Mas Duda Mencari Ibu Susu
Di sebuah Rumah Sakit, seorang suami sedang menemani istrinya bersalin. Jika masa kehamilan terasa begitu indah, tetapi tidak persalinan karena wanita cantik dan masih berusia 25 tahun itu berkali-kali merintih dan menangis.
“Sakit banget, Mas … aku gak kuat,” rintih Cellia yang miring ke kiri dengan mengusapi perutnya.
Menikmati proses demi proses pembukaan membuat tubuhnya terasa begitu sakit. Tubuhnya pun terasa panas. Sungguh, ini adalah rasa sakit yang tidak pernah Cellia rasakan sebelumnya.
“Sabar Sayang … sudah pembukaan lima. Itu artinya sudah setengah jalan. Sebentar lagi, pasti adik bayi akan lahir. Aku temani yah,” balas Tama dengan memberikan usapan di punggung istrinya yang tengah merasakan sakit bersalin itu.
Akan tetapi, Cellia menggelengkan kepalanya. Rasa sakit yang menghantamnya berkali-kali, membuat wanita itu terus-menerus menangis dan merintih.
“Aku … aku enggak kuat, Mas. Ini sakit banget. Aku gak kuat,” ucap Cellia dengan wajah berlinangan air mata.
Ya Tuhan, mendengar istrinya yang tercinta mengeluh kesakitan dan merasa tidak kuat, Tama sangat terguncang. Tidak kuasa menemani istrinya melahirkan dalam kondisi yang seperti ini.
“Sabar Sayang … kamu pasti kuat. Kamu pasti bisa melewati semuanya ini. Tenang saja, aku akan selalu menemani kamu. Aku usapin punggungnya ya. Sembari kita berdoa kepada Allah, biar mempercepat proses pembukaannya,” balas Tama dengan masih menggerakkan tangannya, memberikan usapan di punggung Cellia.
Menit demi menit berganti. Ada kalanya Cellia menangis dan merintih, ada kalanya pula Cellia tertidur untuk sesaat. Gelombang kontraksi yang benar-benar dahsyat hingga membuat wanita itu berwajah sembab, memerah karena kesakitan.
Tama pun sebenarnya tidak tega melihat istrinya kesakitan seperti ini. Akan tetapi, sebelum memutuskan persalinan, Cellia dan dirinya sudah mendiskusikan akan mencoba melahirkan secara normal mengingat bahwa kepala janin sudah masuk ke dalam panggul, tidak ada lilitan di tubuh bayinya, dan juga berat bayi yang masih normal. Dokter memang memberikan advice kepada keduanya untuk bisa melahirkan secara normal. Kendati demikian, pasien memiliki kebebasan untuk memilih melahirkan secara normal atau pun caesar. Sekarang, melihat betapa sakitnya Cellia merasakan tubuhnya yang sakit dan merintih terus-menerus, Tama menyesali dengan keputusan keduanya.
Lebih baik mengambil metode caesar dan istrinya itu tidak akan mengalami rasa sakit sedahsyat ini. Namun, semuanya sudah dijalani. Pembukaan terus terlanjut. Kian bertambahnya pembukaan, kian terasa sakit di sekujur tubuh Cellia.
***
Lima Jam kemudian ….
“Sudah pembukaan delapan ya Bapak dan Ibu. Dua pembukaan lagi dan adik bayinya akan lahir. Jangan menangis Bu Cellia. Jika terlalu banyak menangis, nanti tenaga Ibu akan terkuras habis. Padahal untuk melahirkan lagi membutuhkan tenaga untuk mengeluarkan adik bayi,” pesan dari perawat yang memantau Cellia dengan intensif.
Lagi-lagi air mata lolos begitu saja dari mata Cellia. Wanita itu menggelengkan kepalanya perlahan, “Sakit banget Suster … saya tidak kuat,” balas Cellia.
Tiap kali Cellia mengatakan dirinya tidak kuat, rasanya hati Tama bagai dihantam benda berkekuatan besar. Hatinya begitu pilu mendengar langsung suara lirih istrinya yang sudah dinikahinya selama 1,5 tahun itu.
“Stttss, jangan begitu Sayang … semangat yah. Tidak lama lagi kok. Putri kecil kita akan lahir. Kamu harus kuat, Allah akan berikan kita kekuatan,” ucap Tama.
“Yang dikatakan suami Ibu benar … semangat Bu Cellia. Dua pembukaan lagi. Jika sesuai prediksi, satu atau dua jam lagi, Ibu sudah bisa mendengar tangisan pertama si baby. Sudah bisa menatap wajah ayunya,” balas sang perawat.
Usai mengecek kondisi Cellia, Tama pun kini duduk di sebuah kursi yang berada di depan brankar dan menggenggam tangan istrinya itu.
“Yuk semangat Sayang … aku ada di sini buat kamu. Kita akan menyambut putri kecil kita bersama-sama yah. Aku cinta kamu,” ucap Tama dengan lembut.
Perlahan Cellia tersenyum, “Aku juga cinta kamu, Mas … sangat cinta kamu. Namun, jika nanti aku akhirnya menyerah … maafkan aku ya Mas. Aku melahirkan putri kecil kita. Berikan nama yang sudah kupilih atasnya. Nama yang menjadi bukti betapa Ibunya sangat mencintainya,” balas Cellia dengan tergugu pilu.
Ya Tuhan, betapa hancurnya hati Tama. Tidak kuasa, hingga air matanya berderai begitu saja. Kali ini dadanya terasa kian sesak, dan dalam hatinya Tama terus memanjatkan doa, memohon agar sang Istri mendapat kekuatan dari yang kuasanya.
“Mas Tama … sakit Mas … sakit banget,” rintih Cellia kali ini. “Aa … sakit Mas, kayak ada yang mau keluar,” teriak Cellia kali ini.
Tangan Tama pun segera memencet tombol yang terkoneksi dengan perawat, sehingga perawat pun segera datang dan mengecek kondisi Cellia.
“Bagaimana Pak?” tanya seorang perawat yang masuk dan seorang Dokter Kandungan yang juga sudah siaga.
“Istri saya mengeluh perutnya sakit sekali, Dok … mungkin saja pembukaannya sudah lengkap,” balas Tama.
“Baik kita akan cek yah,” ucap perawat itu.
Sang perawat menunduk dan melihat ke jalan lahir milik Cellia. Di sana sudah membuka sepuluh centimeter, dengan kepala bayi yang sudah kelihatan.
“Ya, pembukaan sudah lengkap. Sudah waktunya untuk melahirkan,” jelas perawat itu.
Dokter kandungan pun bersiap dan mulai memberikan instruksi kepada Cellia.
“Bu Cellia, dengarkan instruksi saya yah … ketika terjadi kontraksi dan perut terasa sakit dan kencang, Ibu ambil nafas dan dorong di panggul, untuk mengeluarkan bayinya. Sekarang ya Bu … yuk, satu … dua … tarik nafas … dorong, yak!” Dokter Indri itu memberikan instruksi kepada Cellia.
Beberapa kali juga Cellia mengerahkan segala tenaganya untuk mengeluarkan bayinya. Akan tetapi, beberapa kali percobaan, sia-sia saja usahanya.
“Capek Dok … saya capek,” ucap Cellia dengan suara yang sudah begitu lirih.
“Dokter, apa bisa dipasangkan oksigen … kondisi istri saya begitu lemah,” ucap Tama yang meminta untuk pemasangan oksigen kepada istrinya.
“Baik Pak,” jawab Dokter Indri.
Perawat segera memasangkan oksigen ke hidung dan mulut Cellia, dan Dokter Indri kembali memberikan instruksinya.
“Yuk, Bu Cellia … satu atau dua kali dorongan lagi dan si baby sudah keluar,” jelasnya.
Tama menggenggam tangan Cellia, “Yuk Sayang … kita berjuang bersama-sama yuk. Putri kecil sudah ingin digendong Mama dan Papanya. Semangat yah … yuk, bisa!”
Cellia mengumpulkan seluruh kekuatannya, dengan menggenggam erat tangan Tama. Dia menarik nafas sebanyak mungkin, mengeluarkannya perlahan, dan mendorong panggulnya.
“Hhhh, Mas Tama,” ucapnya dengan teriakan yang seakan tertahan.
Di saat yang bernama tangisan yang begitu kencang dari bayi menggema di ruang bersalin itu. Seorang bayi perempuan yang cantik telah lahir untuk Tama dan juga Cellia.
“Kamu berhasil Sayang … putri kita sudah lahir. Lihatlah buah hati kita berdua,” seru Tama dengan mendaratkan kecupan demi kecupan di kening Cellia.
Sungguh luar biasa proses yang dijalani mereka kali ini. Dengan mata kepalanya sendiri, Tama melihat bagaimana istrinya berjuang, mengerahkan segala daya upaya untuk melahirkan buah cinta mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Banu Tyroni
... yah komennya blm ada
2024-09-24
0
Cetak Photommp
kok Dokternya kayak kurang pengalaman? masa pasien udah lemah banget malah suami pasien yg kasih tau harus apa
2023-12-09
2
Sri Supeni
awal yg sedih
2023-09-30
0