Rania tersenyum,sembari menepis tangan renata secara lembut."Aku tidak sedang dalam keadaan sakit,kak". Ucapnya, melangkah pergi ke kamar mandi yang berada tak jauh dari dapur.
Ekor mata Renata mengikuti arah langkah Rania."Anak itu, ada-ada saja".Gumamnya,sembari menggeleng-gelengkan kepala kembali melanjutkan aktivitasnya.
Rania,sama halnya dengan sang kakak tertutup jika itu tentang kejadian yang melukai hatinya.Tak ingin menambah beban sang kakak dengan permasalahan yang dia hadapi.
"Bagaimana ini?,apa aku harus merahasiakan ini,atau bicara terus terang saja?".Bimbang rasanya Rania, mengambil keputusan.
Masalah ini menyangkut dengan pekerjaannya.Masalah yang ternyata bukan saja melibatkan dirinya sendiri, melainkan gunawan.Yah,Gunawan.
Semalam,tak jauh berbeda dengan ponsel Renata yang terus berdering, ponselnya juga ikut berdering.Sengaja dia tertidur dengan berselimutkan kain sarung,menutupi seluruh tubuhnya, menyembunyikan percakapan mereka dari kakaknya yang nampaknya sedang dalam keadaan tak baik.
Sejak tadi,dia hanya uring-uringan di kamar mandi,tak menyentuh air barang sedikitpun.Pikirannya kacau, hatinya tak tenang.
Gunawan,orang baik menurut nya harus ikut terkena imbasnya akibat keputusan sepihak, mengikuti saran sang kakak.
"Bilang gak yah".Terus saja begitu,ada keraguan dalam diri rania.
Ibaratnya seperti maju kena,mundur kena.Bilang,itu akan menambah beban kakaknya ,tak bilang nasib Gunawan di pertaruhkan.
Lima belas menit,Rania bolak-balik,depan belakang.Memikirkan cara,dia berkata jujur atau sebaliknya menyimpan rapat-rapat masalah nya dari renata.
Sedang,Renata yang sudah selesai dengan kegiatan memasaknya dengan nasi goreng dan dua gelas air tersaji di hadapannya.Menungu dengan sabar, adiknya yang terasa lama membersihkan diri.
"Tak, biasanya anak itu mandi selama ini".Ucap renata, memperhatikan jarum jam dinding.
Ting..Ting.. Ting
Suara arah jarum jam begitu terdengar nyaring nya,saking sepi nya sampai-sampai suara kecoa pun bisa terdengar.
Di Liputi oleh rasa penasaran,Renata bangkit berdiri.Berjalan menuju kamar mandi.Dia tempelkan telinga nya di daun pintu kayu.Hening,tak ada suara air yang mengalir,tak ada pula suara orang membersihkan diri.
"Rania".Teriak kencang Renata,sembari memukul-mukul pintu.
Rania,yang berdiri melamun.Tentu,dia terlonjak kaget dengan gedoran pintu di sertai dengan suara keras Renata yang memanggilnya.
"Lah,suara dia ternyata keras dan melengking belum lagi suara gedoran pintu persis seperti angin ribut di sertai dengan kilat petir".Gerutu rania.
"Rania".Teriak Renata lagi.
Tak ingin menimbulkan kecurigaan,rania langsung membersihkan diri dengan kecepatan ekspres.Mandi ular,menurut Renata yang terbiasa mandi secara ekspres seperti di kejar waktu saja.
"Harus buru-buru nih,bahaya dah kalau dah berhadapan langsung dengan banteng mengamuk".Ucap Rania, buru-buru sekali membersihkan diri.
"Haha,dasar".Omel Renata,kembali duduk di ruang tamu.
Klek
Pintu terbuka dari dalam.Menampilkan Rania yang sudah segar bugar dengan handuk tersampir di lehernya,menatap Renata dengan datar, seperti orang yang tak pernah berbuat salah.
Pandangan Renata memang tak pernah lepas dari Rania,yang menatapnya dengan datar."Bermuka tebal sekali dia".Gumam renata.
Bukan bermuka tebal,lebih tepatnya dia sedang bersandiwara menjalankan aktingnya yang tak seberapa agar masalah yang dia hadapi tak di ketahui oleh renata.
"Maaf kak,kali ini kakak gak boleh ikut campur dengan urusan ku".Gumam Rania,sembari duduk di hadapan renata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments