Yasmin sudah berada dilokasi syuting ditemani sahabat sejatinya, Astrid. Sebentar lagi syuting akan dimulai, Yasmin merasa sedikit nervous saat ini, untungnya Astrid selalu menyemangati dan menenangkanya. Dan syuting pertama Yasmin hari itu lumayan berjalan lancar. Sang sutradara iklan sepertinya senang dengan akting Yasmin. Dia memuji aktingnya yang sangat natural, padahal ini adalah syuting pertamanya. Selesai syuting, Yasmin langsung pulang.
"Aku bilang juga apa. Kamu pasti bisa Yas." Ujar Astrid.
"Hehehe, aku juga nggak nyangka bisa melakukannya." Sahut Yasmin.
"Aku yakin sebentar lagi kamu pasti akan kadi bintang iklan terkenal Yas."
"Aamiin, mudah-mudahan."
"Eh ngomong-ngomong, apa kak Evan tahu tentang ini?. Maksudku dia tahu kalau hari ini kamu syuting iklan?." Tanya Astrid.
"Enggak. Dia nggak tahu. Aku belum ngasih tahu dia tentang ini. Aku hanya bilang padanya kalau aku mau kerja, dan dia tidak keberatan." Jawab Yasmin.
"Ohh."
"Lagi pula untuk apa dia tahu?.Dia sendiri yang bilang , kalau aku bebas melakukan apa saja yang aku mau, selama itu baik dan tidak membuat dia atau keluarganya malu. Dia bilang sendiri tidak akan ikut campur urusanku, jadi kenapa dia harus tahu?." Ujar Yasmin.
"Baguslah kalau gitu." Balas Astrid.
Mereka pun sampai dirumah Evan. "Makasih ya besti, udah ngejemput, nungguin dan nganterin aku pulang." Ucap Yasmin, lalu turun dari mobil Astrid, dan masuk ke rumah.
Dia melihat mobil Evan sudah ada di halaman rumah.
Duuh kak Evan udah pulang lagi. Gimana kalau dia nanya-nanya tentang kerjaanku?. Lagian kok tumben jam segini dia udah pulang?. Batin Yasmin.
Dia membuka pintu dengan sangat pelan, agar Evan tidak tahu kalau dia sudah pulang. Yasmin berjalan mengendap-ngendap menuju kamarnya seperti seorang pencuri.
Ah aman. Gumamnya saat dia sudah berada dikamarnya. Yasmin langsung membersihkan dirinya lalu istirahat sebentar, dan karena capek dia pun ketiduran, hingga melewatkan jam makan malamnya.
"Apa istri saya sudah pulang bi?." Tanya Evan pada art-nya.
"Sepertinya belum den." Jawab bi Anah, art-nya. "Den Evan mau makan sekarang?. Bibi siapkan makananya." Tanyanya.
"Tolong bibi bawa makanan saya ke kamar, saya mau makan di kamar saya." Jawab Evan.
"Baik den." Jawab bi Anah.
Hari itu Evan memang pulang lebih awal dari biasanya. Setelah mendengar apa yang disampaikan anak buahnya tentang Helen, Evan benar-benar tidak bisa berkonsentrasi. Dia marah, kesal dan kecewa karena merasa Helen tidak benar-benar mencintainya.
Evan berfikir kalau Helen benar-benar mencintainya, setidaknya dia akan merasa sedih saat dirinya mengatakan akan menikahi wanita lain. Tapi Evan tidak melihat itu di wajah Helen. Kalau Helen benar-benar mencintainya, dia tidak mungkin bisa berpaling secepat ini pada laki-laki lain.
Apa mungkin kamu tidak benar-benar mencintaiku Helen?. Batin Evan.
...
Yasmin membuka matanya saat merasakan pegal dilehernya karena posisi tidur yang tidak benar. Dia melihat jam di ponselnya menunjukan pukul satu dini hari. Peruutnya keroncongan. "Duuh kenapa aku bisa sampai ketiduran?. Padahal aku belum makan malam. Jadi laper kan sekarang. Mana gak ada makanan lagi disini." Gumam Yasmin.
Walau ngantuk dan sedikit takut, Yasmin akhirnya keluar dari kamar melangkah turun menuju dapur. Suasana rumah yang gelap dan sangat sepi membuat rasa takut Yasmin semakin menjadi. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, karena merasa ada yang memperhatikanya. "Nggak!! itu cuman perasaanku aja. Udah Yasmin kamu jangan nakut-nakuttin diri kamu sendiri.
Besok-besok aku harus nyimpen makanan di kamar, jadi aku gak harus keluar kamar kalau aku kelaperan malam-malam kayak gini.
Duuh mana lagi ini dapur?.Perasaan dari tadi kok gak nyampe-nyampe. Apa mungkin kak Evan sengaja mindahin dapurnya.
Yasmin pun akhirnya sampai di dapur. Dia membuka kulkas, mengambil dua buah apel dan satu botol air mineral, lalu kembali ke kamarnya. Rasa takut itu dia rasakan kembali. Yasmin menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, untuk meyakinkan dirinya kalau memang tidak ada apa-apa disana. Namun tiba-tiba saja Yasmin merasakan ada sesuatu yang menyentuh tengkuknya dari belakang.
Seketika dia mematung ditempatnya. Tubuhnya gemetar seiring detak jantungnya yang semakin cepat, karena rasa takut yang luar biasa dia rasakan saat ini. Dia tidak tahu apa atau siapa yang menyentuh tengkuknya itu. Tapi Yasmin rasa itu adalah sebuah tangan, tangan yang dingin, bahkan lebih dingin dari buah apel yang baru dia ambil dari dalam kulkas.
Yasmin mencoba untuk berlari, tapi tangan itu menariknya dengan kuat. Yasmin menangis tanpa suara karena ketakutan. Dia memberanikan diri memegang tangan itu, lalu berbalik, dan "AAAAAAA"...dia berteriak kaget saat melihat sosok dibelakangnya. "KAK EVAAAANN!!! Teriak Yasmin.
"Iya aku. Kenapa kamu takut?. Hahaha." Evan tergelak melihat Yasmin yang ketakutan bahkan sampai menangis.
"Ihh kak Evan!! Nyebelin banget sih. Bikin orang takut aja. Kalau aku kena serangan jantung gimana?." Tanya Yasmin kesal, sambil memukul-mukul dada Evan.
"Paling nanti kamu end." Jawab Evan enteng, lalu kembali tertawa.
"Kalau aku end, aku bakal balas dendam. Aku akan menghantui kak Evan seumur hidup. Mau?."
"Siapa takut."
"Dasar nyebelin." Yasmin mencibir, sambil berlalu meninggalkanya.
"Lagian kamu kenapa jam segini belum tidur?. Pulang jam berapa kamu?." Tanya Evan.
"Siapa bilang aku belum tidur?. Justru aku kebangun gara-gara perutku lapar. Kak Evan sendiri ngapain kelayapan jam segini?."Jawab sekaligus tanya Yasmin.
"Jangan bohong kamu."
"Siapa juga yang bohong. Kalo nggak percaya, kak Evan cek aja cctv, bukankah dirumah ini ada cctv?. Udah ah jangan nanya-nanya lagi, aku mau ke kamar. Aku kesel banget sama kak Evan. Aku nggak akan ngomong tiga hari, jadi kak Evan nggak usah ajak aku ngomong." Ujar Yasmin lalu pergi ke kamarnya.
Evan hanya mengulas senyum tipisnya mendengar ocehan Yasmin, yang menurutnya sangat lucu. Malam itu Evan memang tidak bisa tidur karena masih memikirkan tentang Helen. Selain itu, dia juga menunggu Yasmin, karena dia fikir Yasmin belum pulang.
Evan menunggu Yasmin di ruang tamu, sejak pukul sepuluh malam. Pada saat dia berniat naik ke kamarnya, dia melihat Yasmin sedang menuruni anak tangga dan Evan tahu Yasmin sedang ketakutan, makanya dia iseng menakut-nakuttinya.
Kak Evan kenapa sih pake nanya-nanya segala?. Udah kayak polisi aja. Bukankah dia sendiri yang bilang kalau aku bebas melakukan apapun. Apa dia lupa dengan yang dia ucapkan dan tuliskan disurat perjanjian itu?. Aku juga gak pernah nanya-nanya sama dia, apalagi ikut campur urusan dia. Lagian kenapa juga dia harus nungguin aku?. Apa dia khawatir?.
Enggak Yasmin jangan kegeerrean. Dia nggak mungkin nungguin kamu. Paling juga dia emang gak bisa tidur, atau mungkin abis telponan sama kekasihnya. Batin Yasmin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
setelah merasakan kecewa baru kamu mau melihat Yasmin Van
😌😌😌
2022-10-12
1
milie
lanjutkan 👍
2022-09-23
1