Pada salah satu area pertambangan terbesar di Kalimantan Selatan, semua pekerja berlalu lalang melaksanakan tugas masing-masing. Area pegunungan yang cukup terpencil dan sangat jauh dari pusat kota itu merupakan tempat yang dipilih Rembulan Kivianisya sebagai tempat menghabiskan hari.
Kivia mengucir rambut panjangnya. Gadis itu mengenakan celana jeans dan kaus lengan panjang dilapisi dengan rompi dengan logo perusahaan pertambangan. Kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya melawan matahari yang sedang terik-teriknya.
Sepatu boot berwarna coklat miliknya menapaki tangga yang terdapat pada monster yang telah menemani gadis itu sembilan tahun belakangan. Bukan dalam arti yang sebenarnya. Monster yang ia maksud adalah truk pengangkut hasil tambang setinggi tujuh meter. Truk itu memiliki empat ban raksasa yang siap menggilas apa pun yang terlewati.
Kivia duduk di kursi kemudi dan memasang sabuk pengaman. Tangannya bergerak teliti memencet sejumlah tombol dengan berbagai fungsi. Ia menarik tuas dan menekan gas. Gadis itu begitu piawai mengoperasikan truk raksasa berkapasitas 240 ton yang langsung bergerak turun menuju lubang tambang berdiameter dua kilometer.
Tak lupa Kivia memanjatkan segenap doa ketika ia berada di sudut kemiringan yang benar-benar curam. Selama apa pun pengalamannya bekerja di bidang ini, keselamatan adalah yang utama karena risiko yang diemban juga cukup besar.
Tangan Kivia bergerak lihai membeokkan setir yang lebih ringan dari mobil mewah sekali pun. Kivia kembali ke atas setelah berton-ton batu bara yang telah dikeruk dari dalam bumi tersebut memasuki muatan.
Beginilah pekerjaannya, bolak-balik mengangkut emas hitam ini dua belas jam sehari. Debu dan suara mesin alat berat dan deru truk yang melaju sudah seperti makanan sehari-hari.
Gajinya sangat lumayan, itu salah satu hal yang membuat Kivia bertahan. Meski pekerjaan ini sering disebut-sebut bukan pekerjaan yang cocok untuk perempuan. Asalkan halal dan tidak merugikan orang lain, seharusnya tidak masalah, kan? Toh, di sini bukan hanya Kivia perempuan yang menjadi operator truk raksasa ini. Ada 8 orang lainnya dengan berbagai latar belakang.
Ya, walaupun sepertinya hanya Kivia yang tidak memiliki kehidupan 'normal' seperti rekan-rekannya yang lain. Setelah bekerja, rekan-rekannya akan menjadi seorang putri, istri atau ibu yang kembali pada keluarganya.
Sedangkan dirinya? Mungkin setan yang menghuni mess di bawah kaki pegunungan tempat ia bermalam selama ini sudah muak melihatnya. Ya ya ya, dia tak pernah mengambil cuti sekali pun. Dia tidak punya tempat pulang, untuk apa harus cuti?
Kivia menuntaskan shiftnya pada jam 8 malam. Jangan kira Kivia akan full bekerja selama dua belas jam, sebenarnya ia juga masih bisa beristirahat sejenak saat waktu beribadah dan tentunya, mengisi perut.
"Langsung ke mess kah, Ya?” tanya Pi'i. Salah satu mekanik. Cowok berumur 25 tahun itu mempunyai lesung pipi yang dalam. Cowok bernama lengkap Ahmad Rafi'i itu orang suku Banjar asli.
“Iih, nyawa pang?” tanya Kivia menggunakan Bahasa Banjar. (Iya, kamu?)
Pi'i mengibaskan tangan. “Unda kena aja. Ada nang digawi lagi.” (Aku nanti aja, ada yang masih dikerjakan.
“Okedeh.” Kivia meninggalkan Pi'i dan masuk ke dalam mobil Strada yang dikemudikan oleh Pakde Bambang, di kursi belakang ada Mas Paijo dan Abang Juned.
***
Sesampainya di kamar, Kivia melempar tas selempangnya dan melepaskan sepatu mengganti dengan sendal jepit. Kivia langsung menuju kantin mess.
“Hoi, Kivia!” panggil Pakde Bambang.
Kivia menoleh. Kini gadis itu sedang memasukkan air panas ke dalam bungkus Indomie rasa soto banjar yang mienya telah ia remuk dengan tangan. Kivia menjepit bungkus mienya menggunakan garpu.
“Mie lagi, mie lagi. Kayak ndak ada makanan lain aja kamu.”
“Ya, lagi mau makan mie gimana dong, Pakde.” Karena banyaknya pegawai yang berasal dari luar Kalsel, mereka berinteraksi menggunakan Bahasa Indonesia. Contohnya, seperti Pakde ini yang berasal dari Jawa. Pulang kampung setahun sekali. Logatnya medok sekali. Setiap orang di tempat ini memanggil beliau dengan sebutan Pakde.
“Besok libur mau ke mana?” Pakde Bambang duduk di hadapan Kivia. Melepas topi dan menampakkan uban yang mulai bermunculan.
“Ya di mess aja lah, tidur,” jawab Kivia singkat tanpa minat.
“Besok Pakde sama yang lain mau ke Banjar. Mau ikut?”
“Ngapain?” tanya Kivia dengan alis mengernyit.
“Mejeng, bejalanan Ya ay. Itu nah Trans Studio Mini hudah buka, Mekdi hudah ada, kita bepaja di gunung ini haja nah kada tahu dunia luar tuh urang beapa,” cerocos Pi'i yang baru saja datang. (Jalan-jalan, Ya. Trans Studio mini sudah buka, Mekdi sudah ada. Kita berdiam di gunung aja nggak tau dunia luar orang ngapain)
Pi'i itu sangat millenial. Ia begitu frustrasi saat mengetahui fakta hanya di daerah mess mereka yang belum tersedia menara satelit untuk mengakses internet.
“Munyak bewalkie talkie tarus nih, urang tuh nah be wa, line, instagram nyaman muha unda nang bungas langkar nginih ditahui orang banyak haaan.” (Bosan pakai walkie talkie terus, harusnya pake wa, line, ig biar muka aku yang ganteng ini diketahui orang banyak).
“Coba dong kamu itu kalau bahasa banjar jangan banjar banget, aku kan ndak ngerti,” protes Mas Paijo.
“Maaf brother, intinya unda mau kita harus gaul jua kayak orang. Kivia ikut kita kada nih? Eh, umpat nggak, nih?”
“Nah kan, jadi tercampur-campur bahasamu tuh, Pi'i.” Pakde Bambang tertawa. “Jadi gimana, Ya?”
Kivia menggaruk kepalanya. “Liat nanti deh.”
"Oh iya, Ya. Nanti ... nggak tau kapan sih. Akan ada kru film gitu ke sini, kebetulan pihak produser film itu masih kerabatnya bos besar kita. Kamu diminta gantiin Mbak Tiara ya buat jadi stuntwoman, Mbak Tiara mundur karena hamil muda," ujar Pakde Bambang.
"Hah? Stuntwoman? Aku?" tanya Kivia bingung.
"Ia untuk keperluan syuting, kamu cuma kerja kayak biasa nyetir truk HD tapi nanti akan ada arahan sutradara begitu-begitu lah. Namanya juga syuting jadi pemeran pengganti. Nggak mungkin lah artis ibu kota dibiarin nyetir sendiri. Bisa aja sih kita ajarin ikut training, tapi katanya pakai stunt woman aja biar risikonya nggak gede," jelas Pakde lagi.
"Iya lumayan duitnya, Ya," timpal Pi'i bersemangat.
"Hmm ... emang nggak ada yang bisa selain aku ya?"
"Nggak ada, Ya. Kamu yang paling perfect untuk peran ini. Lagian muka kamu juga nggak akan diliatin. Kamu kan juga tinggi tuh kayak model nggak terlalu beda lah sama artis pemeran utamanya nanti," kelakar Mas Paijo.
"Udah, Ya. Terima aja. Toh kerjaannya gampang dan duitnya besar. Kapan lagi coba?"
Kivia merenung lalu mengangguk perlahan. Ia memang membutuhkan banyak uang dalam waktu dekat ini....
bersambung
waw
kivia terdampar jadi supir truk tambang
jdi begituu dehh
eits jangan spoiler yaaa xixixiix
kapan nih babang kiev ketemu kiviaaaa
find me on instagram **inkinaoktari
jangan lupa like dan komen yaaa xixiix**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Indah
seru banget parah parah
2021-09-28
0
Indah
strong woman
2021-09-28
0
Indah
keren banget ga siii?!!!
2021-09-28
0