Sebetulnya, Rembulan Kivianisya lebih memilih menghabiskan waktu liburnya dengan istirahat seharian di mess. Melakukan hibernasi seperti beruang. Berleyeh-leyeh sesuka hati atau membaca buku-buku favoritnya sampai tuntas berulang kali. Tanpa menghiraukan pekerjaan yang sesungguhnya, cukup menguras tenaga.
Kivia merasa sedikit menyesal menuruti permintaan rekan-rekan kerjanya untuk keluar dari area pertambangan terpelosok ini menuju kota. Suasana tenang di kawasan pegunungan ini sudah seperti zona nyaman untuk Kivia. Sepi dan juga damai.
Bersama Kivia, Pakde Bambang, Pi'i, Mas Paijo dan Abang Juned yang sudah seperti boyband dengan perbedaan usia dan latar belakang asal daerah itu menuju Banjarmasin. Refreshing, walau sesungguhnya juga ada sedikit urusan pekerjaan di kantor cabang. Mereka menggunakan truk panjang dengan roda berjumlah dua belas buah.
Manusia yang setiap harinya ada di pelosok daerah pegunungan tanpa internet dan sinyal memadai itu tampak girang ketika sudah memasuki wilayah perkotaan. Kecuali Kivia yang tampak tidak seantusias rekan-rekannya. Entah berapa tahun sudah ia tidak menghirup udara perkotaan. Ia sudah lupa dengan nuansa ingar bingar kota.
Keramaian manusia. Lalu lintas yang padat serta apa saja yang telah berubah dari kota Banjarmasin. Perkembangan zaman yang membuat kota itu semakin modern juga gedung-gedung tinggi yang mulai dibangun.
Selama perjalanan, mereka menyetir bergantian, termasuk Kivia. Jarak area pertambangan tempat kerja mereka dengan Kota Banjarmasin ditempuh dalam kisaran 5-8 jam. Jangan khawatir, Kivia sudah memiliki SIM B. Surat ijin mengemudi untuk mobil besar sejenis truk. Sementara lisensi untuk mengoperasikan truk pengangkut tambang yang sudah seperti rumah dua tingkat itu ia dapatkan dengan melewati training ketat dan harus memperoleh sertifikat terlebih dahulu.
Rekan kerja Kivia memang kebanyakan laki-laki. Syukurnya, mereka bersikap dengan sangat sopan dan menghargainya sebagai seorang rekan kerja. Tidak ada hal-hal tidak nyaman atau bentuk pelecehan yang Kivia rasakan sebagai perempuan selama bekerja dalam bidang ini. Perusahaan tempat ia bekerja memiliki kode etik yang ketat dan siapa pun yang melanggar akan berurusan dengan atasan.
Sebelum memasuki perusahaan ini, Kivia sudah mencari tahu gambaran perusahaan ini. Direktur utamanya adalah pengusaha besar yang terkenal dermawan, religius dan dekat dengan masyarakat. Itulah salah satu hal yang membuat Kivia bertahan di perusahaan ini bertahun-tahun lamanya.
Hari pertama setelah tiba di Banjarmasin adalah mengurus pekerjaan di kantor cabang. Malamnya, ini benar-benar rencana Pi'i sebagai orang Banjar asli. Pi'i mengajak mereka ke suatu pesta rakyat atau yang disebut dengan Karasminan Banua di Taman Budaya Banjarmasin.
Sewaktu kuliah, Pi'i yang sebenarnya berlatar belakang Teknik Pertambangan, memiliki jiwa seni yang membuncah hingga ia ikut suatu organisasi kebudayaan di luar kampus. Pi'i menarik tangan Kivia untuk mengikutinya entah ke mana. Sementara Pakde Bambang, Mas Paijo dan Abang Juned sedang asik duduk di stand makanan khas Banjar.
“Coba liat, Kivia pakai pakaian adat gitu cantik banget, yo,” komentar Pakde Bambang melihat Kivia yang baru keluar dari booth pakaian-pakaian tradisional Kalimantan Selatan. Kivia mengenakan baju kurung selutut berwarna kuning dipadukan dengan rok hijau tua bertabur manik-manik. Gadis itu menyampirkan selendang panjang tipis berwarna merah ke atas rambut bergelombangnya yang terurai.
Mas Paijo langsung menimpali setelah sedikit terpesona dengan penampilan Kivia yang tak pernah ia lihat sebelumnya. “Iya, biasa pakai baju laki sih dia tuh. Padahal mubazir paras ayunya itu lho, kalau jadi Miss Indonesia juga cocok. Malah dia jadi supir truk kayak kita.”
“Padahal banyak yang suka, itu manajer baru kan ke lapangan tuh survey. Ada indikasi mau deketin Kivia, tapi Kivia nggak nanggepin,” kata Abang Juned tak kalah heboh.
“Apasih istilahnya? Itu ... independent woman. Mandiri banget, kalau kerja juga rajin, nggak ngeluh sama sekali.”
“Keliatannya dia sendiri mulu, ya? Selama ini libur di mess mulu, cuti aja nggak pernah.”
“Iya, bertahun-tahun dia nggak pernah pulang. Orang tuanya udah nggak ada?” tanya Mas Paijo penasaran.
“Nggak berani nyinggung-nyinggung masalah itu aku. Pakde yang lebih senior pernah nanya?” Abang Juned yang memang baru seumur jagung bekerja, mengoper pertanyaan kepada Pakde Bambang.
“Kalau ngomong tentang keluarga gitu selalu dialihkan sama dia. Seperti ada yang dia tutupi.”
Ketiganya lalu terdiam menatap Kivia. Gadis 27 tahun itu sudah seperti adik perempuan mereka.
**bersambung
yeayy double uppp jangan lupa like dan komentar yaaah**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Indah
alhamdulillah yah
2021-09-28
0
Anonymous
semoga makin terekspos deh daerah daerah di indonesia
2021-07-15
1
Anonymous
latar belakang tempatnya kalsel banget ya hyung
2021-07-15
1