Evelyn menatap countess dengan marah. "Aku akan mengadu pada count, dia akan memberimu hukuman karena telah menghina aku dan anak kami!"
Countess Ava tidak takut dengan ancaman Evelyn lagi, saat ini permaisuri dan pangeran pertama melindunginya.
Countess Ava tidak bodoh, sudah lama menjadi bangsawan di kekaisaran Helcia. Ayahnya juga count dan memiliki kekayaan di bawah count Ava, itu sebabnya ayah countess tidak peduli masalah yang dialami countess karena menerima uang pernikahan yang begitu banyak demi adik tiri countess.
"Karena suasana hatiku sedang baik, aku tidak akan menghukum kamu. Sebaliknya, aku akan keluar dari tempat ini bersama anak-anak seperti yang kamu dan count inginkan."
Evelyn ingin tertawa tapi tidak bisa menunjukannya secara terang-terangan, para pelayan count masih menghormati countess. Dia menangis sedih dan menghapus air mata palsu dengan sapu tangan mewah. "Kakak, jangan melakukan hal kejam seperti itu. Count dan aku tidak pernah mengharapkan hal seperti itu. Kami salah karena saling jatuh cinta tapi-"
"Salah? Jatuh cinta?" tawa countess. "Kami selalu melakukan hubungan di tempat tidur, mananya yang jatuh cinta padamu, Evelyn?"
Evelyn menundukkan kepala, berusaha menahan amarah. "Count hanya menghormati kakak sebagai istri, jadi-"
"Jadi, kamu merasa cemburu, bukan?" tanya countess. "Di dunia ini tidak ada wanita yang rela prianya tidur dengan wanita lain, termasuk kamu. Aku serahkan posisi countess kepadamu, Evelyn. Kamu merasa lebih pantas menduduki tempat ini, bukan?"
Kepala pelayan menjadi panik ketika mendengar kalimat istri majikannya. "Countess, tolong tarik perkataan anda. Jangan pergi dari rumah."
Countess balik badan dan tidak peduli dengan nasehat kepala pelayan. "Mana anak-anak? Mai, bantu aku bawa semua gaun dan perhiasanku!"
Mai yang merupakan pelayan pribadi countess sejak muda, mengikuti perintah majikannya. "Anak-anak di perpustakaan, saya akan mengurus gaun dan perhiasan anda, countess."
"Cepat, sebelum count datang."
Mai mengangguk semangat, akhirnya bisa melihat countess bersemangat kembali. "Saya juga akan ikut dengan anda, countess. Tidak peduli kemanapun anda berada."
Countess tersenyum bahagia. "Terima kasih, Mai."
Dari bawah tangga, Evelyn menatap iri countess yang bicara dengan pelayannya. Bahkan meskipun sekarang sudah melahirkan anak, count tidak pernah memberikannya pelayan pribadi.
Countess segera mengambil anak-anaknya di perpustakaan dan mengemasi gaun serta perhiasan anak-anak.
"Ibu, kita mau pergi kemana?"
"Ayah sedang keluar, apakah kita tidak minta izin kepada ayah?"
Satu hal yang selalu disesalkan countess seumur hidupnya, menutup mata perlakuan count yang bersikap dingin terhadap kedua putri.
Countess harus bertahan demi masa depan anak-anak tapi mungkin akan sia-sia, setelah mendengar nasehat Daniela.
'Para wanita yang diceraikan tidak akan mendapat kompensasi apa pun kecuali gaun dan perhiasan, para wanita cenderung meninggalkan anak-anak mereka ke para ayah. Jika anak laki-laki mungkin nasibnya akan lebih beruntung karena bisa dijadikan pewaris. Bagaimana dengan anak perempuan?'
Countess merinding jika membayangkan anak-anak perempuannya dijual ke bangsawan tua demi keserakahan count. Tidak! Anak-anakku tidak akan mengalami hal yang sama denganku!
"Ayah kalian tidak mencintai kita bertiga, kita harus keluar dari tempat ini."
"Jadi benar ayah tidak mencintai kita?" Isak anak sulung countess.
"Kenapa? Salah kami apa?" tanya anak bungsu countess.
Countess memeluk erat kedua putrinya. "Kalian tidak salah, ayah kalianlah yang membuat kesalahan. Lihat."
Countess memberanikan diri dengan menggulung lengan gaun kirinya. "Kalian lihat ini bukan?"
Kedua anak perempuan countess menangis.
"Apakah ini sakit?"
"Apakah ayah yang melakukannya?"
Hati countess menjadi hancur, anak-anaknya adalah orang yang paling peduli kepada dirinya seorang, tidak ada orang lain.
'Countess, mungkin saya terdengar lancang mengatakan ini. Tapi tidak semua anak ingin melihat salah satu orang tuanya menderita. Mereka bisa menjadikan luka anda sebagai trauma dan menyalahkan diri sendiri. Bertahan itu bagus, tapi bertahan sambil menyeret luka, tidak akan pernah bagus.'
Benar, yang dikatakan lady Aelthred sangat benar. Anak-anak cukup membutuhkan satu orang tua saja, tidak yang lain.
"Ibu, kita harus pergi dari sini sebelum ibu terluka lebih banyak lagi."
"Kami akan mengikuti ibu kemana pun!"
Countess memeluk kedua anaknya dengan bahagia.
Setelah selesai berkemas, countess buru-buru menuruni tangga bersama anak-anaknya sambil membawa tas, begitu juga dengan Mai.
"Kamu belum berkemas?" tanya countess.
"Tidak perlu, waktunya sangat singkat. Untung saya sudah menyimpan semua gaji di bank." Tawa Mai.
Countess mengangguk lalu menuruni tangga. Kepala pelayan dan ksatria count menghalangi jalan countess.
"Countess, tolong pikirkan dengan bijak. Count tidak akan membiarkan anda keluar dari tempat ini," kata kepala pelayan ketika melihat countess dan lainnya sudah turun dari tangga.
Countess tertawa muram. "Count takut, kalian semua sendiri juga tahu bagaimana perlakuan count terhadap istri dan anak-anaknya tapi hanya menutup mata."
Kepala pelayan mengerutkan kening. "Countess, count mencintai anda. Kami tidak bisa ikut campur masalah rumah tangga majikan. Kami di sini dibayar count, tolong pikirkan sekali lagi atau saya terpaksa memaksa anda untuk mundur."
Countess membawa anak-anaknya ke belakang punggung, begitu juga Mai. "Jangan pernah menyentuh mereka, aku tidak akan memaafkan kalian!"
"Countess-"
"Sebagai pelayan count yang terhormat apakah diizinkan bersikap tidak sopan kepada majikannya?"
Semua orang menoleh ke arah pintu yang terbuka, para ksatria pertama dan pendeta tinggi Rohan masuk ke dalam rumah count.
Pendeta tinggi Rohan memberikan salam dengan membungkuk hormat kepada countess setelah melewati pasukan ksatria count yang terpaksa menyingkir karena kehadirannya. "Countess, saya membawa pasukan dari pangeran pertama, perwakilan dari permaisuri. Membawa anda sebagai janji untuk perlindungan."
Countess menghela napas lega, Daniela menepati janjinya.
Sementara di kediaman Aelthred, Zoe dan Zuu menyaksikan pertengkaran atasan mereka dengan Daniela.
"Pangeran pertama, saya mohon bantu menggantikan tugas di kuil," mohon Daniela.
"Tidak, kamu yang berulah kenapa harus aku yang menggantikannya?"
"Sebentar saja, sampai aku mendapatkan kompensasi dari countess."
"Hah!"
Daniela berkacak pinggang dan menatap tajam pangeran pertama. "Di kuil ada berbagai macam makanan sehat, tidak berlemak. Anda juga bisa makan dengan sepuasnya."
"Aku tidak tertarik."
"Pangeran pertama, tidak bisakah membantu bangsawan lemah seperti saya?"
"Kamu tidak lemah, pura-pura lemah. Bagaimana jika penyamarannya diketahui? Aku tidak mau mengambil resiko!"
"Bukankah gampang? Tinggal pakai topeng atau mantel panjang, supaya tidak diketahui banyak orang. Pangeran pertama, para pendeta di kuil mampu dipercaya dan bersikap netral, jika anda bisa menjalin hubungan dengan baik- posisi anda tidak akan goyah."
"Aku menyerahkan tahta ke adikku, jadi aku tidak tertarik membangun hubungan ke siapa pun."
Daniela memegang tengkuk leher dan menunjuk pangeran pertama dengan tidak sopan sambil bertanya ke Zoe dan Zuu. "Jika kalian tidak bantu aku membuat pangeran pertama menggantikan tugas di kuil, aku tidak akan menyerahkan sekian persen kompensasi dari countess."
Dengan sigap Zoe dan Zuu berdiri dan berkata sama. "Siap, lady."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Pandagabut🐼
zoe dan zuu berpihak pada uang../Facepalm//Grin//Grin//Grin/
2025-01-16
0
Hikam Sairi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-05-31
1
AK_Wiedhiyaa16
Semangat perjuangkan kebebasanmu demi masadepan putri2mu Countess
2022-11-05
1