Sepanjang kegiatan sarapan pun hanya di isi oleh keheningan.Biasanya ada komunikasi yang tercipta diantara kedua kakak-beradik ini,sekarang seperti hampa,tak ada komunikasi diantara keduanya.
Hanya suara sendok dan gelas saja yang saling bersahutan meramaikan acara sarapan mereka berdua dengan menu sederhana dan tak banyak.
Renata,yang memang sudah menjadi pendiam sejak 3 tahun terakhir,tak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Begitu pun dengan Rania,yang memilih bungkam,takut keceplosan.
Terbiasa, berkomunikasi membuat Rania seperti ada yang kurang dalam dirinya.Biasanya dia selalu paling heboh bercerita,kini diam mematung.
"Rania".
"Renata".
Ucap Renata dan rania dengan serempak.Baik,Renata maupun Rania, keduanya bahkan sampai menoleh tak menyadari mereka memanggil nama adik dan kakak itu secara serempak.
Renata, tersenyum simpul."Kita,udah kayak anak kembar aja yah?". Ucapnya terkekeh geli.
"Iya, kak mungkin kita terbiasa hidup berdua".
"Mungkin juga seperti itu.So,kamu dulu yang berbicara".
Rania, terdiam sebentar."Aku kayaknya,mau cari lowongan pekerjaan lagi deh".Ucap Rania,susah payah mengumpulkan keberaniannya.
"Kenapa?".
"Aku,butuh biaya lebih untuk persiapan ujian nasional ku,belum lagi ujian praktek dan lain sebagainya".Jelas Rania, tanpa di lebih-lebih kan.
Renata,diam mengamati.Berpikir sejenak."Jangan dek,biar kakak aja yang cari uang toh waktu kamu juga akan banyak di habiskan untuk persiapan ujian nasional kan?".Tanya renata,menatap intens rania.
Rania, mengangguk."Tapi,aku gak enak hati".
Renata, menempelkan jari telunjuknya ke bibir rania."Shut,jangan berbicara seperti itu lagi"Peringatnya, menjauhkan diri dari rania."Itu sudah menjadi tugas kakak,dek.Tugas kamu hanya belajar dengan baik agar suatu saat nanti kamu bisa membanggakan orang tua kita". Nasehat renata dengan lembut.
Hal yang seperti inilah yang membuat rania tak tega terhadap renata.Kakaknya rela mengorbankan masa depannya hanya untuk dirinya sendiri.
Tadi,sebelum dia memutuskan untuk berbicara.Dia, rasanya ingin berkata jujur,namun urung di lakukan.Tak,tega terus membebani renata dengan masalah nya sendiri.
"Yah,kak.Apa yang ingin kakak bicarakan?".Giliran Rania yang mengajukan pertanyaan.
Renata, tersenyum."Gak ada dek".Senyum penuh arti dia berikan untuk adik satu-satunya itu.
"Oh".Rania hanya beroh ria,mencari posisi aman.
Rania dan Renata seperti biasa, mereka melanjutkan aktivitas mereka masing-masing dengan arah yang berbeda pula.
Di sepanjang perjalanan,Rania tak fokus menatap jalanan karena masih teringat dengan kata-kata Gunawan yang begitu memilukan.Rasa, bersalah menghantui pikiran rania.
"Bagaimana ini?". Perasaan bersalah jelas menghantui dirinya,dia yang sudah di tolong tapi membalasnya dengan sebuah pengkhianatan.
Tapi,dia juga tak mungkin melawan Renata yang notabenenya di bebankan oleh kebutuhan nya dalam mengemban ilmu.Pikiran yang kacau,perasaan yang tak menentu.Membuatnya tak menyadari,akan keberadaan seseorang yang mengintainya di balik pilar lampu.
"Ternyata kamu disini,bocah tengil".Gumam Deon.
Yah, laki-laki yang mengintai Rania secara tidak sengaja tak lain dan tak bukan adalah Deon.Secara kebetulan pula,dia yang bermaksud ingin pergi ke tempat kerja renata,secara tak sengaja ekor matanya menangkap tubuh munggil yang berjalan gontai.
"Tak akan pernah aku lepaskan mangsa yang sudah ada di hadapan ku".Gerutu Deon, mengepalkan tangan nya dengan kuat.
Rasa penasaran,membawa Deon terus mengikuti langkah kaki rania yang berjalan menuju sekolah menengah atas dengan berjalan kaki.Dia amati dan ingat-ingat nama dan juga jalan yang di lalui,sebelum berbalik arah menuju tempat tujuan berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments