Sama hal nya seperti sang ayah,Renata rela mengorbankan pendidikan demi masa depan sang adik yang masih membutuhkan biaya sekolah.
Sikap pendiam renata bukanlah sikap yang sedari dulu berada dalam dirinya.Tetapi, peristiwa demi peristiwa memaksa Renata periang menjadi pendiam.
"Sudah,kembali bekerja".Usir Budi,sembari mengibaskan tangannya ke udara.
Renata,undur diri dengan tidak berkata sepatah pun.Diam,hanya itu yang selalu dia lakukan ketika mendapatkan sebuah teguran dari manager sekaligus pamannya.Bukan maksud sombong,tapi lagi-lagi ada peristiwa memilukan di balik sikapnya.
"Tunggu,pembalasan dari ku.Karma is real".Gumam Renata, tersenyum smirk.
Dia,kembali melakukan aktivitas nya bersama dengan pramusaji yang lainnya.Melayani pengunjung dengan baik,meski tidak menunjukkan keramahtamahan nya seperti pramusaji lainnya.
"Mbak,senyum dikit dong.Jangan,memasang muka datar".Tegur, seorang pengunjung.
Senyuman penuh arti,dia layangkan padanya tak ingin menambah masalah dengan membalas ucapan pengunjung.
Diam,bukan berarti lemah.Kata orang diam adalah emas, begitu lah renata menyikapi peribahasa itu untuk hal tertentu.
"Diam memang bagus,tapi harus tau situasi dan kondisi".Timpal pengunjung yang lain.
"Iya, terima kasih atas kritik dan saran nya.Permisi".Lama bungkam, akhirnya renata mengucapkan sepatah kata.
Pak Budi,meski kecewa di awal tapi pada akhirnya dia tersenyum bangga.Ini kali pertama dia melihat interaksi Renata dengan pengunjung.Walau tidak tau jelas nya seperti apa.
Ada alasan di balik sikap diam nya renata.Memilih tidak membalas teguran pengunjung, daripada harus menambah masalah apalagi berakhir dengan sebuah pemecatan.Seperti dulu.
Sebagian pramusaji ada yang sudah hapal betul dengan alasan di balik sikap renata,ada pula yang masih penasaran dengan sosok pramusaji pendiam.
Alex,salah satunya.Dia memang tidak seprofesi dengan renata,dia chef nya di resto ini.Dia amat begitu penasaran dengan sosok renata, sikap nya yang pendiam dan misterius menurutnya.Menuntun nya untuk mendekatinya,tapi usahanya belum lah membuah hasil.
"Renata Kusuma,akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapan ku".Gumam Alex,memantau kinerja renata di balik pilar kaca pembatas.
"Hei".Sentak Fahri,menyentuh pundak Alex.
Alex,terlonjak kaget."Mengagetkan saja".Gertak Alex, menatap tajam pada partnernya.
"Hei,it's ok".Sahut Fahri mengangkat kedua tangan nya ke udara."Kau masih berusaha menaklukkan si pramusaji pendiam itu?".Tanya Fahri.
"Kepo ".Sahut Alex, melemparkan celemek pada Fahri sebelum berlalu pergi.
"Hei, tunggu".Teriak Alex,sembari mengejar Alex.
Renata, bukannya tidak menyadari perasaan Alex padanya.Tapi,dia sedang berusaha membentengi dirinya sendiri dari hal-hal yang bisa menyakiti hatinya lagi.
Dia juga bukan nya tidak tau tentang kebiasaan Alex yang selalu memantau nya bekerja,bukan itu.Dia,hanya tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya.
Selama seharian ini,Renata bekerja dengan banyak diam.Seperti biasa,menjawab bila ada yang bertanya,diam bila tidak di tanya.
Lelah, seharian bekerja,lelah fisik,hati dan juga pikiran nya . Waktunya Renata untuk pulang ke kontrakan nya dengan berjalan kaki.
Walau rekan-rekan kerjanya banyak yang menawari tumpangan, renata selalu menolaknya dengan alasan takut merepotkan.Seperti saat ini,dia menerima tumpangan dari Alex.
"Re,pulang bareng yuk".Ajak Alex.
Renata, tersenyum."Mana muat mobil dijalan gang sempit ?".
"Kan,aku nganternya sampai jalan utama, setidaknya gadis cantik seperti mu tidak mendapatkan gangguan ".Bujuk Alex.
"Lebih bahaya bersama orang yang kita anggap baik".Sahut Renata.Tersenyum kecut.
"Maksud?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments