lHufth! " Syila membuang nafas kasar, membuat Renita yang duduk disebelahnya menghentikan kegiatan makannya. "Lo kenapa? kusut begitu! "
Syila teringat akan kejadiannya bersama alvin sebelum menemui sahabatnya Renita. "Apa?! Gue gak mau! " Seru Syila dengan ketus.
"Mau gak mau, ya harus mau. " Alvin terkekeh geli.
BUKK!
lArggh! " Alvin meringis kesakitan setelah Syila memukul kepemilikannya dikarenakan alvin yang akan menciumnya. "Bajingan! Ketos julid! " Syila pergi meninggalkan Alvin yang masih kesakitan.
Awas Lo Syila, gue gak akan tinggal diam! Lo akan merasakam pembalasannya nanti! Tunggu aja!
"Hah! " Syila kembali membuang nafas beratnya. "Kenapa sih Lo? Kalau ga mau sini biar gue yang ma.. " Ketika Renita akan mengambil seporsi siomay milik Syila dengan sigap sang empu menarik kedalam dekapannya. "Lo udah makan dua porsi Ren, gak kenyang kenyang Lo?!"
"Ya terus Lo bengong melulu, kenapa sih? " Renita mulai kepo dengan tingkah laku sahabatnya itu.
"Gak apa-apa. " Jawab Syila dengan nada datar. Renita mendelik Syila, dia tahu bahwa sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Oya, nanti pulangnya gue gak bisa bareng lo, Syil. Gak apa-apa?" Syila menoleh ke wajah sahabatnya itu. "Kenapa? "
"Gue sama temen sekelas mau kerja kelompok di perpustakaan. Kenapa, mau ikut?" Syila mengangkat kedua alisnya, lalu menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa gue balik sendiri aja. "
***
"Tumben banget masih mau naik motor, biasanya tuh motor suruh bang bian bawa pake kol buntungnya terus dia sama gue naik mobil. Pasti ada apa apa nih. " Rama yang bermonolog sendiri setelah kepergian saudara kembarnya itu.
Waktu telah menyatakan pukul tiga, ini waktu para murid untuk pulang meninggalkan sekolah. Namun, beberapa ada yang masih berdiam diri sekedar diam di klub masing-masing ataupun perpustakaan dan tempat lainnya di sekolah ini.
Hari ini Syila pulang sendiri tanpa Renita, karena gadis itu ada kegiatan sendiri bersama teman sekelasnya. Syila berjalan ke halte yang berjarak dua puluh meter dari sekolahnya untuk menunggu bus.
Saat sedang memainkan gawainya sembari menunggu kedatangan si tayo yang dia tunggu, tiba-tiba sebuah sepeda motor yang berlalu menepi dan berhenti didepannya.
CKeLK!
Sebuah klakson motor yang berdecit dengan kencang menusuk kedua telinga gadis itu. Syila mengangkat wajahnya, dia melihat sosok lelaki yang baru saja membuka kaca helmnya berjalan mendatanginya dan langsung menarik tangan Syila.
"Aw! Sakit, lepasin ga? " Teriak Syila, namun teriakan gadis itu tidak didengar sedikitpun oleh Alvin. Dia terus menarik lengan Syila dengan paksa dan mengambil sebuah helm yang tergantung di motornya memasangkannya pada gadis itu. "Naik! " Suruhnya dengan nada dingin dan wajah yang datar.
"Gak! Gue bisa naik bus! " Alvin kembali menarik Syila kedalam dekapannya, dia menempelkan wajahnya ke telinga kiri Syila. "Mau naik atau gue cium disini? " Bisiknya dengan lembut membuat bulu kuduk Syila mereemang. Syila menelan kasar salivanya.
Melihat ekpresi Syila yang menengang membuat lelaki itu menyunggingkan ujung bibirnya. Dengan terpaksa gadis itu mengikuti kemauan lelaki itu. Siapa juga yang mau dicium oleh lelaki asing! Dan Syila semakin membenci lelaki itu!
Syila yang dibonceng Alvin pun pergi bersamaan dengan motor yang dinaiki Alvin. Menjauh dari halte tersebut, melaju dijalanan. Dari jauh seseorang menatap nanar pasangan yang telah melesat pergi itu. "Ck, gue terlambat! Sial! "
Selama diperjalanan tidak ada satupun suara dan kata yang dikeluarkan oleh Syila maupun Alvin. Mereka betah dengan kebungkaman dan keheningan mereka masing-masing. Hingga motor yang dibawa oleh lelaki itu berhenti didepan pagar sebuah rumah sederhana. "Udah sampai. " Satu kata yang memulai pembicaraan mereka.
Saat Syila yang menunduk kembali menegakkan kepalanya, matanya terbelalak dia tak percaya kalau lelaki itu bisa mengantarnya hingga tepat ke depan rumahnya. "Lo kok bisa... "
"Lo mau turun atau gue culik ke hotel? " Pria itu sedikit menolehkan wajahnya. Dengan cepat Syila turun dari motor itu, membuka helm yang dia pakai dan mengembalikannya pada Alvin. "Makasih. " Ucap Syila dengan datar sambil membuang bola matanya sembarang.
Alvin melengkungkan kedua ujung bibirnya. "Besok gue jemput, bye!" Belum Syila mengutarakan kata hatinya, motor itu telah melesat cepat dari hadapannya. "Damn! "
"Assalamualaikum!"
"Waalaikummussalam! Eh, anak ayah sudah pulang." Sapa sang ayah yang sedang duduk santai di ruang keluarga. "Iya, mana ibu? "
"Ibu lagi belanja sama kakak iparmu. "
"Lah, kakak datang? "
"Tidak, hanya kakak iparmu saja. " Syila mengangguk. Syila memang memilik satu kakak laki-laki yang berbeda jauh usianya dan telah lima tahun menikah, namun belum dikaruniai anak. Syila juga punya dua adik lelaki yang terpaut usia empat dan tujuh tahun lebih muda.
"Kalau gitu Syila naik dulu ya, yah. "
Syila pun naik dan masuk ke kamarnya, langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. "Hah, apa yang akan terjadi selanjutnya? " Tanyanya lirih.
***
Pagi ini karena Renita telah berjanji dengan teman sekelasnya untuk berkeliling memilih klub ,jadi Syila pun beristirahat sendiri. Meski banyak teman sekelasnya yang mengajak dia pergi bersama, tetapi rasanya hari ini dia ingin menyendiri saja.
"Bener nih, gue tinggal kalau begitu. "
"Hmm, ga apa-apa gue lagi ingin menyendiri hari ini. " Gadis itu mengernyitkan dahinya. "Lo lagi ada masalah ya? Kalau mau cerita, gue bakal dengerin kok. " Namun Syila menggelengkan kepalanya, tersenyum simpul pada gadis didepannya itu. "Gue lagi ga ada masalah kok, makasih ya. "
"Ok deh. Tapi bener deh, kalau mau cerita gue bersedia jadi pendengar kok. Yaudah, gue tinggal dulu ya. bye! "
"Bye. "
Setelah beberapa menit dia berdiam di kelas, dia mulai keluar untuk membeli beberapa cemilan di kantin dan membawanya ke atap sekolah. Syila seperti melihat seseorang berdiri tegak jauh didepannya, saat dia akan mendekati lelaki itu tapi dia dikagetkan dengan sebuah dorongan yang membuat plastik belanjaannya terjatuh.
Yudha mendorong Syila hingga pinggungnya menabrak dinding dibelakangnya. "Lo! " Seru Syila. "Ssttt! " Yudha menempelkan telunjuknya dibibir. "Lepasin ga? "
"Ga. "
"Ish!"
"Walau elo memberontak, elo ga akan bisa melepaskan diri karena gue akan terus mencegat elo. " Yudha tersenyum smirk. Ya tuhan, kemarin si ketos julid sekarang dia si ga bertanggung jawab. Besok siapa lagi?! Syila membuang nafas gusar. Yudha mulai meregangkan kungkungannya. Dia mengambil plastik yangvberisi makanan yang sudah setengah berserakan dibawahnya.
"Nih, waktu istirahat tinggal sepuluh menit lagi. " Yudha menyodorkan plastik itu.
Syila mengambilnya dengan kasar. "Gara-gara elo! " Yudha terkekeh. Syila hanya mendelik, kemudian dia berjalan meninggalkan Yudha di belakangnya. Berjalan menuju atap sekolah untuk memakan camilan yang dia beli sembari menghirup angin segar. Namun, langkahnya terhenti bersamaan seseorang yang berada dihadapannya. Dia kan..
"Mikh! " Panggil Yudha yang membuyarkan lamunan Mikha. "Ko David suruh kita ngumpul! " Tanpa kata apapun, Mikha melewati Syila dan pergi bersama Yudha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments