Haykal Putra Abimata

"Abra!" Panggil Indira, Abra menoleh ke arah Indira.

"Dia Embun, calon istriku!" Ujar Abra dingin.

"Kakak bercanda!"

"Tidak ada yang butuh pendapatmu!" Sahut Abra dingin.

"Apa lagi?" Sahut Abra, ketika tangan Embun menarik ujung bajunya.

"Dimana aku sholat? Aku tidak membawa baju ganti!" Ujar Embun polos, Abra menghela napas panjang.

"Akan kusiapkan tuan putri!" Sahut Abra kesal. Abra menarik tangan Embun paksa, tanpa peduli akan sosok Indira yang berdiri di dekat mereka.

"Tunggu Abra!" Teriak Haykal, Abra menghentikan langkahnya. Abra jelas mendengar teriakkan sang ayah. Suami dari Indira Wijaya, putra kebanggaan Ardi Abimata.

"Ada apa?" Sahut Abra, tanpa menoleh. Embun menunduk ketakutan, tangannya dingin dan tubuhnya bergetar. Tanpa Embun sadari, dia telah bersandar pada tubuh tegap Abra. Embun seolah butuh perlindungan Abra, entah kenapa Embun takut mendengar suara Haykal?

"Kemana kamu akan membawa wanita itu? Sejak kapan satu kata darimu bisa memutuskan seorang wanita itu pantas menjadi menantuku? Ingat Abra, tanpa izinku kamu tidak akan bisa menikah dengan wanita manapun? Apalagi wanita rendah yang sedang kamu gandeng. Dia tidak pantas menjadi menantuku!"

"Pantas atau tidak, sejak dulu tak pernah aku butuh persetujuanmu. Papa tidak pernah bertanya padaku, saat menikah dengannya. Sekarang katakan padaku, hak apa yang membuat papa berhak memutuskan hidupku?"

"Abra, jaga bicaramu. Dia istri papa, ibu yang membesarkanmu!"

"Dia istri papa, tapi bukan ibuku!" Ujar Abra lantang, Embun ketakutan mendengar pertengkaran Abra dan Haykal.

Embun memeluk lengan Abra erat, dia lupa akan batasan yang ada diantara dirinya dengan Abra. Embun menyembuyikan wajahnya di balik jas hitam Abra. Ketakutan Embun jelas terlihat, Abra merasakan tubuh Embun bergetar. Embun ketakutan melihat pertengkaran yang tak seharusnya terjadi.

"Mas, sudahal tidak perlu berdebat. Abra berhak menentukan hidupnya. Dia sudah cukup umur, biarkan dia memutuskan yang terbaik bagi dirinya!" Ujar Indira menenangkan, Haykal menggelengkan kepalanya tidak setuju.

Sejak dulu Abra dan Haykal selalu bertentangan. Salah satu alasan Abra memilih tinggal di luar negeri. Semua demi menghindar dari Haykal dan Indira. Bahkan Abra tak pernah ingin mengenal Ibra dan Naura, saudara sedarah beda ibu. Hubungan ayah dan anak yang terus memburuk. Setelah kematian ibu yang melahirkan Abra. Amarah dan kecewanya pada Haykal. Membuat Abra merasa benci pada Haykal dan keluarga kecil yang dibangun Haykal.

"Abra, antar aku pulang!"

"Kamu akan tetap disini. Kamu harus melihat semua ini!" Ujar Abra, Embun menggelengkan kepalanya lemah. Abra tidak peduli akan ketakutan Embun. Dengan sedikit memaksa, Abra memutar tubuh Embun. Keduanya kini berhadapan langsung dengan Haykal.

"Papa, sampai detik ini aku mencoba tenang menghadapi sikap kerasmu. Namun masalah yang satu ini. Aku tidak akan diam, dia calon istriku. Wanita yang aku pilih menjadi bagian hidupku!"

"Wanita yang akan menghabiskan hartamu. Wanita yang jelas ingin mengambil seluruh kekayaanmu. Wanita yang ingin menumpang hidup padamu. Merasakan kemewahan yang bahkan tak pernah ada dalam impiannya. Wanita yang tidak pernah diajarkan harga diri oleh orang tuanya!" Ujar Haykal lantang, Abra marah mendengar hinaan Haykal.

Kedua mata Abra memerah, hatinya terbakar ketika mendengar hinaan yang tak pada tempatnya. Abra hampir saja lupa, jika Haykal ayah kandungnya. Amarah Abra seketika mereda, ketika Embun menggenggam erat tangan Abra. Menenangkan hati yang mendidih akan hinaan tak pantas Abra. Hati Abra tenang, saat menyadari Embun ikhlas menerima hinaan Haykal.

"Maaf tuan Haykal, sebelum anda mempertanyakan tentang didikan orang tua saya. Lebih baik anda berkaca pada diri anda sendiri. Tanyakan pada hati terdalammu, apa yang telah anda ajarkan pada keturunanmu? Sikap sombong akan harta yang jelas hanya titipan. Sikap rendah tanpa kehormatan, dengan mengumbar sesuatu yang tak pantas dilihat. Atau sifat tamak dan menang sendiri, seakan-akan tidak akan ada kata sakit yang mendekat pada kalian!"

"Siapa kamu? Kenapa kamu tahu namaku? Apa kamu sudah mencari informasi tentang keluarga ini?"

"Sayangnya, seujung kuku aku tidak pernah ingin mengenal keluarga ini. Anda benar, jangankan dalam kehidupan nyata. Dalam mimpi aku tidak pernah berharap menjadi bagian keluarga ini!"

"Lantas, kenapa kamu ada disini? Jika bukan mengemis cinta Abra!" Ujar Haykal.

"Papa cukup!" Teriak Abra.

"Tuan Haykal, percayalah sampai detik ini. Tidak ada kata cinta atau mencintai dihati kami. Seandainya putramu menjadi suamiku. Semua itu menjadi jalan yang memang harus kami lalui!" Ujar Embun, seketika Abra menoleh. Nampak raut wajah sedih, seolah perkataan Embun melukai hatinya. Sebaliknya tatapan tegas Embun, membuatnya terlihat kuat.

"Jika bukan karena cinta, apa pernikahan kalian karena harta?" Sahut Haykal lantang, Embun menggelengkan kepalanya pelan.

"Sekarang aku mengerti, kenapa Abra selalu menilai hubungan dengan status sosial? Ternyata semua itu menurun dari anda. Namun percayalah tuan, tak selamanya harta membuat anda tenang dan bahagia. Adakalanya sederhana menjadi ketenangan dalam kekalutan!"

"Kamu berani menjawabku!"

"Abah selalu mengajarkan padaku. Agar aku melindungi diri dari hinaan dan sikap kasar orang lain. Agar orang itu, menghargai kita meski sedikit saja. Bukan berniat atau membangkang pada yang lebih tua. Sejak kecil aku menghormatimu. Mengharapkan sosok berwibawa layaknya dirimu dulu. Namun bayangan manis di masa kecilku. Tak lebih dari angan seorang gadis kecil yang tak menyadari kuat pengaruh sebuah kata bernama uang. Sosok hangat dan baik yang pernah aku kenal. Berubah menjadi dingin tak berhati, ketika kemewahan dan kejayaan ada dalam hidupmu!"

"Tunggu, siapa kamu sebenarnya? Bagaimana kamu bisa menilaiku? Status sosialmu, tidak membuatmu berhak menilaiku!"

"Tuan Haykal Putra Abimata, ayah kandung Abra Achmad Abimata. Suami almarhumah ustadzah Ima'tussaidah, guru mengaji di desa tempat tinggalku. Saudara jauh abah Iman, yang tak lain ayah kandungku!"

"Kamu!" Ujar Abra tak percaya, sembari menarik tangan Embun. Meminta Embun menghadap ke arahnya. Seolah Abra berharap sebuah penjelasan.

"Kamu mengenal Ima!"

"Bukankah dia istri sholeha yang anda tinggalkan!"

"Kamu siapa?" Ujar Haykal tak percaya.

"Aku Embun Khafifah Fauziah, gadis kecil yang dulu selalu merengek ingin duduk di atas pundakmu. Berharap saat itu mampu menggapai bintang bersamamu!"

"Kamu gadis itu!"

"Iya, itu aku gadis yang selalu ada mengikuti langkah kakimu dulu. Namun itu dulu, setelah kepergian kalian. Tak pernah terbersit dalam pikiranku, mengenal atau bahkan mengingat masa itu. Sungguh takdir itu misteri, hari ini aku bertemu denganmu. Bahkan mungkin akan menjadi bagian dari keluargamu!"

"Jangan bermimpi, sampai kapanpun aku tidak sudi melihat kak Abra menikah denganmu? Dia pantas mendapatkan wanita yang lebih baik darimu!" Sahut Naura sinis, Abra langsung menoleh. Tatapan tajam mengunci Naura.

"Sekarang kamu sudah mendapatkan jawabannya!" Ujar Embun dingin, lalu menoleh ke arah Abra.

"Aku ingin pulang, pikirkan kembali pernikahan kita. Aku tidak ingin kamu terpaksa menikah dengan wanita rendah sepertiku!" Ujar Embun dingin, lalu membalikkan badan. Berjalan melewati Abra, perlahan menuju pintu masuk rumah megah keluarga Abimata.

"Aku tak pernah menolak atau ragu menikah denganmu. Sebab bukan aku yang akan terluka, kamu yang seharusnya berpikir seribu kali. Menikah denganku akan membawamu hidup dalam hinaan dan kepahitan. Apa yang terjadi pada mama? Mungkin akan terjadi padamu!"

"Apa kamu pikir itu membuatku takut? Kamu salah menilaiku Abra. Apapun yang terjadi padaku kelak. Itu semua tergantung dirimu, karena kamu imam dan pelindungku!" Sahut Embun santai.

"Jelas kamu tidak ragu, kamu akan hidup dalam kemewahan!" Ujar Naura sinis, Abra langsung menunjuk wajah Nuara. Seketika Indira menarik tangan Naura. Jelas dia melihat amarah Abra. Emosi yang takkan bisa dikendalikan akhirnya.

"Nona besar, kemewahan yang anda tawarkan tak sedikitpun membuat air liurku menetes. Harta kalian masih terlalu murah, jika dibandingkan kasih sayang abah dan orang-orang yang menyayangiku!"

"Abra, pikirkan kembali. Kamu masih memiliki waktu sampai nanti malam. Setelah nanti malam, kamu tidak bisa kembali atau menyerah!"

"Embun!"

"Hmmm!"

"Jika aku setuju menikah denganmu. Apa yang akan kamu persembahkan untukku?" Ujar Abra lantang, Embun menoleh ke arah Abra.

"Kesucian iman yang aku genggam selama ini. Akan kujadikan kamu imam dunia akhiratku. Kuserahkan semua yang aku miliki, tapi saat kamu sendiri yang memintanya!"

"Meski tak ada cinta diantara kita!" Ujar Abra, Embun mengangguk pelan.

"Kenapa?"

"Karena bakti terakhirku pada abah!"

"Tidak mungkinkah kamu mencintaiku!" Ujar Abra lagi, Embun menggelengkan kepalanya pelan. Abra diam menatap gelengan kepala Embun yang jelas menyakitinya.

"Kenapa?"

"Kita berbeda, aku dan kamu lahir dari dua dunia yang tak sama. Takkan pernah ada satu kata dalam hubungan kita. Namun percayalah Abra, sekali tanganku kamu genggam. Takkan aku melepas diri darimu. Sampai tanganmu yang melepasnya. Sebuah ikrar suci yang kuucapkan padamu, hanya padamu calon imam dunia akhiratku!" Sahut Embun lantang, Abra tak berkutik. Abra tak mampu mencegah langkah kaki Embun. Dia melihat harapan yang bercampur dengan kebencian Embun. Haykal tak percaya, melihat sikap Abra yang hangat pada Embun.

"Embun!" Sapa Ibra, sontak Embun mendongak.

"Ibra!"

"Kamu akan menikah dengan kak Abra!" Ujar Ibra tak percaya, Embun mengangguk pelan.

"Kenapa kamu melupakan janji kita?"

"Janji yang terucap bukan terlupa, tapi janji itu telah terlanggar. Saat dua tahun lalu, kamu tidak menemui abah!"

"Tapi!"

"Maafkan aku Ibra, Abra yang menjadi calon imam dunia akhiratku. Abah sudah memilih, tak ada hakku membantah!"

"Sudah selesai kalian bicara!" Sahut Abra kesal, lalu menarik tangan Embun.

"Ikut aku!"

"Abra lepaskan!" Teriak Embun.

Tap Tap Tap

"Masuklah, ini kamarku. Aku akan meminta seseorang membawakan mukena dan baju ganti. Jangan keluar dari kamarku, apalagi menemui Ibra!" Ujar Abra emosi, tepat setelah mereka naik ke lantai dua. Lebih tepatnya kamar megah Abra yang bersebelahan dengan ruang kerja Abra.

"Pemaksa!" Sahut Embun kesal, lalu menutup pintu kasar.

"Akan kupastikan kamu menjadi milikku. Dengan atau tanpa cinta, pernikahan kita akan terlaksana. Aku ingin melihat, seberapa kuat kamu menahan hinaan mereka. Orang-orang yang tak pernah menghargai orang lain!" Batin Abra.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

ternyata ada misi tersembunyi juga ya dibaliik sikap keras & sombong Abra ke Embun

2023-06-09

1

Aliya Jazila

Aliya Jazila

aku kagum dg othor nya kata2nya benar2 bijak

2023-05-13

1

Hani P Hani

Hani P Hani

kesucian hati embun akan membuat titik cerah dalam keluaraga abra

2022-12-09

3

lihat semua
Episodes
1 Embun Khafifah Fauziah
2 Pabrik Tua
3 Janji
4 Abrar Ahmad Abimata
5 Kecelakaan
6 Pertemuan
7 Tuan Ardi Abimata
8 Perdebatan
9 Kesucian Embun
10 Restoran
11 Indira Wijaya
12 Haykal Putra Abimata
13 Makan Siang
14 Waktu Berdua
15 Pertengkaran
16 Sarapan Pagi
17 Di Bawah Hujan
18 Keputusan
19 Nafis Naufal Farzan
20 Kejujuran
21 Tengah Malam yang Hangat
22 Hadiah Berharga
23 Permintaan Kecil
24 Ibrahim Dwi Abimata
25 Halaman Belakang
26 BUlan Purnama
27 Bunga Tulip
28 Hari Pernikahan
29 Sang Fajar
30 Rumahmu, Istanaku
31 Malam yang Tertunda
32 Tenangku hanya Bersamamu
33 Clara Lexa Viviana
34 Makan Malam
35 Bintang Pesta
36 Arshan Arya Adiputra
37 Amarah Abra
38 Sakit
39 Taman
40 Keinginan
41 Dua mangkok bakso
42 Amarah Arya
43 Ibu
44 Cinta Embun
45 Trauma
46 Sarapan Sederhana
47 Aulia Nur Hikmah
48 Ayam Goreng dan Sambal Pedas
49 Dia bukan siapa-siapa?
50 Makan Siang
51 Almaira Adijaya dan Sofia Adijaya
52 Ayah
53 Ibra yang Patah Hati
54 Maaf
55 Tamparan
56 CCTV
57 Belanja
58 Dewangga Adijaya
59 Iman Ayyun Khumanni
60 Pelukan
61 Afifah Khayra
62 Hukuman
63 Sarapan pagi
64 Perdebatan
65 Janji Ibu
66 Embun Sakit
67 Tidur di Lantai
68 Kegelisahan Ibra
69 Keputusan
70 Cemburu itu Sakit
71 Makan malam
72 Salah paham
73 Senja
74 Pulang Tengah Malam
75 Mama Almaira
76 Belanja Berdua
77 Mutiara Desa
78 Cetak Biru
79 Jodoh
80 Malam di Bukit
81 Khairunnisa Azka Saniya
82 Kantin Kantor
83 Mengantar Pulang
84 Alvia Maulida Zahro
85 Kejujuran
86 Makan malam
87 Arti Cinta
88 Acara Pinangan
89 Kejutan di tengah gerimis
90 Cafe Resort
91 Rapat
92 Rumah Sakit
93 Makan malam yang hangat
94 Amarah Gunawan
95 Tamu di malam hari
96 Bertamu
97 Hangat yang tercipta
98 Tiga Laki-laki Hebat
99 Fitri Hanum Fauziyah
100 Keputusan Besar
101 Operasi
102 Fakta yang Terucap
103 Malam Panjang
104 Trauma
105 Sadarkan Diri
106 Pilihan
107 Liontin yang Patah
108 Dekapan Hangat
109 Rafan Ghifarri Abdullah
110 Kejadian di Dapur
111 Pulang Tengah Malam
112 Dirgantara Dwi Sanjaya dan Mira Putri Abiyaksa
113 Rahasia Terpendam
114 Pagi yang Ribut
115 Berjuang
116 Presentasi
117 Kakek
118 Harta Warisan
119 Kabar Bahagia
120 Sarapan Bersama
121 Rapat
122 Perdebatan
123 Mengadu
124 Keputusan Abra
125 Cinta Embun
126 Sahabat Terbaik
127 Kata Maaf
128 Embun sakit
129 Fahmi bimbang
130 Rencana Fahmi
131 Pernikahan
132 Embun Putriku
133 Berita Bahagia
134 Penyatuan Cinta
135 Arti Mimpi
136 Rindu yang terbayar
137 Pergi ke Kantor
138 Di Bawah Gerimis Malam
139 Rencana Pembatalan Kontrak
140 Fakta mengejutkan
141 Wijaya Eka Nugraha
142 Sabrina Salsabilla
143 Dua Bulan
144 Rembulan Saksi Cinta
145 Kebahagian Nur
146 Pulang Terlambat
147 Kasih Sayang yang Berbeda
148 Sujud dan Doa
149 Firasat Indira
150 Amarah Seorang Ayah
151 Kanaya Fauziah Abimata
152 PAPA
153 Pergi ke Rumah Sakit
154 Hangat Kasih Sayang Rafan
155 Tanah Lapang
156 Malam Pertemuan
157 Adinda Hanna Zahira
158 Hanif Eka Adijaya
159 Permintaan Seorang Ayah
160 Hanna Sakit
161 Kantin Rumah Sakit
162 Makan Malam
163 Khumaira Nabila Ikhsani
164 Lamunan Rafan
165 KASIH SAYANG
166 PEMAKAMAN
167 HANGAT AYAH dan ANAK
168 Dasar Hubungan
169 Di Bawah Guyuran Hujan
170 PULANG BERSAMA
171 PERGI KE KAMPUS
172 ANTARA CINTA dan KASIH SAYANG
173 KECEMASAN RAFAN
174 RINDU YANG MENYIKSA
175 PILIHAN
176 KEINDAHAN LAUT MALAM
177 Haykal Anzari Ansa
178 Hangat Suami-Istri
179 Hangat di waktu Subuh
180 Sisi Lain Kanaya
181 Pertanggungjawaban
182 Tiga Sahabat
183 Gedung Pernikahan
184 Abil Daffa muwaffaq
185 Rasa Penasaran Haykal
186 Sang Pengasuh
187 Gadis Sederhana
188 Awal Kehancuran
189 Bukti Kasih Sayang Embun
190 Kesedihan Afifah
191 Kejujuran Haykal
192 Keputusan Kanaya
193 Persetujuan
194 Persetujuan
195 Masa Kelam Kanaya
196 Malam Acara
197 Hakikat Pernikahan
198 Pertemuan
199 Abdul Rizal Saputra
200 Dia Adikku
201 Rumah Sakit
202 Pertemanan
203 Rencana Besar
204 Rencana Makan Malam
205 Imam Sholat
206 Senja yang Indah
207 Dengan Bismillahhirohmanirrohim
208 Keraguan yang Terucap
209 Pertemuan Kedua
210 Rasa Bersalah
211 Akhirnya...
212 Zahra Fauziah
213 proyek
214 Kebenaran
215 Bertamu
216 Talak
217 Pengumuman
218 Fakta
219 Mama
220 Aqeel Faiz Ellyas
221 Rintik Gerimis
222 Pernikahan
223 Undangan
224 Mengajar
225 Galuh Putra Kusuma
226 Adi Putra Kusuma
227 Kekaguman
228 Sholat Bersama
229 Nasi Goreng
230 Suara Hati
231 Manja
232 Jalan Takdir
233 Perselisihan
234 Akhir kesalahpahaman
235 Ibu...
236 Keluarga Terbaik
237 Pengumuman
Episodes

Updated 237 Episodes

1
Embun Khafifah Fauziah
2
Pabrik Tua
3
Janji
4
Abrar Ahmad Abimata
5
Kecelakaan
6
Pertemuan
7
Tuan Ardi Abimata
8
Perdebatan
9
Kesucian Embun
10
Restoran
11
Indira Wijaya
12
Haykal Putra Abimata
13
Makan Siang
14
Waktu Berdua
15
Pertengkaran
16
Sarapan Pagi
17
Di Bawah Hujan
18
Keputusan
19
Nafis Naufal Farzan
20
Kejujuran
21
Tengah Malam yang Hangat
22
Hadiah Berharga
23
Permintaan Kecil
24
Ibrahim Dwi Abimata
25
Halaman Belakang
26
BUlan Purnama
27
Bunga Tulip
28
Hari Pernikahan
29
Sang Fajar
30
Rumahmu, Istanaku
31
Malam yang Tertunda
32
Tenangku hanya Bersamamu
33
Clara Lexa Viviana
34
Makan Malam
35
Bintang Pesta
36
Arshan Arya Adiputra
37
Amarah Abra
38
Sakit
39
Taman
40
Keinginan
41
Dua mangkok bakso
42
Amarah Arya
43
Ibu
44
Cinta Embun
45
Trauma
46
Sarapan Sederhana
47
Aulia Nur Hikmah
48
Ayam Goreng dan Sambal Pedas
49
Dia bukan siapa-siapa?
50
Makan Siang
51
Almaira Adijaya dan Sofia Adijaya
52
Ayah
53
Ibra yang Patah Hati
54
Maaf
55
Tamparan
56
CCTV
57
Belanja
58
Dewangga Adijaya
59
Iman Ayyun Khumanni
60
Pelukan
61
Afifah Khayra
62
Hukuman
63
Sarapan pagi
64
Perdebatan
65
Janji Ibu
66
Embun Sakit
67
Tidur di Lantai
68
Kegelisahan Ibra
69
Keputusan
70
Cemburu itu Sakit
71
Makan malam
72
Salah paham
73
Senja
74
Pulang Tengah Malam
75
Mama Almaira
76
Belanja Berdua
77
Mutiara Desa
78
Cetak Biru
79
Jodoh
80
Malam di Bukit
81
Khairunnisa Azka Saniya
82
Kantin Kantor
83
Mengantar Pulang
84
Alvia Maulida Zahro
85
Kejujuran
86
Makan malam
87
Arti Cinta
88
Acara Pinangan
89
Kejutan di tengah gerimis
90
Cafe Resort
91
Rapat
92
Rumah Sakit
93
Makan malam yang hangat
94
Amarah Gunawan
95
Tamu di malam hari
96
Bertamu
97
Hangat yang tercipta
98
Tiga Laki-laki Hebat
99
Fitri Hanum Fauziyah
100
Keputusan Besar
101
Operasi
102
Fakta yang Terucap
103
Malam Panjang
104
Trauma
105
Sadarkan Diri
106
Pilihan
107
Liontin yang Patah
108
Dekapan Hangat
109
Rafan Ghifarri Abdullah
110
Kejadian di Dapur
111
Pulang Tengah Malam
112
Dirgantara Dwi Sanjaya dan Mira Putri Abiyaksa
113
Rahasia Terpendam
114
Pagi yang Ribut
115
Berjuang
116
Presentasi
117
Kakek
118
Harta Warisan
119
Kabar Bahagia
120
Sarapan Bersama
121
Rapat
122
Perdebatan
123
Mengadu
124
Keputusan Abra
125
Cinta Embun
126
Sahabat Terbaik
127
Kata Maaf
128
Embun sakit
129
Fahmi bimbang
130
Rencana Fahmi
131
Pernikahan
132
Embun Putriku
133
Berita Bahagia
134
Penyatuan Cinta
135
Arti Mimpi
136
Rindu yang terbayar
137
Pergi ke Kantor
138
Di Bawah Gerimis Malam
139
Rencana Pembatalan Kontrak
140
Fakta mengejutkan
141
Wijaya Eka Nugraha
142
Sabrina Salsabilla
143
Dua Bulan
144
Rembulan Saksi Cinta
145
Kebahagian Nur
146
Pulang Terlambat
147
Kasih Sayang yang Berbeda
148
Sujud dan Doa
149
Firasat Indira
150
Amarah Seorang Ayah
151
Kanaya Fauziah Abimata
152
PAPA
153
Pergi ke Rumah Sakit
154
Hangat Kasih Sayang Rafan
155
Tanah Lapang
156
Malam Pertemuan
157
Adinda Hanna Zahira
158
Hanif Eka Adijaya
159
Permintaan Seorang Ayah
160
Hanna Sakit
161
Kantin Rumah Sakit
162
Makan Malam
163
Khumaira Nabila Ikhsani
164
Lamunan Rafan
165
KASIH SAYANG
166
PEMAKAMAN
167
HANGAT AYAH dan ANAK
168
Dasar Hubungan
169
Di Bawah Guyuran Hujan
170
PULANG BERSAMA
171
PERGI KE KAMPUS
172
ANTARA CINTA dan KASIH SAYANG
173
KECEMASAN RAFAN
174
RINDU YANG MENYIKSA
175
PILIHAN
176
KEINDAHAN LAUT MALAM
177
Haykal Anzari Ansa
178
Hangat Suami-Istri
179
Hangat di waktu Subuh
180
Sisi Lain Kanaya
181
Pertanggungjawaban
182
Tiga Sahabat
183
Gedung Pernikahan
184
Abil Daffa muwaffaq
185
Rasa Penasaran Haykal
186
Sang Pengasuh
187
Gadis Sederhana
188
Awal Kehancuran
189
Bukti Kasih Sayang Embun
190
Kesedihan Afifah
191
Kejujuran Haykal
192
Keputusan Kanaya
193
Persetujuan
194
Persetujuan
195
Masa Kelam Kanaya
196
Malam Acara
197
Hakikat Pernikahan
198
Pertemuan
199
Abdul Rizal Saputra
200
Dia Adikku
201
Rumah Sakit
202
Pertemanan
203
Rencana Besar
204
Rencana Makan Malam
205
Imam Sholat
206
Senja yang Indah
207
Dengan Bismillahhirohmanirrohim
208
Keraguan yang Terucap
209
Pertemuan Kedua
210
Rasa Bersalah
211
Akhirnya...
212
Zahra Fauziah
213
proyek
214
Kebenaran
215
Bertamu
216
Talak
217
Pengumuman
218
Fakta
219
Mama
220
Aqeel Faiz Ellyas
221
Rintik Gerimis
222
Pernikahan
223
Undangan
224
Mengajar
225
Galuh Putra Kusuma
226
Adi Putra Kusuma
227
Kekaguman
228
Sholat Bersama
229
Nasi Goreng
230
Suara Hati
231
Manja
232
Jalan Takdir
233
Perselisihan
234
Akhir kesalahpahaman
235
Ibu...
236
Keluarga Terbaik
237
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!