Motor berhenti di depan sebuah minimarket, tak banyak pengunjung disana mungkin karena sudah hampir magrib.
Al Fath dan Fara masuk, "pilih yang menurut dek Fara memang kebutuhan yang perlu dibeli," Fara mengangguk, jika sebelumnya ia memegang uang sendiri, meski recehan tapi hasil jerih payahnya, maka kini ia harus bisa pintar me-manage pengeluaran dan brangkas suami agar cukup dan tak minus.
"Kamu pegang kartu ini. Ini uang makan kita, di atur-atur ya.." Al Fath menyerahkan kartu pipih murni gajinya sebagai prajurit.
"Terus abang?"
"Nanti abang transferkan bagian abang ke kartu abang yang satu lagi hanya untuk jaga-jaga saja, takut kalau abang tugas jauh," jawabnya.
Satu kresek besar kebutuhan dapur sudah di tangan, tak mau menunggu lama lagi mereka melesat menuju rumah hijau, dimana cinta mereka akan dipupuk dan tumbuh subur kaya pohon jambu yang dikasih 'ee kelinci, subur meskipun sedikit bau.
Hari sudah lewat magrib saat mereka sampai, jadi maklum saja semua warga sana sudah masuk kandang masing-masing. Fara menatap sebuah rumah yang gelap dan kosong diantara cahaya lampu teras tetangga, jika dulu ia datang kesini hanya untuk melintas saja, sekarang ia akan tinggal di dalamnya.
Halaman yang masih kosong melompong hanya ada arit dan gunting rumput saja di sudut halaman tanah berumput ini membuat suasana rumah mirip kaya sarang po cong.
"Kosong banget halamannya, kaya hati yang punya rumah!" ucap Fara.
Al Fath mengehkeh, "isilah sama bunga yang adek tanam, biar bermekaran!" godanya berseloroh.
"Ntar Fara isi pake bunga bang kee, bunga kamboja, biar nyeremin kaya yang punya!" jawabnya.
"Nyeremin tapi menarik perhatian semua orang!" balas Al Fath memutar gagang kunci dan membukanya pintu.
"Ih, pede banget!"
"Masuk dek, sudah gelap takut adek di gondol orang!" Fara menurut dan masuk membawa kresek belanjaan.
"Yang ada Fara digondol bang Fath!"
Matanya mengedar ke sekeliling ruangan depan, dimana disitu banyak sekali hadiah pernikahan yang disimpan secara sembarang, entah dari teman, kerabat, atau sanak saudara.
"Abang buka kadonya besok aja ya, Fara capek!"
"Terserah dek Fara saja, lagian itu kerjaan perempuan," jawabnya.
"Besok lagi aja beres-beresnya bang. Fara capek ah, pengen mandi!" badannya terasa pegal dan hampir terpisah antara tulang dan dagingnya cocok untuk dijadikan nugget, seharian berdiri memasang senyum lebar layaknya mau foto ktp adalah perjuangan terberatnya.
"Iya, air masih terisi penuh di ember. Kamu bisa pakai untuk mandi, atau mau manasin dulu airnya?" tanya Al Fath menaruh tas Fara di kamar.
"Ngga usah, pake air dingin aja. Gerah!"
Fara berjalan mengeksplore rumah barunya, hingga sampai di dapur, ia menyimpan keresek di tangannya diatas meja, lalu melihat satu persatu barang disana, kalee aja nemu harta karun, tangannya terulur membuka lemari dan kulkas, sementara si empunya rumah sedang sibuk di kamar, tak tau jika dapurnya sedang diacak-acak maling cantik, Al Fath mungkin sedang beres-beres kamar atau mungkin tengah menyiapkan ranjang pengantin.
Ranjang pengantin? Gleukkk, kini perasaan canggung, malu, dan takut bersarang di otaknya. Haruskah ia menjerit sekarang, di malam-malam begini, disaat orang-orang tengah khusyuk solat ia malah menjerit seperti sedang terjadi kebakaran, yang ada satu kompleks tentara ini geger, terus ia digebukin massa.
Fara memutuskan untuk kembali dan menyusul Al Fath ke dalam kamar, dilihatnya lelaki itu sedang mengganti sprei.
"Eh, abang ngapain? Biar Fara aja!"
"Ngga usah, ini gampang. Abang sudah terbiasa sendiri, kamu mau mandi kan? Tas kamu masih disitu," tunjuk Al Fath di pojok ruangan.
"Iya,"
Ini kenapa jantung gue sih! Ia berulang kali berdecak dan menggigit bibir bawahnya, membayangkan yang iya-iya bersama si letnan kolonel judes. Apakah malam ini mereka akan melakukannya? Anjayyyyyyyy! Hatinya berteriak.
Fara menepis pikiran kotornya dan bergegas mandi sebelum hari makin larut, perutnya juga sudah bertabuh minta diisi.
Jangankan Fara, Al Fath yang notabenenya lelaki beriman, dihadapkan satu ruangan berdua dengan lawan jenis membuat degupan jantungnya tak beraturan, ada sesuatu dari dalam dirinya yang tergerak bangun apalagi mendengar suara gemericik air dan wangi sabun yang menguar mendobrak jiwa kelaki-lakiannya. Fara memang halal baginya, tapi tak dapat dipungkiri ia adalah orang asing yang baru datang di hidupnya hampir 2 bulan yang lalu.
"Abang!"
"Fara lupa bawa dal3 man!" teriaknya mengeluh, wajahnya sudah merah karena malu, bisa-bisanya ia ceroboh dengan lupa membawa penutup aset penting kewa nitaannya saking gugup.
"Gini nih kalo otak isinya fiktor!" gumamnya mendumel.
"Iya abang ambilin," jujur saja tangannya bergetar, hawa panas semakin melingkupi saat membuka resleting tas dan mencari-cari barang yang Fara maksud. Mungkin memang benar, usianya sudah matang dan terlalu lama menahan gejolak memilih sibuk berkarier. Lebih baik memegang senjata berbahaya sekalian ketimbang memegang sesuatu milik wanita.
"Dek," panggilnya mengetuk pintu kamar mandi, amsyongnya disaat Al Fath ingin mendorong pintunya Fara membukanya juga, sontak pintu terbuka begitu lebar menampilkan sosok perempuan dalam balutan handuk biru dalam keadaan basah dan tak memakai apapun selain handuk sepa ha.
"Aaaaa!"
"Abang ih!"
Al Fath kelimpungan dan kembali menarik pintu agar tertutup, hingga tak sadar menjatuhkan barang yang sedang ia pegang barusan, keduanya sama-sama panik dan gugup.
"Maaf--maaf dek, ngga sengaja,"
"Yahhh, abang ini dal3 man Fara basah!"
"Abang ambilkan lagi apa gimana dek?"
Fara menthesah, tak seharusnya ia menyuruh-nyuruh lagipula dirinya memang sudah halal dilihat oleh Al Fath dalam keadaan naked sekalipun, "ngga usah biar Fara keluar aja," Fara menarik nafasnya, pintu terbuka perlahan menyuguhkan pemandangan indah memanjakan mata, Al Fath sudah benar-benar panas hanya dengan melihat Fara yang handukan saja sisi jantannya menggedor-gedor.
Tak ada yang mereka lakukan sekarang selain makan efek dari kelelahan, keduanya memutuskan untuk memasak telur ceplok dan kornet saja, untung nasi masih utuh dalam magic com. Baik Al Fath maupun Fara, keduanya sama-sama tak banyak pilih-pilih makanan, itu yang membuat mereka kini tersenyum karena persamaan karakter.
Meski sedikit canggung Fara mulai merayap ke atas ranjang dan duduk disana.
"Besok kita beli ponsel baru buat kamu," ujar Al Fath ikut masuk ke dalam kamar.
"Ngga usah yang mahal-mahal bang, yang 8 juta aja cukup!" tawanya berkelakar.
"Boleh kalo kamu memang mau," balas Al Fath menantang, sementara tawa renyah Fara berganti jadi melongo.
"Eh, engga--engga bercanda bang," ia menggeleng, jangan sampai Al Fath beranggapan jika ia perempuan matre.
"Kamu sudah jadi istri abang, apapun kebutuhan dan keinginan kamu wajib abang penuhi, asal masih dalam tahap wajar."
Jika ponsel mahal saja ia sebut wajar, maka yang tidak wajar tuh yang seperti apa? Apakah meminta dibelikan Monas beserta ob-ob nya sekalian?
Meski malu Al Fath memberanikan dirinya meraih tangan Fara, yang entah kenapa ia begitu cantik malam ini, dengan rambut terburainya, mungkin masih basah... Dan kaos miliknya yang menutupi separuh bahkan keseluruhan celana pendek yang ia pakai sebagai busana tidur dan wajah tanpa make up yang justru terlihat menggemaskan dan cantik alami, kaya burung cendrawasih.
Kembali hawa panas itu keluar dari dalam dirinya, bahkan semakin mencapai ubun-ubun.
"Sekarang akan selalu ada orang yang menunggu abang di rumah saat pulang, menyiapkan makanan hangat, dan air untuk mandi," katanya menatap dalam mata bola milik Fara.
"Sekarang akan ada Fara yang selalu nunggu abang pulang di rumah, makanya jaga keselamatan di luar sana kalo lagi bertugas..." balas Fara tak kalah dalam menatap Al Fath.
Al Fath tersenyum, lambat laun namun pasti ia memajukan wajahnya ke arah Fara, seiring berderitnya ranjang kayu usang milik Al Fath.
Sadar apa yang dilakukan Al Fath, Fara menahannya, "abang mau ngapain?"
"Mau say hay sama bibir merah kamu..." hanya saja diantara syahdunya suasana ada suara pengganggu yang membuat Fara dan Al Fath tertawa.
"Krekekkk..."
"Brakkk!"
"Ha-ha-ha!"
"Abang! Pan tat Fara sakit ih!"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
lestari saja💕
baru mau say hay ma bibir ranjang roboh...bis baca bang j n dokter aza mp balik baca bang fath n fara koknya pas juga mau belah duren to ya...ya
2024-12-17
1
Arda Pratama
hhhh😂😂🤣seharusnya ganti dulu dong bang fath sebelun mp robohkam ranjangnya baru aja mau silaturahmi bibir
2025-01-01
1
jumirah slavina
ya ampunnnnnn perumpamaan'y Otor luar biasa bawa² ee kelinci
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤦
2025-01-15
1