Renata,melengos pergi tanpa menjawab pertanyaan Alex.Mengabaikan raut wajahnya yang meminta penjelasan.
Bukan Renata namanya,jika dia berbicara panjang,lebar kali tinggi meski itu dengan rekan kerjanya.Sudah menjadi rahasia umum lagi,Renata si pramusaji pendiam dengan irit bicara,tidak pernah berbicara bila tidak di tanya.
Renata,si pramusaji pendiam namun gigih bekerja dan pantang menyerah.Itu menjadi point penting dalam diri renata di mata rekan kerjanya kendati sikapnya memang pendiam.
Saking lamanya Renata,pulang pergi dengan berjalan kaki hingga dia tau betul mana daerah yang harus di di hindari dan mana yang aman.Apalagi kontrakan nya berada di daerah kumuh,rawan akan tindak kejahatan.
Memang benar,tak baik anak gadis pulang sendirian di tengah malam.Tapi,Renata punya insting kuat dalam menghindari kejahatan dan hapal betul di wilayahnya,tak merasa takut meski sendirian, perempuan pula.
Renata,berjalan selangkah demi selangkah menapaki setiap sudut jalan dengan aura keberanian terpancar jelas dalam diri renata.
Wajahnya yang terlihat galak dan pemberani belum lagi pakaiannya serba tertutup,membuat dirinya tak di kenali oleh preman-preman jalanan.Siapa juga yang mau sama orang yang lewat dengan baju Hoodie menutupi seluruh tubuhnya dan penampilan bak wanita tomboi.
"Ternyata memang benar, kejahatan terjadi bukan karena pakaian yang mereka gunakan tapi ada nya kesempatan".Gumam Renata,berhasil melewati dua preman yang mangkal di pos ronda.
Begitu lah cara Renata melindungi diri sendiri,belajar dari pengalaman,belajar dari yang sudah pernah dia saksikan.
Kerasnya hidup mengajarkan dia untuk menjadi wanita tangguh dan pemberani.Seperti biasa,dia sampai ke rumah pada pukul 10 malam, hampir berbarengan dengan sang adik yang berbeda setengah jam.
Tapi,kali ini ternyata rania mengikuti saran nya untuk berhenti saja daripada menempati diri sendiri pada bahaya yang mengintai.
Lelah bekerja,dan lelah dalam perjalanan belum lagi rasa lapar mulai menyerang perut.Harum wangi semerbak dari bumbu dapur, menerbitkan rasa laparnya.
"Assalamu'alaikum".Ucap salam,Renata ucapkan pada si penghuni rumah.
"Waalaikum salam".Sahut orang dalam,sembari membukakan pintu.
"Wah, harumnya begitu menggoda.Masak apa,dek?".
Rania,menuntun sang kakak masuk ke dalam rumah kontrakan mereka yang tidak terlalu besar dan dengan keadaan yang berantakan.
Rumah tak layak huni, seperti gubuk di sawah tapi cukuplah untuk mereka berdua dengan penghasilan yang pas-pasan an.
"Selama ini,kakak yang selalu menyediakan makanan.Izinkan adik mu ini untuk berbakti pada sang kakak yang begitu aku cintai".Pujian di berikan Rania kepada renata, mendudukkan kakaknya di tikar sebagai alasnya.
Nasi goreng,beserta dua gelas tersaji di depan mata Renata yang berhasil menerbitkan rasa laparnya.
Sepiring nasi goreng untuk di santap berdua,saling menyuapi satu sama lain.Menumbuhkan rasa sayang diantara kakak-adik yang di tinggalkan oleh kedua orang tua dengan tidak membawa sedikit bekal untuk mereka.
Memaksa mereka untuk hidup prihatin dan sederhana.Inilah yang tidak di ketahui oleh Deon,inilah yang menjadi sebab musabab renata menjadi pendiam.
Rania,mengikuti saran sang kakak.Mengundurkan diri lebih baik daripada menempatkan diri pada masalah.Hal ini,pula yang membuat deon uring-uringan.
Kebahagiaan yang sempat di rasa,kini lenyap sudah seiring rania mengundurkan diri tanpa seizinnya,tanpa sepengetahuan Gunawan.
"Anak itu"Gertak deon."Di kasih hati malah minta jantung,air susu di balas air tuba,kacang lupa kulitnya".Gertak Deon,sembari meninju meja yang ada di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments