Ep. 4

"Apa maksudmu?"

Jelas jelas dia sudah menikah bahkan dia memakai cincin kawinnya di jari manisnya.

"Aku di jodohkan orang tuaku. Alasan orang tuaku menyuruhku pulang, karena mereka ingin aku menikah dengan Jessica. Aku menentang nya Sasha. Demi Tuhan aku menentangnya. Ayahku mengancam. Jika aku menolak pernikahan ini, aku tidak akan bisa melihatmu lagi."

Sasha hanya bisa diam mendengar. Sasha bisa tahu kesedihan Jean dari setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Seperti itulah Ayahku. Dia tidak peduli apapun, bahkan dengan keluarganya sendiri, hanya untuk mencapai tujuannya. Itulah alasan aku memilih tinggal dan kuliah di Chicago, aku menghindari ayahku yang otoriter."

Tanpa sadar Sasha menggenggam dan meremas pelan tangan Jean, sebagai bentuk penghiburan. Jean tersenyum dan mengelus pelan punggung tangan Sasha.

"Aku terpaksa menyetujui dengan syarat aku ingin bertunangan dulu. Lalu aku pergi mencarimu, aku ingin menjelaskan situasinya dan meminta pengertianmu. Tapi aku tidak menemukanmu. Lalu tidak lama aku dan Jessica menikah. Karena Jessica putri semata wayang, dia mewarisi seluruh kekayaan orang tuanya. Dan disinilah aku, mengelola kantor pusat di sini."

Mobil sudah berhenti di depan sebuah restoran. Jean dan Sasha diantar ke ruangan VIP.

"Boleh aku bertanya satu hal?" Sasha mentap pria yang duduk di hadapannya.

"Silakan."

"Apa kau mencintai istrimu?"

Jean menatap Sasha lama.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Aku masih mencintaimu."

"Bagaimana dengan istrimu?"

"Aku tidak mencintai nya."

"Apa maksudmu? Pernikahan kalian bahkan sudah berjalan 3 tahun."

"Percayalah, walau aku dan Jessica terikat dalam pernikahan, tapi kami tak ubahnya dua orang asing yang terpaksa tinggal satu atap. Kami bahkan menempati kamar yang terpisah."

Sasha di buat bingung dengan perkataan Jean. Semua informasi yang berusaha dia pahami, malah membuatnya dalam kebingungan.

"Lalu apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku ingin kita bisa bersama lagi."

Sasha speechles dengan perkataan Jean. Apa dia tidak sadar apa yang dia katakan.

"Apa kau lupa kau sudah memiliki istri?"

"Aku akan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jessica."

"Tetap saja ini tidak akan merubah apapun." Sasha menundukan kepalanya, enggan menatap wajah Jean yang kecewa.

"Kenapa?"

"Sejak aku memutuskan pergi ke New York, saat itu pun aku memutuskan untuk melupakanmu."

"Aku sudah menjelaskan situasiku. Tolong mengertilah Sasha."

"Kau pun harus mengerti situasiku Jean. Kau adalah suami dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja. Kau tahu sebesar apa dampaknya bagiku jika ada yang tahu hubungan kita? Aku hanya ingin hidup damai disini. Aku sudah melepaskanmu."

"Tidak. Hubungan kita tidak bisa berakhir seperti ini."

"Kau yang membuatnya jadi seperti ini. It's your fault."

"Tolong, jangan seperti ini Sasha. Aku masih mencintaimu." Jean menggenggam tangan Sasha.

"Aku tidak bisa Jean. Maafkan aku."

Sasha menarik tangannya dari genggaman Jean lalu pergi meninggalkannya. Sasha sudah hidup tenang hanya berdua dengan putranya. Dia tidak perlu lagi orang lain, sekalipun itu ayah kandung Rainer.

Langkah Sasha berhenti ketika teringat putranya. Sasha merasa sangat egois sekarang. Tapi ini sangat rumit. Seandainya Jean datang dengan status masih sendiri, mungkin Sasha masih bisa sedikit memberi kesempatan untuknya.

Apalagi Jean menikah dengan keluarga konglomerat, Sasha tidak ingin berurusan dengan orang orang seperti mereka. Sasha mengambil ponsel dari kantong celananya dan memesan taksi. Tapi sebuah mobil yang Sasha kenal berhenti tepat di depannya. Jack keluar dari balik kemudi menghampiri Sasha.

"Butuh tumpangan?"

"Jack? Bukankah kau sedang bersama Kim dan Rose?" Tanya Sasha heran. Harusnya mereka bertiga sedang makan masakan jepang sekarang.

"Tiba tiba ada hal yang harus aku kerjakan di sekitar sini, dan aku melihatmu berdiri disini yang aku pikir kau sedang ada di ruangan direktur sekarang."

Sasha tersenyum mendengar sindiran halus Jack.

"Direktur kita ingin membahas pekerjaan sambil makan siang, jadi disinilah aku."

Sasha tidak sepenuhnya berbohong. Lagipula Sasha yakin gosip dia masuk ke mobil direktur akan menyebar seperti virus.

"Jam makan siang belum selesai. Ayo temani aku makan, aku tidak yakin kau sudah makan di dalam sana."

Jack membuka pintu mobil untuk Sasha. Tanpa ragu Sasha masuk ke dalam mobil Jack. Saat Jack akan masuk kedalam mobil, matanya tidak sengaja melihat Jean yang berdiri di ambang pintu restoran. Dari raut wajahnya, Jack tahu mereka sepertinya membicarakan hal diluar pekerjaan. Ada sesuatu diantara mereka. Pikir Jack.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jean pulang ke rumah hampir tengah malam. Kepalanya pusing karena alkohol yang ia minum. Saat pikirannya kacau, Jean selalu melampiaskannya ke minuman.

"Kau pulang terlambat."

Seorang wanita cantik yang duduk di kursi roda tengah menunggu suaminya pulang. Jean tidak menanggapi Jessica, dia berjalan melewati wanita yang sudah 3 tahun menjadi istrinya ini.

"Jean, kita perlu bicara. Aku menunggumu pulang untuk bisa bicara denganmu."

Jessica menahan lengan Jean sebelum suaminya menaiki tangga.

"Aku lelah. " kata Jean dingin. Dia enggan menatap Jessica.

"Ibu dan Ayah akan berkunjung akhir pekan ini."

"Aku tidak peduli. Aku yakin kau bisa mengatasinya."

"Kau tidak bisa seperti ini. Ada apa denganmu?"

"Aku sudah muak harus terus bersandiwara. Aku sudah muak menjadi bonekamu. Jadi mari kita akhiri main rumah rumahannya."

Jean menatap marah Jessica. Meluapkan emosinya.

"Tidak bisa. Kita tidak bisa berhenti."

"Tidak?" Jean terkekeh sinis. "You are full of ****!!" Maki Jean.

Jean berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Meninggalkan Jessica yang terdiam.

Jean merebahkan diri nya dikasur. Dirinya sangat lelah. Lengannya ia gunakan untuk menutupi matanya.

5 tahun yg lalu,

Setelah sekian lama akhirnya Jean kembali menginjakkan kakinya di rumah orang tua nya di Berlin.

"Kau pulang nak." Ibu Jean, Camelia Synder memeluk putranya erat.

"Apa kabar bu?" Jean membalas pelukan ibunya. Melepaskan rasa rindu yang selama ini ia pendam.

"Ibu baik baik saja. Istirahatlah dulu, nanti malam baru temui ayahmu."

Malamnya Jean sedang duduk berhadapan dengan ayahnya. Hanya ada Jean dan ayahnya, Marvin Synder.

"David terlibat kecelakaan dengan putri dari keluarga Mauren. Jessica Mauren mengalami cidera parah tulang belakang. Dan membuatnya lumpuh. Mauren ingin kita bertanggung jawab "

"Apa maksud ayah?"

"Kau akan menikah dengan Jessica Mauren. Edgar Mauren berjanji tidak akan membesarkan kasus kecelakaan ini kalau kalian menikah. Kau tahu pengaruh keluarga Mauren di dunia bisnis seperti apa."

Jean tertawa meremehkan. Bahkan ayahnya ini tidak meminta pendapatnya sama sekali.

"Mauren ingin kita bertanggung jawab dengan cara menikahi putrinya."

"Ayah bisa menyuruh David untuk bertanggung jawab. Dia yang menyebabkan kekacauan ini."

"Kau pikir Mauren mau menerima pria yang sudah membuat putrinya lumpuh untuk menjadi menantunya?"

Jean diam tidak menjawab. Pikirannya tertuju pada Sasha. Bagaimana dia akan menjelaskan situasinya ini.

"Apa karena wanita yang sudah hidup bersamamu 2 tahun belakangan ini?"

Tangan Jean mengepal keras menahan marah. Bagaimana ayahnya bisa tahu.

"Apa ayah mengawasiku?"

"Tentu saja, bagaimana bisa seorang ayah membiarkan putranya hidup tanpa pengawasan. Selagi kau masih memakai nama Synder di belakangku. Kau milikku."

"Aku sudah memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Aku tidak membutuhkan nama Synder di belakang namaku. Aku tidak sudi..."

Plak

Sebuah tamparan keras melayang di pipi Jean.

"Jangan kurang ajar." Geram Marvin.

"Korupsi. Pencucian uang. Narkoba. Apa ayah pikir aku tak tahu bisnis seperti apa yang ayah jalani. Aku bahkan sudah tidak kaget lagi mengetahui sudah berapa banyak orang yang ayah bunuh."

"Ayah melakukannya untuk keluarga kita."

"Tidak. Ayah melakukannya untuk diri ayah sendiri."

Marvin menghela nafas kasar. Dari dulu dirinya memang tidak pernah bisa akur dengan putranya ini.

"Lakukan saja perintah ayah. Besok kita akan pergi ke kediaman Mauren."

"Aku tidak bisa melakukannya ayah. Aku mempunyai pilihanku sendiri."

"Pilihanmu? Baiklah katakan seperti apa latar belakang keluarga pilihanmu itu."

"Setidaknya dia bukan jenis manusia yang mencari kekayaan dengan cara kotor."

"Kau tahu ayah bisa melakukan apapun. Begitu kau menolak perjodohan ini, kau pun tidak akan bisa melihat wanita itu lagi."

Jean tidak bisa apa apa jika ayahnya sudah mengancam menggunakan Sasha. Jean tidak ingin terjadi sesuatu kepada kekasihnya itu.

Besoknya pertemuan kedua keluarga berlangsung. Jean menatap seorang wanita cantik dan anggun duduk di kursi rodanya. Selembar kain menutupi kakinya yang lumpuh.

"Namamu Jean bukan?" Tanya Jessica. Kini Jean dan Jessica sedang berada di sebuah taman luas di mansion keluarga Mauren.

"Kenapa kau menyetujui pernikahan ini?" tanya Jean tiba tiba.

"Kondisiku membuatku tidak akan bisa memilih pria yang akan aku nikahi."

Jessica menatap sedih kakinya yang lumpuh.

"Maaf aku tidak bermaksud.."

"Aku tahu." Jessica tersenyum maklum. "Jadi kau sendiri kenapa menyetujui pernikahan ini?"

"Aku menolaknya. Tapi ayahku mengancam akan mencelakai wanita yang aku cintai."

"Kekasihmu?"

"Ya."

"Jadi kau tidak punya pilihan lain?"

"Ya. Kita terlihat sama bukan." Kata Jean miris.

"Tak apa, anggap saja kita teman yang sedang berbagi rumah saat kita sudah menikah nanti."

Mendengar jawaban Jessica, Jean merasa wanita yang akan menjadi istrinya ini adalah wanita yang baik dan bijaksana.

Namun 3 tahun hidup bersama, tidak membuat Jean bisa menumbuhkan rasa cinta di hatinya. Bahkan selama menikah Jean dan Jessica tidak pernah tidur dalam satu kamar. Bagi Jean pernikahannya hanya sebatas melakukan kewajibannya dalam menebus kesalahan adiknya karena sudah membuat Jessica lumpuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!