Yasmin melangkah jauh, semakin jauh tanpa tujuan. Bulan madu yang bagi kebanyakan orang sangat membahagiakan, tidak berlaku untuknya.
Aku sangat mencintaimu kak Evan, apa kamu tidak bisa menghargai ku sedikit saja? Apa tidak ada sedikitpun cinta di hatimu untukku?.
Aku memang bodoh. Aku sudah tahu dia tidak mencintaiku. Seharusnya sejak awal aku menolak pernikahan ini. Aku sadar kalau aku memang tidak pantas buat kamu.
Tidak Yasmin, kamu jangan menyerah begitu saja. Dia suamimu. Kamu harus memperjuangkannya. Ingat, dia adalah cinta pertamamu. Kamu sangat mencintainya. Teruslah berusaha mendapatkan nya, tak peduli seberapa banyak pun luka yang mungkin akan kamu dapatkan. Kenyataan memang tak selalu berjalan sesuai harapan. Tapi bukan berarti kamu harus berputus asa. Yakinlah perjuangan mu tidak akan sia-sia. Semua akan indah pada waktunya. Suatu hari nanti dia akan mencintaimu dan menjadi milikmu sepenuhnya. Ucap Yasmin dalam hati, menyemangati dirinya sendiri.
Yasmin duduk diam ditepi pantai, menikmati hembusan angin dan deburan ombak yang seolah sedang berlomba untuk sampai ke tepian. Senyumnya terukir melihat bagaimana gigihnya ombak yang seolah tidak mau berhenti mencumbui pantai, walau mereka harus kembali terbawa arus.
"Aku tidak boleh putus asa. Ombak saja tidak pernah putus asa, masa aku harus kalah sama mereka." Yasmin bergumam lalu beranjak dari sana.
...
Helen sudah kembali ke villanya, sedangkan Evan saat ini sedang kebingungan mencari keberadaan Yasmin. Berulang kali dia menghubunginya, tapi Yasmin tidak juga menjawab. Kemana dia?. Batin Evan.
Evan memilih kembali ke vila, karena dia pikir Yasmin mungkin sudah disana, tapi ternyata tidak, Yasmin belum kembali, padahal ini sudah jam makan siang. Evan lalu mandi, setelah itu dia kembali mencari Yasmin, tapi tetap tidak menemukanya.
"Kemana sih dia?. Nyusahin gue aja. Mana gak bisa dihubungi lagi. Kalo papa telpon dan nanyain dia gimana?. Gue harus jawab apa?." Gerutu Evan. Dan tiba-tiba...drttt...drttt...ponsel Evan berbunyi. Pak Heru menghubunginya.
"Papa.!! Tuh kan, belum kering lidah gue ngomong, papa udah nelpon." Gumam Evan kesal.
"Iya hallo pah!!
"Hallo Van!! Kalian lagi dimana?."
"Papa gimana si, pake nanya lagi dimana segala, ya di Lebong lah pah, masa di hatimu."
"Mana Yasmin?. Dari tadi papa hubungin dia gak diangkat-angkat."
"Oh....Dia.....dia....dia di ......dia di kamar mandi pah. Iya dia lagi mandi."
"Kamu nggak bohongin papa kan?.."
"Enggak pah. Buat apa Evan bohong? Lagian papa ngapain nanyain dia?. Ada perlu apa, nanti Evan sampaikan.
"Enggak!! Papa cuma mau mastiin aja kalau dia baik-baik saja. Ya udah kalau gitu papa tutup dulu ya. Bilangin ke Yasmin kalau papa telpon."
"Iya pah!! Nanti Evan bilangin ke dia." Sambungan telfon pun terputus.
"Huffttt. untung aja papa percaya. Lagian kenapa juga dia harus nanyain anak tengil itu?. Anak papa kan gue, bukan dia. Dan tadi papa bilang cuma mastiin dia baik-baik aja. Emang papa pikir gue monster yang membahayakan dia." Gerutu Evan.
Dia terus mencari Yasmin, tapi tetap tidak menemukanya, karena Yasmin masih berada di pantai Chicas.
"Kemana sih dia?. Nyusahin gue aja ini anak orang, mana susah dihubungin lagi." Evan terus menggerutu.
Kalo dipikir-pikir, ngapain juga gue nyariin dia?. Dia udah gede, nanti dia juga pulang sendiri. Mending gue nyari vila tempat Helen nginep. Ah iya, bodoh banget sih gue. Kenapa tadi gue gak nanyain nama villanya. Gumamnya dalam hati.
Evan menghubungi Helen, ingin menanyakan dimana Helen menginap, tapi Helen tidak menjawab panggilan ataupun chat dari Evan.
"Arggghhh sial. Kenapa pada susah dihubungin?." Gerutu Evan kesal, lalu memilih kembali ke vila. Dia menyantap makan siang, walau jam makan siang sudah lewat.
Disisi lain, Yasmin yang kini sudah merasa jauh lebih tenang berniat kembali ke vila. Dia baru menyadari kalau dirinya sudah terlalu lama duduk disana, sampai melewatkan jam makan siangnya, perutnya keroncongan minta diisi.
Sebelum kembali ke vila, Yasmin memesan makanan di sebuah cafe. Dia mengecek ponselnya, ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk dari Evan, dan mertuanya, juga sahabatnya Astrid. Yasmin mendengus kesal membaca pesan Evan yang memberitahunya kalau Evan sudah kembali ke vila.
jadi dia ninggalin aku disini, huhh menyebalkan sekali. Awas aja nanti kalau kamu udah jatuh cinta sama aku. Gerutunya dalam hati.
Singkat cerita Yasmin pun sampai di vila, dan Evan langsung memberondongnya dengan banyak pertanyaan, seperti polisi yang menginterogasi tahanan.
"Aku nggak kemana-kemana. Cuma nenangin diri aja." Jawab Yasmin.
"Kamu enak-enakkan nenangin diri, tapi bikin orang lain gak tenang."Ujar Evan. Yasmin menoleh.
"Siapa yang gak tenang?." Tanya Yasmin.
"Siapa-siapa. Ya aku lah, siapa lagi." Jawab Evan.
"Ya ampun!! Beneran kak Evan gak tenang mikirin aku?. Ahh terharu aku." Sahut Yasmin senang.
"Jangan ke-geeran. Tadi papa nelpon nanyain kamu. Lagian kenapa handphone kamu susah banget dihubungi?. Tadi papa telpon, kamu nggak angkat, jadi dia nelpon aku. Nyusahin aja sih."Ujar Evan.
"Aku emang sengaja gak mau jawab telpon dari om Heru. Karena kalau aku angkat pasti beliau bakal nanyain aku lagi apa. Gak mungkin dong aku jawab, kalau aku lagi nenangin diri gara-gara cemburu ngeliat suami aku pelukan sama kekasihnya." Jawab Yasmin.
"Cemburu?? Hahhh...jangan bercanda, gak lucu." Balas Evan.
"Siapa yang bercanda?. Coba kak Evan pikir, istri mana yang gak cemburu ngelihat suaminya pelukan dengan perempuan lain didepan matanya sendiri?. Kak Evan pikir aku gak punya perasaan apa." Kening Evan mengerut mendengar jawaban Yasmin.
"Apa maksud kamu?. Kamu tahu sendiri kan kalau pernikahan kita ini terjadi karena terpaksa?. Kita tidak saling mencintai. Kamu sudah tahu dari awal kalau aku sudah memiliki kekasih, dan kamu sudah setuju dengan perjanjian kita."
"Iya kak!! Aku tahu itu. Makanya aku memilih pergi. Kalau tidak, mungkin aku sudah membunuh kalian tadi." Jawab Yasmin, lalu melangkah menuju kamar mandi.
"Yasmin!! Panggil Evan, Yasmin menoleh.
"Kamu gak akan ceritain ini ke orangtuaku kan?." Tanya Evan.
"Hemmm...tergantung."
"Tergantung apa?."
"Tergantung penawaran apa yang kak Evan berikan untuk aku."
"Penawaran apa maksud kamu?. Jangan berbelit-belit."
"Masa gitu aja nggak ngerti sih. Katanya kak Evan itu pinter."
"Oke!! Apa mau kamu?."Tanya Evan
"Mau aku?. Apa ya?. Hemmm...nanti deh aku pikirin dulu mau aku apa. Sekarang aku mau mandi dulu." Jawab Yasmin, lalu membuka pintu kamar mandi, tapi Evan menghalanginya.
"Katakan sekarang!!
"Ih gak sabaran banget sih jadi orang. Nanti dulu kak, aku mau mandi. Siapa tahu dapet ilham." Jawab Yasmin, sambil memegang handle pintu kamar mandi, lagi-lagi Evan menghalanginya.
"Kak Evan apaan sih?. Lepasin kak!! Oh atau kak Evan mau ikut aku mandi?." Goda Yasmin.
"Siapa takut." Jawab Evan membuat Yasmin terkejut, tapi juga takut.
"Lepasin atau aku akan bilang ke om Heru, apa yang kakak lakukan tadi." Ancam Yasmin, dan dia berhasil. Evan langsung melepaskan tangannya, dan membiarkan Yasmin masuk ke kamar mandi.
Evan bukannya takut, tapi dia malas mendengar ceramah pak Heru dan bu Mariska, seandainya Yasmin benar-benar menceritakan tentang kejadian tadi. Terlebih, dia juga tidak ingin kakek Imam sampai mengetahui hal ini.
Sementara itu, didalam kamar mandi Yasmin masih memikirkan cara untuk membalas suaminya. Dia tersenyum senang karena berhasil mengambil kesempatan saat Evan memintanya tidak menceritakan masalah ini pada pak Heru, padahal dia memang tidak berniat akan mengatakannya.
🌻🌻🌻🌻
Jangan lupa like, vote, komen dan favoritnya ya❤️😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
Yasmin ternyata rasa cintamu lebih besar dari rasa kecewamu
semoga kamu kuat dalam berpura pura bahagia walaupun hatimu menangis
2022-10-12
1