Saat sampai di vila, Yasmin buru-buru mandi dan mengganti pakaiannya. Dia sungguh malu mengingat kejadian tadi. Dia takut Evan benar-benar mengira kalau dirinya sengaja ingin memperlihatkan dadanya, padahal tidak sama sekali. Karena terlalu asik bermain Yasmin benar-benar tidak menyadari hal itu.
Walau ada sebagian wisatawan perempuan memakai pakaian terbuka, yang memperlihatkan bagian dada mereka, Yasmin tetap merasa sangat malu dan menyesali hal itu. Dia takut Evan berpikir macam-macam tentang dirinya.
Sejak kejadian tadi siang, Yasmin sedikit mengirit suaranya. Bahkan saat Evan mengajaknya jalan-jalan malam, dia tidak cerewet seperti biasanya. Mereka makan malam di sebuah resto, dan duduk di kursi yang berada dipinggir pantai. Keduanya nampak canggung malam itu.
Yasmin mengedarkan pandangannya ke sembarang arah, sedangkan Evan memainkan ponselnya walau tidak ada satupun yang menarik perhatiannya.
Tatapan Yasmin terkunci saat melihat seorang perempuan cantik yang berada kira-kira lima meter di depan mejanya.
Perempuan itu memakai mini dress sutra tanpa lengan berwarna biru pastel, dengan tali kecil di kedua bahunya. Selain minim, dress itu juga terbuka dan memperlihatkan bagian dadanya.
Apa dia gak risih atau kedinginan pake baju kayak gitu malam-malam begini?. Eh tapi ngomong-ngomong kalo aku pake baju kayak gitu, kira-kira gimana ya reaksi kak Evan?. Apa dia bakal suruh aku nutupin dadaku lagi kayak tadi siang?. Apa aku coba aja ya?. Hemmm...bener harus dicoba nih. Batin Yasmin, sambil tersenyum.
"Kamu kenapa sih sering senyum-senyum sendiri kayak gitu?." Tanya Evan, menyadarkan Yasmin dari lamunannya.
"Eh...enggak kok, hehehe. Kak Evan kenapa sih kok jadi sering merhatiin aku kayak gini?." Goda Yasmin sambil tersenyum genit.
"Ih pede banget sih. Siapa juga yang merhatiin kamu." Sanggah Evan lalu mengajak Yasmin kembali ke vila.
"Kakak duluan aja. Aku masih pengen jalan-jalan." Sahut Yasmin, menghentikan langkah Evan, lalu dia berbalik. "Jalan-jalan kemana?." Tanyanya dengan nada curiga.
"Ya.....jalan-jalan disekitar sini, cari temen baru yang bisa diajak buat malam mingguan. Siapa tahu disini aku bisa bertemu makhluk tampan kayak kak Evan atau yang lebih tampan dari kak Evan." Jawab Yasmin.
"Terserah!! Sahut Evan, lalu mereka berdua pergi berlawanan arah.
Baru saja berjalan beberapa langkah, Yasmin kembali menghentikan langkahnya, karena mendengar ucapan Evan.
"Jam sepuluh kamu harus udah di vila kalau enggak, jangan harap kamu bisa masuk."Ucap Evan, mengultimatum Yasmin.
"Baik suamiku sayang, jam sepuluh aku pasti udah kembali. Aku juga gak mungkin ninggalin kamu terlalu lama, jadi jangan terlalu merindukan aku ya!! Aku kan jadi nggak enak." Jawab Yasmin lalu terkekeh.
"Dasar tengil. "Evan mencibir, lalu benar-benar pergi.
Yasmin sendiri lalu pergi berkeliling, mencari apa yang ingin dia beli, dan dia menemukanya. Tak ingin berlama-lama dia segera kembali ke vila, karena takut Evan benar-benar tidak membiarkannya masuk jika ia terlambat.
🌄🌄🌄🌄🌄
Keesok kan harinya, Yasmin mengajak Evan ke pantai Chicas. Pantai yang tidak kalah indah dengan pantai lain yang ada di Lebong island. Yasmin mengenakan baju yang ia beli semalam, dan itu sukses membuat Evan terkejut.
"Kamu nggak salah pake baju?." Tanya Evan.
"Idih kak Evan, udah dibilangin kalo cewek nggak pernah salah, masih aja nanya." Jawab Yasmin dengan cuek.
"Ganti nggak!! Sergah Evan.
"Apaan sih kak?. Kenapa aku harus ganti baju segala?. Emang salah kalo aku pake baju ini?. Inikan di pantai, orang lain juga banyak yang pake baju kayak gini." Sahut Yasmin.
"Aku bilang ganti." Sergah Evan lagi.
"Nggak mau!! Jawab Yasmin cepat, sambil berlalu menuju pintu, tapi Evan mencekal tangannya.
"Ganti sekarang atau aku nggak akan izinin kamu keluar dari sini." Ucap Evan dengan nada mengancam.
"Enggak!! Aku mau pake baju ini. Kalo kakak nggak mau pergi, aku bisa kok pergi sendiri." Jawab Yasmin lalu memegang handle pintu, tapi Evan kembali mencekal tangan Yasmin, dan mendorongnya menjauh dari pintu.
"Awww!! Kak Evan apa-apaan sih?." Yasmin berdecak sebal, apalagi saat ini Evan mengunci pintu kamar vila.
"Ganti baju sekarang!! Perintah Evan.
"Oke, baik. Aku akan ganti. Tapi katakan!! Kenapa aku harus ganti baju?." Tanya Yasmin.
"Kamu gak pantes pake baju kayak gitu. Kamu kelihatan jelek." Jawab Evan.
Hati yasmin mencelos, mendengar jawaban Evan. Yasmin tak menyangka Evan akan tega menyebutnya jelek. Dia menatap Evan sebentar ."Apa tidak ada kata lain yang lebih baik dari kata jelek?. Aku tahu aku memang jelek, kak Evan tidak perlu mengatakannya dengan jelas."Ucap Yasmin, lalu pergi mengganti bajunya.
Evan tersentak mendengar ucapan Yasmin. Sebenarnya dia tidak bermaksud mengatakan Yasmin jelek, hanya saja dia memang tidak suka Yasmin memakai baju itu. Bukan karena jelek, tapi Yasmin justru kelihatan cantik dan berbeda, tapi menurutnya baju itu terlalu terbuka.
Evan masih ingat bagaimana kemarin tatapan nakhoda perahu pada dada Yasmin, dan dia tidak suka Yasmin jadi objek tatapan para pria hidung belang diluar sana. Dia merasa harus melindungi Yasmin, seperti seorang kakak yang melindungi adiknya.
Tak lama kemudian mereka pun pergi. Yasmin terlihat masih kesal pada Evan, yang menyebutnya jelek. Evan berusaha menggodanya, tapi wajahnya masih tetap cemberut, hingga akhirnya mereka sampai di pantai Chicas.
Angin dan suara debur ombak terdengar seirama, memberi kesan tersendiri di hati Yasmin. Wajah cemberutnya lenyap seketika. Dia bermain kembali dengan deburan ombak yang menggulung di tepian pantai.
Yasmin menolehkan kepalanya ke arah Evan, yang sedang duduk di kafe, tidak jauh dari tempatnya berada. Mata Yasmin mengikuti arah pandangan Evan yang sedang menatap ke arah pantai di sebelah kiri mereka.
Ada beberapa orang yang sedang berfoto disana, sepertinya mereka semua sedang melakukan foto prewedding atau semacamnya. Tak lama berselang, mereka mendekat ke arah Yasmin untuk mengambil gambar disana. Dugaan Yasmin salah, pemotretan itu bukan untuk prewedding, melainkan pemotretan seorang model yang entah untuk acara apa.
Evan mendekat ke arah Yasmin sambil tersenyum begitu tulus, membuat Yasmin terhenyak. Dia tidak pernah melihat Evan tersenyum seperti itu sebelumnya. Tatapan penuh cinta dan kerinduan terlihat jelas dimata Evan. Yasmin diam terpaku tak percaya Evan tersenyum seperti itu kepadanya.
Yasmin membalas senyum Evan dengan ragu. Namun senyum itu perlahan memudar dan lenyap saat Evan melewatinya. Yasmin sadar tatapan penuh cinta itu ternyata bukan untuknya, melainkan untuk seorang wanita cantik yang berdiri dibelakangnya bersama tiga orang lelaki dan dua orang perempuan lain. Wanita cantik yang tak lain adalah sang model yang baru saja selesai melakukan pemotretan.
"Helen!!."Lirih Evan menyebut nama perempuan itu. Dia tak percaya sekaligus senang.
"Evan!! Seru Helen terkejut. Mereka berdua sama-sama tak percaya bisa bertemu disana. Evan yang sudah sangat merindukan kekasihnya itu langsung memeluknya. Yasmin membuang muka melihat adegan menyakitkan itu, tepat didepan matanya.
"Sayang!! Aku nggak percaya bisa ketemu kamu disini. "Ujar Evan.
"A..a...aku juga. Kamu lagi ngapain disini?."Tanya Helen.
"Aku...aku ada urusan disini. Kamu sendiri?."Jawab Evan.
"Kebetulan aku ada kerjaan disini. Kamu sama siapa kesini?. Istri kamu?." Tanya Helen, menyadarkan dan mengingatkan Evan pada Yasmin.
Evan kemudian mengenalkan Yasmin pada Helen. Mereka bersalaman sambil menyebut nama masing-masing.
Cantik. Gumam di hati keduanya.
Pacar kak Evan ternyata memang sangat cantik. Pantas saja dia kelihatan begitu mencintai dan tidak mau meninggalkannya. Kata Yasmin dalam hati.
Oh jadi ini istri Evan?..Cantik juga. Apa iya Evan tidak tertarik sedikitpun dengan istrinya ini?.Batin Helen.
Evan dan Helen masih berbincang, sedangkan Yasmin hanya menjadi pendengar setia. Sesekali Yasmin menatap Helen yang terlihat cantik. Dia membandingkan dirinya dan Helen yang menurutnya memang jauh berbeda.
Ini kan perempuan yang aku lihat di restoran semalam. Iya, dia orangnya. Apa semalam kak Evan dan dia bertemu?. Tanya Yasmin dalam hati.
Evan meminta Yasmin meyakinkan Helen tentang pernikahan mereka yang dilakukan karena terpaksa, dan tidak didasari oleh rasa cinta. Yasmin menatap Evan, sebelum dia mengiyakan semua perkataan Evan, walau hatinya sangat terluka saat ini.
"Kamu dengar sendiri kan sayang?." Tanya Evan seraya memegang tangan Helen, lalu kembali memeluknya, dan Yasmin melihatnya. Hatinya semakin sakit, tapi dia tetap tersenyum saat Helen menatap ke arahnya.
Perlahan namun pasti Yasmin melangkah mundur menjauhi suami yang sedang memeluk kekasihnya dengan penuh kerinduan. Yasmin membalikkan badan memunggungi mereka berdua. Dia tak sanggup lagi membendung air mata yang sudah menganak sungai dimatanya.
Sungguh terasa sangat menyesakan jiwa saat kita melihat orang yang kita cintai, mencintai orang lain, dan dia menunjukkannya tepat didepan mata kepala kita. Tak ubahnya sebuah anak panah yang dilepaskan dan tepat mengenai sasaran. Evan telah berhasil menancapkan anak panah itu tepat di jantung hati Yasmin. Dia sungguh patah hati. Sakit, sakit sekali rasanya.
🌻🌻🌻🌻🌻
Hay para readers!! mohon dukungannya untuk cerita ini. Berikan like, vote komen dan hadiahnya ya 😁, jangan lupa juga masukk.in daftar favoritnya juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
lovely
klo gue jd Yasmine cuekin aja tuh c evan😡
2023-01-10
1
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
tisu mana tisu 😭😭 😭 nangis Bombay dengan kelakuan Evan 🤧🤧🤧🤧
2022-10-12
1
Butet Wina
kasihan 😭 cintanya bertepuk sebelah tangan
2022-09-20
1