah tujuh jam. Itu berarti bahwa Cellia bisa beristirahat sebentar. Lagipula, sejak semalam Cellia diterpa badai kontraksi yang memberikan rasa sakit yang luar biasa. Namun, kenapa Tama merasakan tidak enak di hatinya.
“Sebentar … aku tanyakan ke perawat dulu ya Sayang,” balasnya. Sebab, Tama sendiri hanya tidak ingin terjadi sesuatu dengan istrinya, lebih baik dia bertanya kepada perawat terlebih dahulu.
Tama kemudian keluar sebentar dari kamar rawat inap istrinya dan menghampiri perawat yang berjaga, bertanya apakah istrinya boleh tidur untuk sebentar. Berdasarkan perhitungan dari perawat pun, Cellia bisa diperbolehkan istirahat karena sudah tujuh jam berlalu sejak melahirkan subuh tadi.
Usai mendapat jawaban dari perawat, Tama segera masuk kembali ke dalam kamar perawatan Cellia. Pria itu tersenyum, melihat Cellia yang masih terjaga dan tersenyum mengamati bayinya yang begitu mungil dan berwarna merah itu.
“Boleh tidur Sayang … ya sudah, tidur boleh,” ucap Tama.
Cellia pun menganggukkan kepalanya, “Aku tidur ya Mas … jaga putri kecil kita yah,” ucapnya dengan tersenyum menatap Tama.
Beberapa jam berlalu, di kamar itu begitu sepi. Mungkin hanya terdengar suara AC saja yang tak seberapa. Hingga akhirnya, Baby C pun terbangun dan menangis dengan begitu kencangnya. Tama yang memang tidak bisa tidur, bangun dari sofa yang didudukinya dan melihat bayi kecilnya itu.
“Baby C sudah bangun yah? Sebentar yah … Papa bangunkan Mama dulu, mungkin Baby C haus dan ingin ASI yah?” ucap Tama dengan menowel pipi chubby bayinya itu.
Tama kemudian mendekat ke brankar, dan membangunkan Cellia di sana.
“Sayang, Sayang … bangun dulu yuk. Baby C bangun tuh, dia nangis, mungkin saja minta ASI,” ucap Tama.
Akan tetapi, Cellia tidak menunjukkan tanda-tanda hendak bangun. Tama mengernyitkan keningnya, dia mengamati wajah pucat Cellia dengan matanya yang terpejam rapat, “Sayang … bangun dulu yuk,” ucap Tama.
Namun, yang dipanggil masih tidak menunjukkan tanda-tanda hendak bangun. Menggeliat pun tidak. Tama akhirnya menggenggam tangan Cellia, tetapi betapa kaget dan takutnya dia saat merasakan telapak tangan Cellia yang begitu dingin di genggamannya.
“Sayang, bangun Sayang ….”
Di tengah kepanikan yang melanda, Tama memencet tombol yang menghubungkan ke perawat, dia sudah ketakutan, jantungnya berdebar-debar. Air matanya lolos begitu saja. Ya Tuhan, mungkinkah ini sebuah mimpi buruk … di kala kebahagiaan yang baru saja dia cecap, justru Tama harus mengalami kenyataan terpahit dalam hidupnya.
Selang beberapa menit, perawat pun datang. “Tolong istri saya … kenapa istri saya seperti ini,” ucap Tama yang sudah begitu panik.
Bertambah panik karena Baby C yang terus-menerus menangis. Bukan hanya perawat, Dokter pun juga masuk dan memastikan kondisi Cellia. Namun, Dokter menunjukkan sorot mata yang redup.
“Bapak Tama, mohon maaf … Bu Cellia sudah menghadap yang kuasa.”
Deg!
Hancur sudah hati dan hidup Tama. Kali ini dia harus menelan kenyataan pahit. Pamit istrinya beberapa jam yang lalu untuk tidur, rupanya justru membuat sang Istri tidur untuk selamanya. Tama meraung, dia sangat hancur. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan mengalami patah hati yang membuatnya begitu hancur lebur.
“Cellia … bangun Cellia! Lihat aku, lihat Baby C, Cellia! Kamu tidak boleh pergi seperti ini!”
Tangisan dan teriakan Tama memenuhi kamar perawatan itu. Bercampur dengan tangisan Baby C yang juga begitu kencang. Tidak mengira, hidupnya dijungkir-balikkan Tuhan hanya dalam waktu satu hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Banu Tyroni
asyiikkk... lanjut
2024-09-24
0
Mimi Sanah
cerita nya menarik , 🙂
2024-01-17
0
Citraleka Dhami
aku mampir😃
2023-06-14
1