Menjahili Cempaka

Menjahili seseorang itu sangat seru, apalagi kalau reaksi orang yang di jahili begitu heboh.

Itulah kenapa, kalau ada orang yang punya reaksi heboh setelah di jahili sekali, maka yang menjahilinya akan ketagihan.

"Masakanmu enak juga," tutur Reza.

"Eh iya, makasih Tuan Muda, silahkan di nikmati," jawab Cem sambil membawa piring dan gelasnya ke arah taman belakang.

"Kamu mau ke mana?" tanya Reza

"Mau makan Tuan, di taman belakang." jawabnya polos sambil menunjuk ke arah taman dengan bibirnya, karena tangannya penuh.

"Bukannya biasanya kamu makan di meja sini bareng Mama dan Papa?" tanya Reza

"iya sih, kalo itu sama bapak sama ibu. Gak tau deh sama situ." batin Cem.

"Emm, apa gak apa-apa?" tanya gadis itu ragu. Dia hanya tidak ingin Tuan Muda itu menganggapnya tidak sopan.

"Iya, gak apa-apa, duduk aja sini," tutur Tuan Muda itu menunjuk kursi di meja makan.

"*B*aik juga tuan muda ini, mungkin tadi dia gak sengaja kagetin aku"

Rasa kesal yang sempat ada untuk Tuan Muda hilang dari hati gadis itu.

Setelah selsei makan, Cem memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliahnya di taman belakang.

Seperti biasa, dia meletakkan cemilan dan minuman di atas meja, laptop di atas meja kecil di atas pahanya. Sambil asyik mendengarkan musik.

Tuan muda yang melihat gadis itu dengan serius mengerjakan tugasnya, tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Dia memajukan wajahnya dengan tahan nafas ke dekat wajah gadis itu dari belakangnya, melihat ke arah laptopnya dan bertanya tiba-tiba.

"kamu lagi ngerjain apa serius sekali?" gadis yang sedang asyik itu tidak merasakan kehadiran seseorang itu, sontak teriak dan hampir terjatuh dari kursinya.

"aaaahhhhh...ibuuuuu......" dia teriak dan berdiri dari kursinya, meja kecil dan laptop masih sempat dia selamatkan tetapi cemilan dan minumannya sudah jatuh dan berserakan ketika dia refleks berdiri dan menyenggol meja didepannya.

"kenapa sih kamu?" tanya Reza pura-pura bodoh.

Reza senang sekali melihat wajah kaget dan lucunya Cempaka.

"Kenapa tuan selalu gak bersuara kalo datang?" tanya gadis itu agak kesal tapi tak mau lancang.

"Belum satu hari dia disini, aku keburu mati jantungan gara-gara nih orang" Cem ngedumel dalam hati.

"Aahhhh, sorry. Mungkin karena kamu serius banget jadi kamu gak dengar aku datang" jawabnya santai tanpa rasa bersalah.

"Iya, tapi maksud saya, seenggaknya sebelum ngomong tiba-tiba di samping saya, panggil kek nama saya dulu atau apa gtu," jawab Cem masih kesal.

Cempaka kemudian meletakkan laptopnya dan membereskan makanan yang jatuh berserakan.

"iihh..bukannya bisa fokus kerjain tugas"

"Ya udah, aku balik istirahat dulu," Reza meninggalkan taman belakang.

"Sudah salah, pura-pura ****. Setidaknya bantuin beresin ini kek" ucap Cem pelan.

"Ralat,dia sengaja kagetin aku tadi. Tuan ini hobinya bunuh orang, jantungku rasanya mau copot gara-gara tadi" masih memegangi dadanya yang berdetak cepat.

Setelah membereskan kekacauan tadi, Cempaka kembali ke kamarnya.

"Udahan ah, besok juga libur. Biar besok malam aja aku lanjutin kamu yah. Aku mau istirahat seharian besok." Menutup laptopnya dan mencari buku novel kesukaannya.

Sementara Reza sibuk mencari sesuatu di kamarnya. Dia mencari mainan untuk menjahili Cempaka besok. Dia tertawa sendiri ketika membayangkan wajah kagetnya Cempaka dan wajah dongkolnya.

Berkali-kali dia berfikir kalau wajah Cempaka sangat familiar, tapi dia tidak bisa mengingatnya. Sembilan tahun di luar negeri, gak mungkin dia pernah melihat Cempaka apalagi kalau cuma sekedar lewat.

Keesokan harinya.

Seperti biasa, Cempaka sibuk membersihkan kamarnya, membantu pelayan yang masih sibuk. Menyiapkan pakaian Ibu dan Bapak untuk di gunakan pulang dari luar kota nanti.

Setelah mendapat jadwal Ibu dan bapak dari Pak Didi, Cem langsung menyiapkan semua keperluan Ibu dan Bapak.

Dari pakaian santai di rumah, sampai pakaian yang akan dipakai di acara sore.

Setelah semuanya selesei, waktunya bersantai buat Cem, apalagi hari libur kuliahnya.

Cem duduk, di ayunan di taman belakang sambil membaca bukunya.

Tentu saja Reza yang melihat kesempatan ini, tidak akan melewatkannya. Mainan laba-laba yang sudah dia siapkan sejak tadi malam akan beraksi.

Tengah serius membaca, tiba-tiba laba-laba itu jatuh dari atas dan mendarat di bukunya.

Cem pun berdiri lompat-lompat, kemudian berlari ketakutan dan berteriak.

"aaahhhh ibuuu...bapakkk...." dia

berlari masuk rumah, begitu dia mendengar suara tawa dari arah taman langkahnya berhenti.

"hahahahahahahhaha..hahahahhahahaha" Reza tertawa terbahak-bahak sampe tak bernafas, wajahnya merah, air mata keluar dari matanya.

"aaaaarrrgggghhhhh....Ini tuan muda benar-benar cari mati atau gak, mau matiin orang.

Umurnya berapa sih? masih aja kekanakan begitu"

Meskipun kesal Cempaka tersenyum tipis.

Cem berjalan ke arah tuan Reza, dengan senyuman palsunya. "Tuan, ada perlu apa kok ada di Taman?" Dia pura-pura tidak menganggap kalo itu ulah tuan mudanya.

"ohhh, cuma mau cari angin segar," jawabnya sok keren sambil menghirup udara dan membentangkan tangannya.

"Tuan balik ke sini ada misi mau bunuh saya?" tanya Cem kesal.

"buahahahahhaha, misi?" Reza tertawa lagi.

"heeeehhh" Cem menghela nafasnya.

"Sudahlah, aku terlalu tua dan lelah untuk berdebat sama anak-anak di tubuh dewasa. " dia bergumam pada diri sendiri tapi di dengar oleh Reza.

Reza hanya tersenyum melihat gadis itu.

"eh, Cempaka, serius. Kayaknya aku pernah ngelihat kamu deh? kamu pernah keluar negeri? atau kita pernah ketemu sebelumnya? berapa umur kamu?" tanyanya penasaran, karena tidak bisa menghapus rasa familiar dari wajah Cempaka.

"Tuan baik-baik aja? gak anu kan?" sambil memutar jari telunjuknya dekat kepala yang artinya gila.

"Sial kamu, orang cuma nanya gitu aja," jawab Reza ketus masih dengan nada bercanda.

"heh..emang kayak orang gila, datang-datang langsung ngerjain orang. Dasar sinting"

"mana pernah saya keluar negeri. hemmm. saya juga kayaknya pernah deh ketemu Tuan Muda. Mungkin karena wajah Tuan pasaran" jawabnya bercanda, meski ia juga merasa familiar dengan wajah Reza.

"Non, Nyonya sama Tuan udah nyampe. Ehhh Tuan Muda juga di sini?" kata Bi Sri mengabarkan Cempaka kepulangan Tuan Besarnya membuyarkan ingatan yang coba dia gali.

Cempaka pun berlari ke depan, menyambut kedua orang yang dia hormati dan sayangi itu.

"Ibu, Bapakkk," teriaknya sambil memeluk Nyonya Besar dan Tuan Besar.

Reza yang melihat interaksi ini, sedikit kaget.

"Gi mana acaranya, lancar?" tanya gadis itu pada Nyonya nya.

"Biasa, acara resmi. Ibu suka cepat capek dan bosan, coba Cem ikut pasti seru. Seenggaknya, Ibu ada teman ngobrol.

Kamu udah bangun?" Nyonya yang melihat putranya yang masih kebingungan.

"ooooh. iya, udah bangun dari tadi" jawabnya masih bingung dan tidak terbiasa.

Ibunya kemudian berjalan menuju kamar ganti dan diikuti oleh Cempaka dengan ocehan kecilnya kepada Nyonya Besar.

Ayahnya yang melihat reaksi putranya kemudian menjelaskan kepada putranya, kalau itu hal biasa sejak kedatangan Cempaka di rumah ini.

"Emangnya, mama gak pernah bahas mau ngadopsi anak?" tanya ayahnya.

"Emm..pernah sih, tapi katanya anak itu gak mau, jadi anak itu Cempaka? kenapa dia gak mau?" tanyanya heran.

Ayahnya hanya mengkat bahu dan pergi ke ruang ganti juga.

"Ada oleh-oleh di bawa sama Pak Ridwan. mending kamu pergi cek sana." Kata Tuan pada Cempaka.

"Entar aja, bantuin ibu dulu," jawabnya santai.

"ya udah, yang penting Bapak udah kasi tau aja. Takutnya di habiskan Pak Ridwan" sahut Tuan Besar itu.

Terang saja, dia mulai cepat-cepat membantu Ibunya berganti. Ibunya hanya tertawa melihat tingkah gadis berusia 20 tahun tersebut.

Sore hari, Reza sudah pergi lari sore sekitar rumah. Karena halaman rumah yang sangat besar sehingga tak perlu keluar rumah untuk lari sore.

"Cem, antarin ini ke kamar tuan muda yah?Taro aja di atas tempat tidurnya, ntar Tuan sendiri yang masukin ke lemarinya," pinta Bi Wati. Dia meletakkan beberapa pakaian Tuan Reza di tangan Cempaka.

"eeeehh. Rajin juga ternyata, masukin pakaian ke lemari sendiri"

Tiba di kamar Reza. Cem langsung meletakkan pakaian tadi di atas tempat tidur Reza. Ia melihat sekeliling kamar, tapi matanya tertuju pada satu benda yang sangat familiar.

Sebuah gelang, buatan tangan kakak sepupunya Dini untuk kekasihnya Eca.

"Eca? berarti ini gelang kak Eca yang dikasi kak Dini donk. Kok bisa di Tuan Reza?" di lihatnya gelang itu dengan seksama dan kebingungan.

"Eca? apa mungkin itu panggilan Kak Dini buat Tuan Reza??"

Cempaka kemudian keluar dari kamar, berusaha mencari Reza untuk menanyakan tentang gelang tersebut.

Dia kemudian melihat Reza jalan masuk rumah.

"Kak Eca?" panggilnya

"emm, kenapa?" tanpa sadar dia menyahut panggilan nama yang sudah lama dia tak dengar.

Kemudian dia berbalik melihat Cempaka, karena dia heran kenapa dia bisa memanggilnya dengan nama itu.

Nama yang sudah lama ingin ia lupakan.

*bersambung......

Terpopuler

Comments

Kadek

Kadek

aku dah ninggalin jjk, jangan lupa mmpir ya kk

2020-07-08

1

Kadek

Kadek

rate 5 kk

2020-07-08

1

Mariana

Mariana

bikin penasaran ceritanya

2020-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!