Tak hanya Yasmin yang terkejut dengan apa yang dilakukan Evan, tapi juga Hadi dan Astrid. Mereka tak menyangka Evan akan melakukan hal itu, walau Evan hanya sekedar merangkul Yasmin, tapi itu benar-benar membuat ketiga orang disana terkejut.
Tak bisa dipungkiri, jantung Yasmin langsung berdetak kencang seketika saat itu. Tapi dia tetap berusaha tenang karena dia tidak tahu apa alasan Evan melakukanya. Satu hal yang pasti dan Yasmin yakini, ini semua bukan karena Evan mencintainya, ya mungkin saja semua ini dia lakukan karena sekarang mereka berdua sudah semakin akrab, selayakna adik kakak.
Walau begitu, perasaan Yasmin tetap tidak nyaman. Apa yang dilakukan Evan, tetap saja membuat dia sedikit baper.
"Apaan sih kak?." Ucap Yasmin seraya melepaskan rangkulan tangan Evan, tapi Evan kembali merangkulnya. Yasmin tidak mau kalah dan melepaskan kembali tangan Evan dari lenganya.
"Kak Evan, ngap...." Yasmin tidak melanjutkan kata-katanya, karena saat ini Evan menarik tubuhnya, mendekap tubuh itu dengan sebelah tanganya.
"Kak Evan apaan sih?. Engap tau!!" Pekik Yasmin yang merasa sedikit engap, karena dekapan Evan yang dirasa terlalu kuat.
"Makanya diem." Sahut Evan, sedikit melonggarkan dekapannya.
Yasmin mengalah, dia membiarkan Evan melakukan apa yang ingin dilakukanya, walau dia tidak mengerti dan tidak tahu alasan Evan melakukannya, sampai beberapa detik kemudian Yasmin mulai mengerti situasinya, saat dia melihat sepasang kekasih yang berjalan bergandengan dengan begitu mesra, bahkan si pria terlihat beberapa kali mencium pipi kekasihnya.
Rupanya Evan cemburu melihat mereka, dan mungkin apa yang dia lakukan padanya sekarang karena dia hanya ingin memanas-manasi sepasang kekasih itu yang tak lain adalah Helen dan Brian.
Helen!!.....Ternyata kak Evan hanya manfaatin aku, buat manas-manasin mereka. Lelaki itu mencium Helen didepan mata kak Evan, pasti saat ini kak Evan sangat marah dan cemburu. Tapi kenapa dia nggak nyamperin mereka seperti waktu direstoran ya?. Seharusnya dia nyamperin mereka atau mungkin menghajar lelaki itu, tapi ini kok enggak?. Batin Yasmin.
Brian membukakan pintu mobil untuk Helen, dan semua itu tidak luput dari perhatian Evan. Helen melirik Evan yang saat ini masih merangkul Yasmin. Dia tersenyum ke arah mereka, senyumannya kali ini bukanlah sebuah senyuman manis yang biasanya dia berikan untuk Evan. Senyuman Helen kali ini terkesan seperti sedang mengejek Evan dan Yasmin.
Begitu Helen duduk, Brian langsung menutup pintu mobil, berjalan memutar ke arah pintu pengemudi, lalu dia masuk dan tak lama kemudian mobil mewah berwarna merah itu meninggalkan parkiran mall.
Yasmin melepaskan tangan Evan, lalu dia juga masuk ke dalam mobil, duduk di jok pengemudi bersama Astrid. Hatinya sedikit sakit, mengingat apa yang dilakukan Evan kepadanya barusan ternyata hanya untuk memanas-manasi Helen. Yasmin benar-benar merasa Evan sudah memanfaatkanya. Sekuat apapun dia mencoba menerima kenyataan, hatinya tetap merasa terluka saat dia melihat tatapan Evan pada Helen tadi.
Dia menatap jok penumpang yang ada didepanya, dimana Evan sekarang duduk. Rasanya saat ini dia ingin sekali marah padanya, tapi dia tidak bisa melakukan atau bahkan menunjukannya. Karena rasanya itu akan percuma.Yasmin hanya bisa menahannya dalam hati. Hanya Astrid yang saat ini mengerti perasaanya. Dia meletakan tangannya dibahu Yasmin, lalu berbisik. "Sabar Yas!! Kamu harus tunjukan kalau kamu itu jauh lebih segalanya dari si Helen. Kamu harus buktikan, kalau kamu juga bisa mendapatkan laki-laki yang lebih segalanya dari kak Evan." Bisik Astrid, yang berhasil membakar semangat Yasmin untuk melakukan apa yang tadi dikatakan sahabatnya itu. Astrid benar, dia akan membuat Evan menyesal karena telah menolaknya.
Tak lama kemudian, mobil mewah Evan yang dikendarai Hadi meninggalkan parkiran mall, dan masuk ke jalan raya. Sekarang malam minggu, tak heran jika jalanan macet seperti ini.
"Malam ini kok panas banget ya?. Kak Hadi nyalain ac nya dong, panas banget ini." Ujar Yasmin.
"Ac nya udah nyala dari tadi kok. Masa gak kerasa?." Sahut Hadi.
"Kesini nggak kerasa!! Masih panas banget?. Duuh panaaass." Ujar Yasmin, yang sebenarnya sedang menyindir Evan. Astrid tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Hadi menolehkan pandanganya ke arah spion depan. Dia menangkap sosok Astrid yang sedang tersenyum pada Yasmin, dan mereka lalu saling berbisik.
Hadi ikut tersenyum saat dia mengerti apa maksud Yasmin sebenarnya. Panas yang dirasakan Yasmin bukan karena udara di dalam mobil yang jelas-jelas saat ini sangat dingin, tapi yang panas disini mungkin saja hati Yasmin atau hati Evan yang cemburu melihat Helen dan Brian tadi. Hadi menoleh sekilas pada Evan yang duduk disebelah kirinya.
"Apa lo liat-liat?." Tanya Evan tak senang.
Hadi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, lalu kembali fokus pada kemudi, dengan senyum yang masih mengembang dibibirnya. Melihat senyum Hadi, Evan sangat tidak suka. Dia tahu Hadi sedang meledeknya, membuat mood Evan semakin rusak.
"Kak Hadi anterin aku dulu ya." Pinta Yasmin.
"Siap nona Yasmin." Sahut Hadi.
"Enggak!! Kita anterin Astrid dulu." Timpal Evan.
"Kelamaan kali kalo nganterin Astrid dulu, aku udah ngantuk banget kak pengen cepet tidur." Protes Yasmin.
"Tidur aja disana, apa susahnya?." Sahut Evan.
"Ya susah lah. Mana bisa aku tidur disini?. Disini panas banget, nggak enak." Cicit Yasmin.
"Ya udah kalau gitu, aku pulang sendiri aja." Saran Astrid.
"Nggak ada. Apa-apaan sih kamu?." Sahut Yasmin.
Evan tidak menghiraukan ocehan Yasmin. Dia tetap ingin Hadi mengantarkan Astrid terlebih dahulu, setelah itu ke rumah Hadi. Dari sana Evan sendiri yang akan mengendarai mobilnya.
"Pindah." Titah Evan pada Yasmin.
"Enggak ah, aku mau disini, mau tidur." Tolak Yasmin seraya merebahkan dirinya di jok belakang.
"Enak aja!! Kamu fikir aku sopir kamu. Ayo pindah." Titah Evan lagi.
"Aduuuh ka Evan gimana sih?. Tadi kan kak Evan sendiri yang nyuruh aku tidur disini. Lagian siapa juga yang anggep kak Evan sopir aku?. Tapi ya aku pribadi sih nggak keberatan kalau kak Evan mau jadi sopir aku, aku bakal seneng banget." Cicit Yasmin. Evan diam saja, tidak membalas ucapan Yasmin ataupun menyalakan mesin mobil.
"Kenapa diem aja pak sopir?. Ayo cepettan jalan!!" Titah Yasmin pada Evan lalu dia terkekeh pelan.
Mendengar perintah Yasmin, Evan bukanya melajukan mobil, dia malah turun dan membuka pintu bagian belakang mobil. Dia menarik tubuh Yasmin yang sedang berbaring meringkuk di jok belakang, lalu memanggulnya seperti karung beras, membuat Yasmin tersentak kaget. "Kak Evan apa-apaan sih?. Turunin aku." Cicit Yasmin. Dia meronta meminta Evan menurunkannya. Evan memang menurunkannya, tapi dia menurunkannya di jok depan, atau tepat disamping jok kemudi.
"Disuruh pindah aja susah banget." Gerutu Evan, lalu dia mengunci pintu mobil, menyalakan mesin dan pergi dari sana.
Emang apa bedanya aku duduk disini, dibelakang, atau di atap mobil sekalipun?. Sama aja kan?. Aku tetep cuman dianggap adik yang bisa dia manfaattin buat manas-manasin pacarnya atau cuma buat nyenengin keluarganya dengan hubungan pernikahan kami yang palsu ini. Gerutu Yasmin dalam hati. Lalu dia memejamkan matanya seraya memiringkan kepalanya ke arah kaca mobil.
Evan sesekali menoleh kearahnya, ingin mengajaknya bicara tapi dia urungkan niatnya karena tak ingin menggangunya yang dia pikir mungkin saja Yasmin benar-benar tertidur, padahal tidak. Mana mungkin dia bisa tidur setelah Evan berhasil mengaduk-ngaduk perasaanya seperti ini.
TBC🌻🌻🌻
...***************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
komporin terus as biar Yasmin tak patah semangat 💪💪💪
2022-10-12
1