Pertengkaran

"Embun!" Sapa Ilham, kedua tangannya membawa payung. Embun menoleh, saat mendengar suara Ilham.

Langkah kaki Ilham tersamar dengan suara rintik hujan. Embun berjalan pelan di bawah rintik hujan. Sunyi malam semakin terasa mencekam. Namun tak sedikitpun ada kata takut dalam diri Embun. Sesepi apapun desa , disinilah Embun dibesarkan. Embun akan selalu merasa nyaman. Tak pernah ada kata gelisah, jika Embun masih bisa menghirup udara di desa yang asri.

"Ada apa?"

"Pakailah, gamismu sudah basah. Aku tidak ingin melihatmu sakit!" Ujar Ilham, sembari memberikan payung kepada Embun.

Dengan mengutas senyum, Embun menggelengkan kepala. Embun tak pernah ingin membebani orang lain. Bantuan yang ditawarkan Ilham tidak salah. Namun Embun menolak, karena payung yang ada hanya satu. Tidak mungkin Embun menerima bantuan. Sedangkan Ilham harus kehujanan.

"Aku sudah menduga penolakanmu. Setidaknya biarkan aku mengantarmu. Hujan yang turun, menutupi jalan. Aku takut terjadi sesuatu padamu!" Ujar Ilham, Embun mengangguk pelan.

Embun dan Ilham berjalan beriringan, keduanya merasakan sentuhan rintikan hujan. Dingin menusuk tulang keduanya. Namun entah kenapa keduanya merasa nyaman? Seolah dingin tak mengusik tubuh mereka. Jauh dalam hati Ilham, ada kebahagian yang tak bisa dikatakan. Meski kebahagiannya tak pantas lagi dirasakannya.

"Kapan rencana pernikahanmu?"

"Entahlah?" Ujar Embun, sembari mengangkat kedua pundaknya pelan.

"Maksudmu!"

"Semua tergantung abah!"

"Tapi ini hidupmu!"

"Aku tahu, tapi hidupku sepenuhnya milik abah!"

"Embun!" Sapa Ilham lirih, Embun menoleh. Nampak Ilham menunduk, seakan berat bagi Ilham bicara jujur.

"Katakan!"

"Kenapa kamu harus menikah dengannya? Jika memang hatimu tidak menerimanya. Meski aku sadar, prinsipmu takkan goyah. Namun kebahagianmu jauh lebih penting. Perbedaan kalian nyata, tidak mudah menutup mata akan perbedaan itu!"

"Ilham, maafkan aku yang terus mengacuhkan ketulusanmu!"

"Kamu menyadarinya!" Sahut Ilham, Embun mengangguk pelan.

"Sejak kecil kita bermain bersama. Langkah kecil kita selalu bersama melewati jalan desa ini. Kisah kita terukir indah di setiap sudut desa. Lapangan tempat kita berebut bola, sungai tempat kita mandi bersama. Semua begitu indah, tapi janjiku pada Abah jauh lebih suci. Aku tak mungkin mengkhianati janji itu. Demi hubungan semu dua hati manusia!"

"Artinya kamu belum mencintai dia!" Ujar Ilham, Embun menggelengkan kepalanya lemah.

"Sampai detik ini, tak ada yang membuatku mencintai dia. Abra seorang pengusaha sukses, dia penuh pesona dan ketampanan sempurna. Aku hanyalah gadis desa, tak sepantasnya aku bersanding dengannya. Entah kapan Abra sadar? Jika aku tak pantas menjadi pendampingnya!"

"Sampai kapan kamu akan bertahan? Jika hatimu saja tidak belum menerimanya. Hubungan tanpa hati, tidaklah mudah Embun. Sakitnya tidak akan sanggup kamu tahan. Kamu yang akan tersakiti!"

"Aku tahu Ilham, biarkan semua terjadi. Pernikahan antara aku dan Abra, harus terjadi. Hubungan dua keluarga memang harus terjalin. Seandainya kelak air mataku mengalir, biarkan itu sebagai balas budiku pada Abah!"

"Dengan menggadaikan kebahagianmu!"

"Bukan hanya kebahagianku, hidupku mampu aku pertaruhkan!" Ujar Embun, Ilham terdiam.

Tak ada lagi suara yang terdengar, keduanya membisu larut dalam pikiran. Langkah Embun dan Ilham membelah jalan gelap di depannya. Keduanya seolah nyaman berjalan tanpa penerangan. Langkah kaki yang begitu ringan, sampai mereka tidak menyadari telah tiba di halaman rumah Embun.

"Sampai kapan kalian akan terus berjalan menunduk!" Teriak Abra lantang, Embun dan Ilham mendongak bersama. Nampak Abra berdiri bersandar di samping mobilnya. Hujan membasahi tubuh Abra.

Embun menatap lekat Abra, tidak ada rasa takut akan amarah Abra. Embun benar-benar menganggap santai amarah Abra. Dengan perlahan Embun mendekati Abra. Namun Abra tak bergeming, pimikirannya dipenuhi rasa amarah akan kebersamaan Embun dan Ilham.

"Sejak kapan kamu datang?"

"Apa pedulimu?" Sahut Abra dingin, Embun tersenyum. Lalu berjalan melewati Abra, Embun tidak peduli akan amarah Abra. Sikap dingin yang membuat Abra semakin kesal.

"Embun!"

"Ada apa lagi?" Sahut Embun dingin.

"Ilham pulanglah, sebelum kamu menjadi sasaran amarah Abra!"

"Tapi kamu!"

"Aku bisa menjaga diri, seorang suami tidak akan sanggup menyakiti istrinya. Pergilah Ilham, aku akan baik-baik saja!" Pinta Embun, Ilham mengangguk pelan. Tanpa menoleh, Ilham melangkah pergi. Dia mencoba percaya akan perkataan Embun.

"Berhenti!" Teriak Abra emosi, Embun menghentikan langkahnya.

"Apa alasan amarahmu? Aku tidak akan berdebat, untuk sesuatu yang tidak masuk akal!" Ujar Embun, lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

"Embun!" Ujar Abra sembari menahan tangan Embun.

"Gantilah bajumu, aku tidak ingin disalahkan. Jika CEO muda Abimata sakit!"

"Embun, cukup!" Ujar Abra emosi, Embun menoleh.

"Ada apa Abra? Kenapa kamu begitu marah? Apa kesalahanku?"

"Kamu berjalan berdua dengannya dalam gelap. Kalian hanya berdua di bawah rintik hujan. Katakan, tidak pantaskah aku marah. Jika melihat hubungan kalian!"

"Hubungan yang mana? Pertemanan kami telah terjalin, jauh sebelum aku mengenalmu. Tidak pantaskah aku tetap mengenalnya. Dia temanku dan hanya teman. Haruskah kehadiranmu merenggut semua hidupku. Menghapus semua hubungan yang pernah ada dalam hidupku!" Ujar Embun lantang, Abra dia menatap tajam Embun.

"Aku tidak berpikir seperti itu!"

"Kamu tidak hanya berpikir, kamu sudah melakukannya. Teriakkanmu sejak tadi, seolah ingin menghabisiku. Entah kesalahan apa yang kulakukan? Amarahmu jelas menyalahkanku!"

"Embun, aku mohon!"

"Abra, selama ini kamu selalu bicara. Kamu marah, saat hatimu terluka. Namun pernahkah kamu peduli akan luka orang lain. Kamu marah melihatku pergi dengan Ilham. Lantas, katakan padaku? Saat aku melihatmu dengan wanitamu. Aku hanya diam, kamu melarangku berpikir buruk. Sekarang apa hakmu melarangku jalan dengan Ilham!"

"Embun, hentikan bicaramu!"

"Kamu yang harus diam Abra, inilah fakta yang harus kamu tahu. Aku dan Ilham hanya teman, tidak pernah lebih. Dia memang menyukaiku, tapi tidak pernah aku menerima cintanya. Aku bukan dirimu, hati dan tubuhku suci. Hanya tanganmu yang pernah menyentuh tubuhku. Hanya napasmu yang terasa di pipiku. Dalam hatiku memang tidak ada cinta untukmu. Namun setiaku hanya untukmu. Kamu kejam Abra, ketika berpikir buruk tentangku!" Ujar Embun emosi, dengan kuat Embun menghempaskan tangan Abra.

Embun berjalan masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju kamarnya. Tepat di ruang tengah, Embun berpapasan dengan Abah. Sebenarnya sejak awal abah sudah mendengar pertengkaran Abra dan Embun. Namun abah memilih diam, dia tidak ingin ikut campur dalam urusan Embun dan Abra. Apalagi dalam proses saling mengenal. Secara hukum agama, keduanya sah sebagai suami istri. Meski ada perjanjian dalam pernikahan secara agama mereka.

Tap Tap Tap

Embun berjalan menampaki tangga menuju lantai dua. Abra mengejar Embun, seolah rumah Embun sudah menjadi rumahnya sendiri. Abra mengangguk menyapa Abah, dengan seutas senyum Abah menyahuti sapaan Abra. Perlahan Abra menghampiri Abah, dia mencium punggung tangan Abah.

"Kendalikan emosimu, belajarlah mengerti amarah sesaat Embun. Jika bicara tidak bisa menemukan titik tengah. Lebih baik diam dan bicarakan besok saat semua tenang!" Ujar Abah sembari menepuk punggung Abra.

"Abah tidak marah!" Ujar Abra lirjh, Abah menggelengkan kepalanya lemah.

"Dia istrimu, hakmu jika ingin mengajarinya. Abah tidak berhak atas hidup Embun. Namun ingatlah, dia putri Abah. Jangan pernah sakiti dia, jika tidak ingin melihat amarah abah!"

"Terima kasih abah!"

"Naiklah ke kamarnya, bicarakan dengan baik-baik. Abah keluar sebentar!" Pamit Abah, Abra mengangguk pelan.

Braaakkk

Embun membanting pintu dengan sangat keras. Jelas amarah Embun tersulut, tatapan keraguan Abra memancing emosi Embun. Amarah yang tak pernah Abra sangka, dalam sekejap keramahan Embun terlihat begitu menakutkan. Abra berlari menyusul Embun menuju kamarnya. Dengan hati berdebar, Abra membuka pintu kamar Embun. Harum parfum Embun, menggugah gairah Abra.

Perlahan Abra menutup pintu kamar Embun, memutar kunci lalu berjalan masuk semakin dalam. Abra melihat Embun tengah memilih gamis. Jelas keduanya tengah basah kuyub oleh hujan yang turun. Abra langsung menarik pinggul ramping Embun. Dengan penuh kehangatan, Abra memeluk Embun dari belakang. Menyadarkan kepalanya di pundak Embun. Abra mencium lembut pundak Embun, tapi dengan sigap Embun meronta.

"Lepaskan!" Teriak Embun, tapi tenag Abra lebih kuat.

Amarah yang semula mengisi hati Abra. Nyata berganti hasrat yang tak bertepi. Abra lupa akan batasan yang telah disepakati. Abra seolah tak ingin lepas dari tubuh harum Embun. Perlahan Abra menarik hijab panjang Embun, melepar sembarangan ke atas tempat tidur Embun. Perlahan Abra menyibak rambut hitam legam Embun. Mencium lembut tengkuk putih Embun. Mengalirkan kehangatan yang begitu menggairahkan. Embun larut dalam dekapan dan kecupan hangat Abra.

"Maafkan aku!" Bisik Abra, Embun terdiam dalam dekapan kuat Abra.

Bibirnya terasa kelu, tangan Abra terasa membakar tubuh Embun. Darahnya mendidih, mengalir begitu deras sampai Embun tak mampu menahannya. Embun menutup mata, merasakan sentuhan demi sentuhan Abra. Embun larut dalam hasrat cinta yang meluap dalam nadinya. Abra terus mendekap Embun, menelusuri setiap inci tubuh Embun.

"Biarkan aku membuktikan, kamu istriku!" Bisik Abra tepat di telinga Embun.

Embun hanya bisa pasra, kehangatan Abra membuatnya bergairah. Perlahan Abra melempar tubuh Embun di atas tempat tidur. Tubuh basah mereka, semakin basah oleh keringat penuh cinta. Tangan Abra seakan tak ingin berhenti, semakin liar menyusuri tubuh indah Embun. Sentuhan cinta yang pertama kali dirasakan oleh tubuh indah Embun.

"Embun!"

"Kamu yakin!"

"Tidak ada jalanku kembali, tubuhku telah tersentuh. Tak ada lagi kata suci. Lakukan apa yang kamu inginkan? Setidaknya inilah yang akan membuatmu percaya. Aku masih suci dan tulus menerima hubungan ini!" Ujar Embun dengan napas yang mulai terengah-engah.

"Embun!"

"Lakukanlah, itu hakmu!"

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kan nantinya siapa yang akan jatuh cinta duluan yah kalo uda gini

2023-06-09

0

manda_

manda_

lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu waduh mau anu anu ya 😂😂😂🤭🤭🤭

2022-10-28

2

Emi Wash

Emi Wash

waduh....

2022-10-28

0

lihat semua
Episodes
1 Embun Khafifah Fauziah
2 Pabrik Tua
3 Janji
4 Abrar Ahmad Abimata
5 Kecelakaan
6 Pertemuan
7 Tuan Ardi Abimata
8 Perdebatan
9 Kesucian Embun
10 Restoran
11 Indira Wijaya
12 Haykal Putra Abimata
13 Makan Siang
14 Waktu Berdua
15 Pertengkaran
16 Sarapan Pagi
17 Di Bawah Hujan
18 Keputusan
19 Nafis Naufal Farzan
20 Kejujuran
21 Tengah Malam yang Hangat
22 Hadiah Berharga
23 Permintaan Kecil
24 Ibrahim Dwi Abimata
25 Halaman Belakang
26 BUlan Purnama
27 Bunga Tulip
28 Hari Pernikahan
29 Sang Fajar
30 Rumahmu, Istanaku
31 Malam yang Tertunda
32 Tenangku hanya Bersamamu
33 Clara Lexa Viviana
34 Makan Malam
35 Bintang Pesta
36 Arshan Arya Adiputra
37 Amarah Abra
38 Sakit
39 Taman
40 Keinginan
41 Dua mangkok bakso
42 Amarah Arya
43 Ibu
44 Cinta Embun
45 Trauma
46 Sarapan Sederhana
47 Aulia Nur Hikmah
48 Ayam Goreng dan Sambal Pedas
49 Dia bukan siapa-siapa?
50 Makan Siang
51 Almaira Adijaya dan Sofia Adijaya
52 Ayah
53 Ibra yang Patah Hati
54 Maaf
55 Tamparan
56 CCTV
57 Belanja
58 Dewangga Adijaya
59 Iman Ayyun Khumanni
60 Pelukan
61 Afifah Khayra
62 Hukuman
63 Sarapan pagi
64 Perdebatan
65 Janji Ibu
66 Embun Sakit
67 Tidur di Lantai
68 Kegelisahan Ibra
69 Keputusan
70 Cemburu itu Sakit
71 Makan malam
72 Salah paham
73 Senja
74 Pulang Tengah Malam
75 Mama Almaira
76 Belanja Berdua
77 Mutiara Desa
78 Cetak Biru
79 Jodoh
80 Malam di Bukit
81 Khairunnisa Azka Saniya
82 Kantin Kantor
83 Mengantar Pulang
84 Alvia Maulida Zahro
85 Kejujuran
86 Makan malam
87 Arti Cinta
88 Acara Pinangan
89 Kejutan di tengah gerimis
90 Cafe Resort
91 Rapat
92 Rumah Sakit
93 Makan malam yang hangat
94 Amarah Gunawan
95 Tamu di malam hari
96 Bertamu
97 Hangat yang tercipta
98 Tiga Laki-laki Hebat
99 Fitri Hanum Fauziyah
100 Keputusan Besar
101 Operasi
102 Fakta yang Terucap
103 Malam Panjang
104 Trauma
105 Sadarkan Diri
106 Pilihan
107 Liontin yang Patah
108 Dekapan Hangat
109 Rafan Ghifarri Abdullah
110 Kejadian di Dapur
111 Pulang Tengah Malam
112 Dirgantara Dwi Sanjaya dan Mira Putri Abiyaksa
113 Rahasia Terpendam
114 Pagi yang Ribut
115 Berjuang
116 Presentasi
117 Kakek
118 Harta Warisan
119 Kabar Bahagia
120 Sarapan Bersama
121 Rapat
122 Perdebatan
123 Mengadu
124 Keputusan Abra
125 Cinta Embun
126 Sahabat Terbaik
127 Kata Maaf
128 Embun sakit
129 Fahmi bimbang
130 Rencana Fahmi
131 Pernikahan
132 Embun Putriku
133 Berita Bahagia
134 Penyatuan Cinta
135 Arti Mimpi
136 Rindu yang terbayar
137 Pergi ke Kantor
138 Di Bawah Gerimis Malam
139 Rencana Pembatalan Kontrak
140 Fakta mengejutkan
141 Wijaya Eka Nugraha
142 Sabrina Salsabilla
143 Dua Bulan
144 Rembulan Saksi Cinta
145 Kebahagian Nur
146 Pulang Terlambat
147 Kasih Sayang yang Berbeda
148 Sujud dan Doa
149 Firasat Indira
150 Amarah Seorang Ayah
151 Kanaya Fauziah Abimata
152 PAPA
153 Pergi ke Rumah Sakit
154 Hangat Kasih Sayang Rafan
155 Tanah Lapang
156 Malam Pertemuan
157 Adinda Hanna Zahira
158 Hanif Eka Adijaya
159 Permintaan Seorang Ayah
160 Hanna Sakit
161 Kantin Rumah Sakit
162 Makan Malam
163 Khumaira Nabila Ikhsani
164 Lamunan Rafan
165 KASIH SAYANG
166 PEMAKAMAN
167 HANGAT AYAH dan ANAK
168 Dasar Hubungan
169 Di Bawah Guyuran Hujan
170 PULANG BERSAMA
171 PERGI KE KAMPUS
172 ANTARA CINTA dan KASIH SAYANG
173 KECEMASAN RAFAN
174 RINDU YANG MENYIKSA
175 PILIHAN
176 KEINDAHAN LAUT MALAM
177 Haykal Anzari Ansa
178 Hangat Suami-Istri
179 Hangat di waktu Subuh
180 Sisi Lain Kanaya
181 Pertanggungjawaban
182 Tiga Sahabat
183 Gedung Pernikahan
184 Abil Daffa muwaffaq
185 Rasa Penasaran Haykal
186 Sang Pengasuh
187 Gadis Sederhana
188 Awal Kehancuran
189 Bukti Kasih Sayang Embun
190 Kesedihan Afifah
191 Kejujuran Haykal
192 Keputusan Kanaya
193 Persetujuan
194 Persetujuan
195 Masa Kelam Kanaya
196 Malam Acara
197 Hakikat Pernikahan
198 Pertemuan
199 Abdul Rizal Saputra
200 Dia Adikku
201 Rumah Sakit
202 Pertemanan
203 Rencana Besar
204 Rencana Makan Malam
205 Imam Sholat
206 Senja yang Indah
207 Dengan Bismillahhirohmanirrohim
208 Keraguan yang Terucap
209 Pertemuan Kedua
210 Rasa Bersalah
211 Akhirnya...
212 Zahra Fauziah
213 proyek
214 Kebenaran
215 Bertamu
216 Talak
217 Pengumuman
218 Fakta
219 Mama
220 Aqeel Faiz Ellyas
221 Rintik Gerimis
222 Pernikahan
223 Undangan
224 Mengajar
225 Galuh Putra Kusuma
226 Adi Putra Kusuma
227 Kekaguman
228 Sholat Bersama
229 Nasi Goreng
230 Suara Hati
231 Manja
232 Jalan Takdir
233 Perselisihan
234 Akhir kesalahpahaman
235 Ibu...
236 Keluarga Terbaik
237 Pengumuman
Episodes

Updated 237 Episodes

1
Embun Khafifah Fauziah
2
Pabrik Tua
3
Janji
4
Abrar Ahmad Abimata
5
Kecelakaan
6
Pertemuan
7
Tuan Ardi Abimata
8
Perdebatan
9
Kesucian Embun
10
Restoran
11
Indira Wijaya
12
Haykal Putra Abimata
13
Makan Siang
14
Waktu Berdua
15
Pertengkaran
16
Sarapan Pagi
17
Di Bawah Hujan
18
Keputusan
19
Nafis Naufal Farzan
20
Kejujuran
21
Tengah Malam yang Hangat
22
Hadiah Berharga
23
Permintaan Kecil
24
Ibrahim Dwi Abimata
25
Halaman Belakang
26
BUlan Purnama
27
Bunga Tulip
28
Hari Pernikahan
29
Sang Fajar
30
Rumahmu, Istanaku
31
Malam yang Tertunda
32
Tenangku hanya Bersamamu
33
Clara Lexa Viviana
34
Makan Malam
35
Bintang Pesta
36
Arshan Arya Adiputra
37
Amarah Abra
38
Sakit
39
Taman
40
Keinginan
41
Dua mangkok bakso
42
Amarah Arya
43
Ibu
44
Cinta Embun
45
Trauma
46
Sarapan Sederhana
47
Aulia Nur Hikmah
48
Ayam Goreng dan Sambal Pedas
49
Dia bukan siapa-siapa?
50
Makan Siang
51
Almaira Adijaya dan Sofia Adijaya
52
Ayah
53
Ibra yang Patah Hati
54
Maaf
55
Tamparan
56
CCTV
57
Belanja
58
Dewangga Adijaya
59
Iman Ayyun Khumanni
60
Pelukan
61
Afifah Khayra
62
Hukuman
63
Sarapan pagi
64
Perdebatan
65
Janji Ibu
66
Embun Sakit
67
Tidur di Lantai
68
Kegelisahan Ibra
69
Keputusan
70
Cemburu itu Sakit
71
Makan malam
72
Salah paham
73
Senja
74
Pulang Tengah Malam
75
Mama Almaira
76
Belanja Berdua
77
Mutiara Desa
78
Cetak Biru
79
Jodoh
80
Malam di Bukit
81
Khairunnisa Azka Saniya
82
Kantin Kantor
83
Mengantar Pulang
84
Alvia Maulida Zahro
85
Kejujuran
86
Makan malam
87
Arti Cinta
88
Acara Pinangan
89
Kejutan di tengah gerimis
90
Cafe Resort
91
Rapat
92
Rumah Sakit
93
Makan malam yang hangat
94
Amarah Gunawan
95
Tamu di malam hari
96
Bertamu
97
Hangat yang tercipta
98
Tiga Laki-laki Hebat
99
Fitri Hanum Fauziyah
100
Keputusan Besar
101
Operasi
102
Fakta yang Terucap
103
Malam Panjang
104
Trauma
105
Sadarkan Diri
106
Pilihan
107
Liontin yang Patah
108
Dekapan Hangat
109
Rafan Ghifarri Abdullah
110
Kejadian di Dapur
111
Pulang Tengah Malam
112
Dirgantara Dwi Sanjaya dan Mira Putri Abiyaksa
113
Rahasia Terpendam
114
Pagi yang Ribut
115
Berjuang
116
Presentasi
117
Kakek
118
Harta Warisan
119
Kabar Bahagia
120
Sarapan Bersama
121
Rapat
122
Perdebatan
123
Mengadu
124
Keputusan Abra
125
Cinta Embun
126
Sahabat Terbaik
127
Kata Maaf
128
Embun sakit
129
Fahmi bimbang
130
Rencana Fahmi
131
Pernikahan
132
Embun Putriku
133
Berita Bahagia
134
Penyatuan Cinta
135
Arti Mimpi
136
Rindu yang terbayar
137
Pergi ke Kantor
138
Di Bawah Gerimis Malam
139
Rencana Pembatalan Kontrak
140
Fakta mengejutkan
141
Wijaya Eka Nugraha
142
Sabrina Salsabilla
143
Dua Bulan
144
Rembulan Saksi Cinta
145
Kebahagian Nur
146
Pulang Terlambat
147
Kasih Sayang yang Berbeda
148
Sujud dan Doa
149
Firasat Indira
150
Amarah Seorang Ayah
151
Kanaya Fauziah Abimata
152
PAPA
153
Pergi ke Rumah Sakit
154
Hangat Kasih Sayang Rafan
155
Tanah Lapang
156
Malam Pertemuan
157
Adinda Hanna Zahira
158
Hanif Eka Adijaya
159
Permintaan Seorang Ayah
160
Hanna Sakit
161
Kantin Rumah Sakit
162
Makan Malam
163
Khumaira Nabila Ikhsani
164
Lamunan Rafan
165
KASIH SAYANG
166
PEMAKAMAN
167
HANGAT AYAH dan ANAK
168
Dasar Hubungan
169
Di Bawah Guyuran Hujan
170
PULANG BERSAMA
171
PERGI KE KAMPUS
172
ANTARA CINTA dan KASIH SAYANG
173
KECEMASAN RAFAN
174
RINDU YANG MENYIKSA
175
PILIHAN
176
KEINDAHAN LAUT MALAM
177
Haykal Anzari Ansa
178
Hangat Suami-Istri
179
Hangat di waktu Subuh
180
Sisi Lain Kanaya
181
Pertanggungjawaban
182
Tiga Sahabat
183
Gedung Pernikahan
184
Abil Daffa muwaffaq
185
Rasa Penasaran Haykal
186
Sang Pengasuh
187
Gadis Sederhana
188
Awal Kehancuran
189
Bukti Kasih Sayang Embun
190
Kesedihan Afifah
191
Kejujuran Haykal
192
Keputusan Kanaya
193
Persetujuan
194
Persetujuan
195
Masa Kelam Kanaya
196
Malam Acara
197
Hakikat Pernikahan
198
Pertemuan
199
Abdul Rizal Saputra
200
Dia Adikku
201
Rumah Sakit
202
Pertemanan
203
Rencana Besar
204
Rencana Makan Malam
205
Imam Sholat
206
Senja yang Indah
207
Dengan Bismillahhirohmanirrohim
208
Keraguan yang Terucap
209
Pertemuan Kedua
210
Rasa Bersalah
211
Akhirnya...
212
Zahra Fauziah
213
proyek
214
Kebenaran
215
Bertamu
216
Talak
217
Pengumuman
218
Fakta
219
Mama
220
Aqeel Faiz Ellyas
221
Rintik Gerimis
222
Pernikahan
223
Undangan
224
Mengajar
225
Galuh Putra Kusuma
226
Adi Putra Kusuma
227
Kekaguman
228
Sholat Bersama
229
Nasi Goreng
230
Suara Hati
231
Manja
232
Jalan Takdir
233
Perselisihan
234
Akhir kesalahpahaman
235
Ibu...
236
Keluarga Terbaik
237
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!