Tuan Ardi Abimata

"Assalammualaikum!"

"Waalalikumsalam, kamu sudah pulang!" Ujar Abah Iman, Embun mengangguk pelan. Embun dan Ilham mencium punggung tangan Abah bergantian. Kedekatan Ilham dengan keluarga Embun tak lagi bisa diabaikan. Ilham sudah seperti putra bagi Abah Iman. Status yang begitu dekat dengan Embun, tapi tak pernah diharapkan oleh Ilham.

Embun merasa heran melihat beberapa mobil mewah terparkir manis di halaman rumahnya. Embun teringat akan pesan abahnya. Jika ada tamu yang akan datang. Embun datang bersama Ilham. Sengaja Ilham mengantar Embun dengan berjalan kaki. Selain keduanya bisa semakin dekat. Ilham merasa perlu mendapatkan kesempatan mengatakan cinta pada Embun. Namun hati tak selasaras dengan hati. cinta yang tumbuh di hati Ilham tak mampu terucap. Hanya diam yang tercipta selama keduanya berjalan bersama. Gelap malam seolah membuat jarak yang begitu jauh, Ilham tak mampu mengatakan isi hatinya.

"Siapa yang datang?"

"Mereka teman-teman Abah. Kebetulan mereka baru datang. Rencananya mereka akan menginap!"

"Sekarang mereka dimana?"

"Mereka sedang membersihkan diri. Jika kamu tidak nyaman mereka menginap. Nanti kamu menginap di rumah budhe Siti. Kebetulan budhemu sedang memasak di dapur!" Ujar Abah, Embun mengangguk pelan. Embun berjalan masuk ke dalam rumahnya. Tubuhnya terasa lengket, dia ingin segera membersihkan diri.

"Kamu tidak ingin masuk dulu!" Tawar Abah Iman, Ilham diam membisu.

Ada getaran aneh dalam hatinya. Ilham termenung, perkataan Nur bermain liar dalam benaknya. Ketakutan akan perjodohan Embun. Nyata terpampang di depannya. Kegelisahan hati yang mencinta, ketakutan jiwa yang kehilangan tambatannya.

"Tidak terima kasih, sudah larut malam!" Sahut Ilham ramah, saat dia mulai tersadar. Abah Iman mengangguk sembari tersenyum. Tanda dia setuju akan perkataan Ilham. Sepintas abah Iman melihat kepedihan Ilham. Meski dia tak mengerti, ada atau tidak rasa Ilham untuk Embun?

"Hati-hati di jalan!" Sahut Abah Iman, Ilham mengangguk pelan.

Abah Iman menuju ruang makan di dalam rumahnya. Dia memeriksa persiapan makan malam bagi para tamunya. Setelah peluhan tahun, akhirnya hari ini mereka datang. Iman tidak ingin para tamunya kekurangan. Tentu saja dengan batas kemampuannya.

"Embun!" Bisik Fahmi, seketika Abra mendongak. Dia melihat Embun turun dari kamarnya. Gamis dan hijab panjang menutup sempurna tubuh indahnya. Wajah teduh Embun, menenangkan hati yang menatapnya.

"Kenapa dia disini?" Sahut Abra, Fahmi mengangkat kedua bahunya pelan.

"Embun, duduk di sebelah abah. Makan malam dulu, setelah itu kamu bisa pergi ke rumah budhe!" Ujar Abah, Embun menghampiri Abah. Embun berjalan menunduk, dia menyadari ada tamu penting abahnya. Tamu yang sangat dikenalnya.

"Putrimu cantik!"

"Tuan terlalu memuji!" Sahut Abah Iman, Embun mendongak.

"Kamu!" Ujar Embun terkejut, Abra dan Embun saling menatap.

"Memang aku, sejak tadi aku duduk disini. Salah sendiri jalan menunduk, sampai kamu tak menyadari ada orang di depanmu!" Sahut Abra sinis, Abah Iman dan Ardi saling menoleh. Keduanya merasa heran, melihat Abra dan Embun saling mengenal. Meski sejak kecil keduanya saling mengenal dan dekat.

"Lebih baik jika kalian saling mengenal!" Ujar Ardi senang, tuan besar Abimata yang tak lain kakek Abra.

"Hmmm!" Sahut Embun dan Abra hampir bersamaan.

Keduanya saling mengacuhkan, baik Embun dan Abra sama-sama dingin. Tak ada yang tahu dalam hati mereka. Satu hal yang pasti, benci mulai bersemi di hati Embun. Rasa kecewanya pada Abra, membuat Embun enggan mengenal Abra.

"Jodoh!" Ujar Fahmi spontan, Abra dan Embun menatap tajam Fahmi. Mereka marah mendengar celetukan Fahmi. Sikap yang benar-benar nyata tak ingin bersama.

"Sebaiknya kalian belajar saling mengenal!"

"Untuk apa?" Sahut Abra dingin, menutup pembicaraan. Semua terdiam seketika, tak ada lagi suara di atas meja makan.

Suasana hening yang menyisakan tanya. Permintaan saling mengenal yang tak menemukan jawaban. Embun tak peduli dengan permintaan Ardi. Bagi Embun, hanya Abah Iman yang berhak meminta atau menyuruhnya. Sedangkan Abra sedikitpun tak memikirkan hubungannya dengan Embun. Masa kecil yang pernah terjadi. Takkan bisa kembali, tapi juga tidak untuk terulang.

Hampir lima belas menit mereka semua makan malam. Rencana menginap, memang benar adanya. Secara otomatis, Embun memilih menginap di rumah budhenya. Dia tidak ingin berada di bawah satu atap yang sama dengan Abra. Rencananya setelah menyiapkan secangkir kopi dan cemilan malam. Embun langsung pergi, tubuhnya terasa lelah setelah seharian berada di luar rumah.

"Silahkan, hanya ada secangkir kopi dan singkong rebus. Maklum ini desa, jauh dari kota!" Ujar Embun ramah, sembari melirik ke arah Abra.

Embun sengaja mengatakan semua itu, karena Embun ingin menyindir Abra. Fahmi yang melihat lirikan Embun, sontak terkekeh. Ketika dia melihat dua mata Abra yang melotot. Fahmi merasa geli dengan sikap Abra yang tiba-tiba layaknya Anak kemarin sore.

"Terima kasih Embun, singkong rebus sudah lebih dari cukup. Sejak lama aku merindukan makanan sederhana ini. Alasan utama aku mendirikan pabrik disini. Namun sepertinya Abra ingin meruntuhkan impianku. Sebab itu malam ini aku datang. Demi impianku tetap berdiri kokoh!" Tutur Ardi ramah, Embun tersenyum simpul. Lalu memutar tubuhnya, tapi langkah kakinya terhenti. Ketika dia merasakan, ada tangan yang menahan langkahnya.

"Ada apa Abah? Ada sesuatu yang abah butuhkan?"

"Duduklah Embun!" Ujar Abah Iman lirih dan sedikit berat. Seolah ada beban yang tengah mengganjal pikirannya. Dengan perlahan Embun duduk berhadapan dengan Abra.

Nampak Iman menoleh ke arah Ardi. Sebuah tatapan yang seakan meminta persetujuan. Ardi langsung mengangguk, sembari mengedipkan mata. Sebuah isyarat yang hanya diketahui oleh Iman dan Ardi. Abra dan Fahmi diam tanpa kata. Keduanya merasa hanya pelengkap. Tujuan mereka ada di rumah Embun. Hanya sebagai pendamping, tidak lebih. Meski sebenarnya, Abra dan Embun yang menjadi bintang utama.

"Aku yang bicara, atau tuan yang bicara!"

"Lebih baik kamu, Embun takkan peduli jika aku yang bicara. Soal Abra, aku yang bertanggungjawab!"

"Baik tuan!" Sahut Iman tegas, seraya mengangguk pelan. Iman menatap raut wajah putrinya. Ada rasa berat dalam hati. Namun janji harus ditepati, ikhlas atau tidak. Janji tetap menjadi hutang yang akan diperhitungkan.

"Embun!" Panggil Iman lirih, Embun menoleh. Nampak raut wajah sedih yang terlihat oleh Embun. Entah kenapa Embun merasakan kepedihan sang ayah? Namun suara hati Embun tak menemukan jawabannya. Hanya pasrah yang bisa dilakukan Embun.

Huuuufff

Suara helaan napas Iman, semakin membuat Embun gelisah. Tak pernah sekalipun, Embun melihat Abahnya mengeluh. Namun malam ini, dia mendengar jelaan helaan napas sang ayah. Suara lelah akan beban yang ada dipundaknya. Seorang ayah yang membesarkan buah hati, tanpa pendamping.

"Ada apa Abah? Katakan, Embun siap mendengar apapun itu!"

"Embun, puluhan tahun yang lalu. Saat almarhumah ibumu masih ada. Abah dan tuan Ardi mengingkat sebuah janji!"

"Janji!" Sahut Embun tak mengerti, Iman mengangguk pelan. Abra dan Fahmi terdiam, sedangkan Ardi tersenyum menatap Embun. Seakan hidupnya akan bahagia, setelah Embun mengetahui yang sebenarnya.

"Janji demi persahabatan yang ingin kami ubah menjadi persaudaraan. Abah dan tuan Ardi, berniat menjodohkan salah satu cucunya dengan putri abah!"

"Maksud abah!"

"Menjodohkanmu dengan salah satu cucu tuan Ardi!" Ujar Abah Iman lirih, seketika Embun menunduk. Tak ada kata yang keluar dari bibir mungilnya.

"Embun!" Sapa Abah Iman lirih, Embun menunduk semakin dalam. Ada rasa sakit yang teramat. Saat dia menyadari, kebahagiaannya akan berakhir. Kebebasannya terenggut oleh ikatan pernikahan.

"Embun, jika kamu tidak setuju. Kami tidak akan memaksa. Katakan apa jawabanmu? Semua tergantung keputusanmu!" Ujar Ardi ramah, Embun diam membisu.

"Tunggu kakek, siapa yang akan dijodohkan dengan dia?" Ujar Abra lantang, sembari menatap tajam Embun.

"Kamu!"

"Kenapa harus aku?" Sahut Abra tidak suka, Embun diam tertunduk. Bayangan hidup bersama orang yang tak menyukainya. Sedikit mengusik ketenangan hatinya. Embun merasa bimbang, tak ada alasan dia menerima perjodohan ini. Namun menolak, juga bukan hal yang benar.

"Jika kamu tidak setuju, kakek tidak keberatan. Namun kamu harus ingat, perkataan kakek semalam!"

"Tapi ini tidak adil!"

"Terserah padamu, pendapatmu tidak berlaku disini!" Ujar tuan Ardi final, Abra mengepalkan tangannya. Dia marah mendengar perjodohan dirinya dengan Embun.

"Embun!" Panggil Abah Iman, saat melihat Embun berdiri tanpa pamit.

Embun menghentikan langkahnya. Dia membisu, mencari kata yang tepat untuk mengatakan seluruh isi hatinya. Namun semua serasa mendadak, tak ada jawaban yang selaras dengan hatinya. Embun bingung dan kalut, dia sendirian tanpa siapapun yang bisa diajak berdiskusi?

"Embun, kami tidak akan memaksamu!" Ujar tuan Ardi, Embun menghela napas panjang. Abra terus memperhatikan Embun, Entah apa yang ada di dalam hatinya? Satu hal yang pasti, Abra masih tidak percaya dengan keputusan kakeknya.

"Jika memang janji itu terucap dari bibir Abah. Sebagai seorang anak, aku akan menerima perjodohan ini. Aku tidak akan membuat Abah yang membesarkanku terhina dan dianggap munafik. Sebab tak memenuhi janji yang dia ucapkan. Sejak lahir sampai detik ini, hidupku hanya milik abah. Tak pernah aku berpikir membangkang perintah Abah. Namun pernikahan bukan sebuah bisnis yang bisa ditakar untung dan rugi. Akan ada janji suci dalam ikatan sakral. Hubungan yang berlandaskan Lillahhitaallah, hanya ingin menggapai ridho-NYA. Dan demi sebuah hubungan yang suci ini. Aku berharap, kakek bertanya pada tuan Abra Achmad Abimata. Bersediakah dia menerima gadis desa sepertiku. Gadis yang tak sepadan dengannya, gadis yang tak pantas ada di sampingnya. Jangankan menjadi istrinya, berjalan di sampingnya. Aku sangatlah tak pantas. Mungkin hubungan ini tidak akan mudah bagiku. Namun akan jauh lebih sulit, jika imam dunia akhiratku tak mengharapkannya!" Tutur Embun bijak, Ardi dan Iman mengangguk. Sedangkan Abra terdiam membisu, Fahmi hanya duduk diam di samping. Semua perkataan Embun, tak lain perkataan Abra sebelumnya.

"Jadi kamu bersedia!" Ujar Tuan Ardi, Embun mengangguk pelan.

"Aku akan pergi dari rumah ini. Jika Abah yang menghendakinya. Hanya tangan Abah yang berhak memilihkan tangan imam dunia akhiratku!"

"Maafkan Abah Embun!"

"Tidak ada yang salah Abah, aku percaya pilihan Abah tidak salah. Mungkin dia yang terbaik untukku!" Sahut Embun, lalu pamit pergi.

"Dia, setuju menikah denganku!" Batin Abra tak percaya.

Terpopuler

Comments

Ainin Mu

Ainin Mu

baru kali ini baca novel menghayati Mak jleb bgt pas d lamar

2024-02-03

0

EMAH FARID

EMAH FARID

ko nyesek yaaa 😭😭😭😏😭

2023-02-19

0

Puji Ustariana

Puji Ustariana

ma sya Allah gadis yg sholeha dan berakhlak mulia, kok jadi aku yg keluar air mata 😭😭

2023-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Embun Khafifah Fauziah
2 Pabrik Tua
3 Janji
4 Abrar Ahmad Abimata
5 Kecelakaan
6 Pertemuan
7 Tuan Ardi Abimata
8 Perdebatan
9 Kesucian Embun
10 Restoran
11 Indira Wijaya
12 Haykal Putra Abimata
13 Makan Siang
14 Waktu Berdua
15 Pertengkaran
16 Sarapan Pagi
17 Di Bawah Hujan
18 Keputusan
19 Nafis Naufal Farzan
20 Kejujuran
21 Tengah Malam yang Hangat
22 Hadiah Berharga
23 Permintaan Kecil
24 Ibrahim Dwi Abimata
25 Halaman Belakang
26 BUlan Purnama
27 Bunga Tulip
28 Hari Pernikahan
29 Sang Fajar
30 Rumahmu, Istanaku
31 Malam yang Tertunda
32 Tenangku hanya Bersamamu
33 Clara Lexa Viviana
34 Makan Malam
35 Bintang Pesta
36 Arshan Arya Adiputra
37 Amarah Abra
38 Sakit
39 Taman
40 Keinginan
41 Dua mangkok bakso
42 Amarah Arya
43 Ibu
44 Cinta Embun
45 Trauma
46 Sarapan Sederhana
47 Aulia Nur Hikmah
48 Ayam Goreng dan Sambal Pedas
49 Dia bukan siapa-siapa?
50 Makan Siang
51 Almaira Adijaya dan Sofia Adijaya
52 Ayah
53 Ibra yang Patah Hati
54 Maaf
55 Tamparan
56 CCTV
57 Belanja
58 Dewangga Adijaya
59 Iman Ayyun Khumanni
60 Pelukan
61 Afifah Khayra
62 Hukuman
63 Sarapan pagi
64 Perdebatan
65 Janji Ibu
66 Embun Sakit
67 Tidur di Lantai
68 Kegelisahan Ibra
69 Keputusan
70 Cemburu itu Sakit
71 Makan malam
72 Salah paham
73 Senja
74 Pulang Tengah Malam
75 Mama Almaira
76 Belanja Berdua
77 Mutiara Desa
78 Cetak Biru
79 Jodoh
80 Malam di Bukit
81 Khairunnisa Azka Saniya
82 Kantin Kantor
83 Mengantar Pulang
84 Alvia Maulida Zahro
85 Kejujuran
86 Makan malam
87 Arti Cinta
88 Acara Pinangan
89 Kejutan di tengah gerimis
90 Cafe Resort
91 Rapat
92 Rumah Sakit
93 Makan malam yang hangat
94 Amarah Gunawan
95 Tamu di malam hari
96 Bertamu
97 Hangat yang tercipta
98 Tiga Laki-laki Hebat
99 Fitri Hanum Fauziyah
100 Keputusan Besar
101 Operasi
102 Fakta yang Terucap
103 Malam Panjang
104 Trauma
105 Sadarkan Diri
106 Pilihan
107 Liontin yang Patah
108 Dekapan Hangat
109 Rafan Ghifarri Abdullah
110 Kejadian di Dapur
111 Pulang Tengah Malam
112 Dirgantara Dwi Sanjaya dan Mira Putri Abiyaksa
113 Rahasia Terpendam
114 Pagi yang Ribut
115 Berjuang
116 Presentasi
117 Kakek
118 Harta Warisan
119 Kabar Bahagia
120 Sarapan Bersama
121 Rapat
122 Perdebatan
123 Mengadu
124 Keputusan Abra
125 Cinta Embun
126 Sahabat Terbaik
127 Kata Maaf
128 Embun sakit
129 Fahmi bimbang
130 Rencana Fahmi
131 Pernikahan
132 Embun Putriku
133 Berita Bahagia
134 Penyatuan Cinta
135 Arti Mimpi
136 Rindu yang terbayar
137 Pergi ke Kantor
138 Di Bawah Gerimis Malam
139 Rencana Pembatalan Kontrak
140 Fakta mengejutkan
141 Wijaya Eka Nugraha
142 Sabrina Salsabilla
143 Dua Bulan
144 Rembulan Saksi Cinta
145 Kebahagian Nur
146 Pulang Terlambat
147 Kasih Sayang yang Berbeda
148 Sujud dan Doa
149 Firasat Indira
150 Amarah Seorang Ayah
151 Kanaya Fauziah Abimata
152 PAPA
153 Pergi ke Rumah Sakit
154 Hangat Kasih Sayang Rafan
155 Tanah Lapang
156 Malam Pertemuan
157 Adinda Hanna Zahira
158 Hanif Eka Adijaya
159 Permintaan Seorang Ayah
160 Hanna Sakit
161 Kantin Rumah Sakit
162 Makan Malam
163 Khumaira Nabila Ikhsani
164 Lamunan Rafan
165 KASIH SAYANG
166 PEMAKAMAN
167 HANGAT AYAH dan ANAK
168 Dasar Hubungan
169 Di Bawah Guyuran Hujan
170 PULANG BERSAMA
171 PERGI KE KAMPUS
172 ANTARA CINTA dan KASIH SAYANG
173 KECEMASAN RAFAN
174 RINDU YANG MENYIKSA
175 PILIHAN
176 KEINDAHAN LAUT MALAM
177 Haykal Anzari Ansa
178 Hangat Suami-Istri
179 Hangat di waktu Subuh
180 Sisi Lain Kanaya
181 Pertanggungjawaban
182 Tiga Sahabat
183 Gedung Pernikahan
184 Abil Daffa muwaffaq
185 Rasa Penasaran Haykal
186 Sang Pengasuh
187 Gadis Sederhana
188 Awal Kehancuran
189 Bukti Kasih Sayang Embun
190 Kesedihan Afifah
191 Kejujuran Haykal
192 Keputusan Kanaya
193 Persetujuan
194 Persetujuan
195 Masa Kelam Kanaya
196 Malam Acara
197 Hakikat Pernikahan
198 Pertemuan
199 Abdul Rizal Saputra
200 Dia Adikku
201 Rumah Sakit
202 Pertemanan
203 Rencana Besar
204 Rencana Makan Malam
205 Imam Sholat
206 Senja yang Indah
207 Dengan Bismillahhirohmanirrohim
208 Keraguan yang Terucap
209 Pertemuan Kedua
210 Rasa Bersalah
211 Akhirnya...
212 Zahra Fauziah
213 proyek
214 Kebenaran
215 Bertamu
216 Talak
217 Pengumuman
218 Fakta
219 Mama
220 Aqeel Faiz Ellyas
221 Rintik Gerimis
222 Pernikahan
223 Undangan
224 Mengajar
225 Galuh Putra Kusuma
226 Adi Putra Kusuma
227 Kekaguman
228 Sholat Bersama
229 Nasi Goreng
230 Suara Hati
231 Manja
232 Jalan Takdir
233 Perselisihan
234 Akhir kesalahpahaman
235 Ibu...
236 Keluarga Terbaik
237 Pengumuman
Episodes

Updated 237 Episodes

1
Embun Khafifah Fauziah
2
Pabrik Tua
3
Janji
4
Abrar Ahmad Abimata
5
Kecelakaan
6
Pertemuan
7
Tuan Ardi Abimata
8
Perdebatan
9
Kesucian Embun
10
Restoran
11
Indira Wijaya
12
Haykal Putra Abimata
13
Makan Siang
14
Waktu Berdua
15
Pertengkaran
16
Sarapan Pagi
17
Di Bawah Hujan
18
Keputusan
19
Nafis Naufal Farzan
20
Kejujuran
21
Tengah Malam yang Hangat
22
Hadiah Berharga
23
Permintaan Kecil
24
Ibrahim Dwi Abimata
25
Halaman Belakang
26
BUlan Purnama
27
Bunga Tulip
28
Hari Pernikahan
29
Sang Fajar
30
Rumahmu, Istanaku
31
Malam yang Tertunda
32
Tenangku hanya Bersamamu
33
Clara Lexa Viviana
34
Makan Malam
35
Bintang Pesta
36
Arshan Arya Adiputra
37
Amarah Abra
38
Sakit
39
Taman
40
Keinginan
41
Dua mangkok bakso
42
Amarah Arya
43
Ibu
44
Cinta Embun
45
Trauma
46
Sarapan Sederhana
47
Aulia Nur Hikmah
48
Ayam Goreng dan Sambal Pedas
49
Dia bukan siapa-siapa?
50
Makan Siang
51
Almaira Adijaya dan Sofia Adijaya
52
Ayah
53
Ibra yang Patah Hati
54
Maaf
55
Tamparan
56
CCTV
57
Belanja
58
Dewangga Adijaya
59
Iman Ayyun Khumanni
60
Pelukan
61
Afifah Khayra
62
Hukuman
63
Sarapan pagi
64
Perdebatan
65
Janji Ibu
66
Embun Sakit
67
Tidur di Lantai
68
Kegelisahan Ibra
69
Keputusan
70
Cemburu itu Sakit
71
Makan malam
72
Salah paham
73
Senja
74
Pulang Tengah Malam
75
Mama Almaira
76
Belanja Berdua
77
Mutiara Desa
78
Cetak Biru
79
Jodoh
80
Malam di Bukit
81
Khairunnisa Azka Saniya
82
Kantin Kantor
83
Mengantar Pulang
84
Alvia Maulida Zahro
85
Kejujuran
86
Makan malam
87
Arti Cinta
88
Acara Pinangan
89
Kejutan di tengah gerimis
90
Cafe Resort
91
Rapat
92
Rumah Sakit
93
Makan malam yang hangat
94
Amarah Gunawan
95
Tamu di malam hari
96
Bertamu
97
Hangat yang tercipta
98
Tiga Laki-laki Hebat
99
Fitri Hanum Fauziyah
100
Keputusan Besar
101
Operasi
102
Fakta yang Terucap
103
Malam Panjang
104
Trauma
105
Sadarkan Diri
106
Pilihan
107
Liontin yang Patah
108
Dekapan Hangat
109
Rafan Ghifarri Abdullah
110
Kejadian di Dapur
111
Pulang Tengah Malam
112
Dirgantara Dwi Sanjaya dan Mira Putri Abiyaksa
113
Rahasia Terpendam
114
Pagi yang Ribut
115
Berjuang
116
Presentasi
117
Kakek
118
Harta Warisan
119
Kabar Bahagia
120
Sarapan Bersama
121
Rapat
122
Perdebatan
123
Mengadu
124
Keputusan Abra
125
Cinta Embun
126
Sahabat Terbaik
127
Kata Maaf
128
Embun sakit
129
Fahmi bimbang
130
Rencana Fahmi
131
Pernikahan
132
Embun Putriku
133
Berita Bahagia
134
Penyatuan Cinta
135
Arti Mimpi
136
Rindu yang terbayar
137
Pergi ke Kantor
138
Di Bawah Gerimis Malam
139
Rencana Pembatalan Kontrak
140
Fakta mengejutkan
141
Wijaya Eka Nugraha
142
Sabrina Salsabilla
143
Dua Bulan
144
Rembulan Saksi Cinta
145
Kebahagian Nur
146
Pulang Terlambat
147
Kasih Sayang yang Berbeda
148
Sujud dan Doa
149
Firasat Indira
150
Amarah Seorang Ayah
151
Kanaya Fauziah Abimata
152
PAPA
153
Pergi ke Rumah Sakit
154
Hangat Kasih Sayang Rafan
155
Tanah Lapang
156
Malam Pertemuan
157
Adinda Hanna Zahira
158
Hanif Eka Adijaya
159
Permintaan Seorang Ayah
160
Hanna Sakit
161
Kantin Rumah Sakit
162
Makan Malam
163
Khumaira Nabila Ikhsani
164
Lamunan Rafan
165
KASIH SAYANG
166
PEMAKAMAN
167
HANGAT AYAH dan ANAK
168
Dasar Hubungan
169
Di Bawah Guyuran Hujan
170
PULANG BERSAMA
171
PERGI KE KAMPUS
172
ANTARA CINTA dan KASIH SAYANG
173
KECEMASAN RAFAN
174
RINDU YANG MENYIKSA
175
PILIHAN
176
KEINDAHAN LAUT MALAM
177
Haykal Anzari Ansa
178
Hangat Suami-Istri
179
Hangat di waktu Subuh
180
Sisi Lain Kanaya
181
Pertanggungjawaban
182
Tiga Sahabat
183
Gedung Pernikahan
184
Abil Daffa muwaffaq
185
Rasa Penasaran Haykal
186
Sang Pengasuh
187
Gadis Sederhana
188
Awal Kehancuran
189
Bukti Kasih Sayang Embun
190
Kesedihan Afifah
191
Kejujuran Haykal
192
Keputusan Kanaya
193
Persetujuan
194
Persetujuan
195
Masa Kelam Kanaya
196
Malam Acara
197
Hakikat Pernikahan
198
Pertemuan
199
Abdul Rizal Saputra
200
Dia Adikku
201
Rumah Sakit
202
Pertemanan
203
Rencana Besar
204
Rencana Makan Malam
205
Imam Sholat
206
Senja yang Indah
207
Dengan Bismillahhirohmanirrohim
208
Keraguan yang Terucap
209
Pertemuan Kedua
210
Rasa Bersalah
211
Akhirnya...
212
Zahra Fauziah
213
proyek
214
Kebenaran
215
Bertamu
216
Talak
217
Pengumuman
218
Fakta
219
Mama
220
Aqeel Faiz Ellyas
221
Rintik Gerimis
222
Pernikahan
223
Undangan
224
Mengajar
225
Galuh Putra Kusuma
226
Adi Putra Kusuma
227
Kekaguman
228
Sholat Bersama
229
Nasi Goreng
230
Suara Hati
231
Manja
232
Jalan Takdir
233
Perselisihan
234
Akhir kesalahpahaman
235
Ibu...
236
Keluarga Terbaik
237
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!