Sebelum terbang ke Banjarmasin, Kiev mengkoordinir perusahaannya dengan hati-hati dan juga teliti. Mempersiapkan segala sesuatunya, hingga dirinya merasa yakin sudah tidak ada lagi hal yang perlu dicemaskan, karena Kiev benar-benar berniat melancong seorang diri ke Tanah Borneo.
“Kiev, lo yakin nggak bawa bodyguard, nih?” tanya Esmu sedikit cemas.
Kiev terkekeh. “Apaan sih, gue Presiden juga bukan.”
“Ya ampun, Kiev. Kamu tuh ya, nggak ingat apa tangan kamu sampai lecet-lecet dicakar fans dulu?” Mbak Vanya langsung mengomel.
“Itu mah dulu, Mbak. Sekarang Kiev Fans Club udah tertib, aman, damai sentosa kok.” Senyum Kiev yang manis tiada tara merekah membicarakan para penggemar kesayangan yang sudah ia anggap seperti keluarga.
“Aduh gimana to Mas Kiev. Nanti kalau ada orang jahat gimana Mas Kiev, kan kita semua khawatir bin cemas gitu yo Mas Kiev,” ujar Mas Jarwo dengan logat jawanya yang khas.
“Tenang aja Mas Jarwo, kan Kiev udah punya bekal ajian naga putih terbang susu beruang nih. Wacaw!” Kiev menampilkan jurusnya dengan muka full cengengesan.
“Becanda aja kamu tuh Kiev. Orang lagi serius juga!”
Tapi Kiev berkata benar, cowok itu rajin latihan berbagai jenis bela diri beberapa tahun belakangan. Minimal, Kiev bisa membela diri dari ancaman orang yang berniat jahat.
“Iya, rumornya orang Kalimantan itu galak-galak loh, Kiev. Gue pernah baca tuh di internet. Katanya, jangan macam-macam, Bung! Ini Kalimantan!”
Kiev tersenyum kalem sambil geleng-geleng. “Yah ... Esmu. Gue sih percaya kalau kita baik mah orang bakalan baik juga. Mau Jawa kek, Kalimantan kek, Wakanda kek.”
“Betul juga ya, Mas Kiev.” Mas Jarwo manggut-manggut.
Tangan Kiev bersedekap memandang tiga orang di hadapannya. “Bunda aja udah kasih izin, kalian kok ribet banget dah?”
Esmu langsung menyambar. “Halah, Bunda lo tuh nggak bisa kena rayuan lo dikit aja mah iya terooos.”
Tawa Kiev berderai membenarkan perkataan Esmu.
Malam harinya, Kiev pergi ke bandara seorang diri menuju Banjarmasin. Dalam pesawat ia memikirkan apakah kali ini akan ada kesempatan baginya untuk bertemu gadis itu? Meski Kiev tahu, Kivia belum tentu ada di kota kelahirannya ini. Ia sudah beberapa kali ke kota ini. Mencari informasi tentang keberadaan Kivia. Namun, tak ada titik terang yang ia dapat.
Kiev mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Pertama kali Kiev bertandang ke kota ini kala ia masih remaja, mungkin usianya 16 tahun saat itu. Ia mengadakan meet and greet film yang ia bintangi kala itu di salah satu mal besar yang ada di Banjarmasin. Namun, setelah acara itu berakhir Kiev harus langsung berangkat lagi ke kota berikutnya. Ia tidak sempat menikmati keindahan kota yang dijuluki Kota Seribu Sungai ini.
Hari menunjukkan jam delapan malam. Kepalanya menoleh menatap pemandangan di luar jendela. Sesuai rekomendasi Esmu, Kiev mampir ke rumah makan yang menyediakan nasi itik Gambut untuk makan malam.
Tak lupa, Kiev mentraktir supir taksi yang ia tumpangi untuk makan bersamanya.
Usai makan, Kiev menuju hotel untuk mandi, berganti baju dan tentu saja menelepon Bunda.
"Iya, Bun. Bunda juga istirahat yang cukup ya." Kiev memandang suasana kota Banjarmasin dari atas balkon kamar hotelnya. Usai menutup telepon dari Bunda, Kiev mengeluarkan foto polaroid yang selalu ia sembunyikan dalam dompetnya.
"Kapan kita bisa ketemu lagi, Ya?" tanya Kiev lirih mengusap foto itu.
**bersambung
jangan malu malu untuk kasih komentar yaaa xixixii**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rini Gantini
semangat kiev
2022-01-09
1
Anonymous
semoga kli ini berhasil ya Kievvv
2021-07-15
2
Anonymous
keseringan jatuh cinta sama people who cant have kiev betah one sided love muluuuu
2021-07-15
2