Kembali ke masa sekarang, Kiev masih berada di studio musiknya. Duduk bersandar di sebuah kursi putar. Program Satu Jam Bersama Kiev Bhagaskara sudah selesai sejak tadi. Namun, pikirannya masih tertinggal pada peristiwa sepuluh tahun yang lalu.
Rembulan Kivianisya.
Apa kabarnya saat ini? Bahagiakah ia?
Sepuluh tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Cowok tinggi itu mengusap wajahnya gusar. Sejak dulu, ia berusaha mencari Kivia. Namun, tak kunjung menemukan titik terang. Tak mudah untuk mendeteksi keberadaan gadis itu.
Kivia menghilang begitu saja. Apa Kivia telah bahagia dengan laki-laki bernama Dave itu? Kenapa gadis itu menghilang bagai ditelan bumi?
Kiev menempatkan kursinya merapat pada meja. Ia meraih pulpen dan notes. Mencoba menulis lirik lagu, namun otaknya begitu beku untuk diajak berpikir. Sekarang pulpen Kiev malah membuat coretan-coretan yang kelamaan menghasilkan sebuah ilustrasi seorang perempuan yang tersenyum di bawah bintang-bintang. Jangan lupa, poin terpenting. Sepasang sepatu....
Saking asiknya, Kiev meletakkan kaki panjangnya di atas meja. Kemudian kembali sibuk menggambar dengan menjadikan paha kanannya sebagai alas menggambar. Kaki kirinya dengan usil berfungsi sebagai penyangga, hingga kursi yang ia duduki bergerak maju-mundur berirama. Kiev bersenandung riang, ia menggambar bintang-bintang kecil hingga satu lembar notes itu terisi penuh.
“Kiev!” seru seseorang yang menggebrak pintu tiba-tiba. Kiev yang terkaget-kaget tak bisa mengontrol posisi duduknya. Cowok itu limbung dan terjengkang. Bunyi gedebuk yang cukup rusuh menggema dalam studio musik itu.
“Ya ampun, Kieeev. Maap-maap. Kaget banget lu sampai pakai acara kejengkang segala.” Laki-laki itu namanya Esmu. Sepupu Kiev dan salah satu orang penting K-Entertainment.
Esmu mengangkat kursi yang menimpa Kiev. Melihat Kiev yang setengah telentang sambil sibuk menggerutu, tawa Esmu langsung tumpah. Cowok itu terbahak hingga perutnya sakit.
Seorang Kiev Bhagaskara, CEO K-Entertainment, jatuh terjengkang dengan sangat tidak patut.
“Baik-baik aja lo, Kiev?” Pada sela-sela tawanya, Esmu membantu Kiev berdiri.
Kiev melayangkan pelototannya pada Esmu.
“Ngapain sih lo, Es?! Kan kaget gue, Ontaaa!”
“Sorry, Big Bro. Duduk dulu sini dah.” Cowok dengan paras khas timur tengah itu mendudukkan Kiev di kursi. Iris mata Esmu menangkap notes milik Kiev dan langsung mengambilnya. Kiev mencoba merebut, namun urung ketika Esmu mengangkat notes itu tingg-tinggi.
“Uhuuuy, si dia lagi nih?” Esmu mengerlingkan mata. “Darling, I wish you could come, even i never to be your home....” Onta arab itu mulai bernyanyi sembarang dengan suaranya yang serak-serak becek.
Kesal, Kiev sudah akan melempari Esmu dengan sendal jepitnya.
“Eeeet. Santai, Bro. Gue ke sini mau ngomelin elu padahaaal woy!”
“Emangnya gue salah apaan coba?” tanya Kiev dengan raut wajah tak bersalah.
“Lo udah berapa kali nolak tawaran film? Apalagi tuh yang terakhir, Production house gede, cuy!”
Kiev menggaruk kepalanya. “Kita udah sepakat tahun ini cuman satu film mendatang ini, terus sambil jalan gue mau fokus sama album gue.”
“Lah sekarang gimana perkembangan album lo? Lagu utamanya aja belum jadi, kan?” cecar Esmu.
“Makanya ini lagi digarap, Ontaaa.”
Esmu menghela napas. “Lo jadi mau nyelipin instrumen alat musik nusantara?”
“Ya jadilah, minggu kemaren gue baru dari NTT belajar langsung dari musisi sana tentang Sasando.”
Esmu mengangguk-angguk. “Selanjutnya, Panting dari Kalimantan Selatan?”
Kiev mengangguk antusias. “Sebenarnya gue udah nyari tau di Youtube, ada satu channel yang bagus, subscriber sama viewers-nya masih sedikit tapi musiknya benar-benar bagus. Bikin gue penasaran.”
“Apa nama channel-nya?”
“Kahada Taduh.”
“Unik juga namanya.”
Jari Kiev menyentuh I-Pad miliknya dan menjelajahi channel youtube Kahada Taduh itu. Videonya cukup banyak, dengan filter hitam putih. Banyak cover instrumen lagu nasional hingga internasional menggunakan alat musik panting.
“Jadi lo bakal langsung cari tau tentang ini alat musik dari daerah asalnya? Lo bakal ke Kalsel gitu?”
Kiev tersenyum lebar. “Yoi. Sekalian Backpacker-an.”
“Berapa lama?”
Kedua bahu Kiev terangkat. “Nggak tau. Perusahaan lo ambil alih, kalau ada apa-apa langsung kontak gue aja atau tanya ke Mbak Vanya. Dia tau segalanyaaa.”
***
Sekarang Kiev sedang menjalani proses reading untuk projek film terbarunya. Ia sudah deal menerima tawaran sebagai pemeran utama dalam film ini. Sedangkan pemeran utama wanita masih dalam proses casting.
Film ini adalah hasil adaptasi sebuah novel Mega Best Seller yang memiliki pembaca setia militan dan begitu mengantisipasi novel favorit mereka divisualisasikan dalam bentuk film. Pemilihan Kiev sebagai pemeran utama pria mendapat reaksi yang luar biasa. Ada pro dan kontra. Namun, dipastikan masih lebih banyak yang pro. Mengingat betapa apiknya Kiev dalam menjalani dunia seni peran. Juga karakter-karakter yang ia perankan sebelumnya membuatnya menyabet penghargaan Best Actor dan diundang ke festival film internasional.
Mereka yakin Kiev dapat memerankan karakter Bagas, seorang mata-mata yang tak sengaja bertemu dengan mantan istrinya di tempat ia melakukan penyamaran. Beberapa orang meragukan Kiev menjalani peran sebagai pria yang pernah menikah. Memang usianya cukup matang untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Namun, Kiev selama ini tak pernah mendapatkan peran seperti itu. Ia selalu mendapat peran berstatus lajang atau film itu memang sama sekali tidak mengulik kehidupan asmara karakternya.
"Hai, Bang," sapa Early. Gadis itu tersenyum cerah. Early pernah mendapat peran menjadi adik Kiev dan Kiev sudah menganggap Early seperti adiknya sendiri. Early sangat supel dan kocak. Ketimbang jadi aktris, Kiev setuju Early menjadi pelawak.
"Hei. Apa kabar, adik?" Kiev menarik kursi untuk Early duduk.
"Baik-baik, Abang." Early menyengir, mengempaskan dirinya duduk di hadapan Kiev. "Gue tadi casting peran Citra."
"Ya ampun. Serius?" Kiev menahan tawa. Early yang biasa ngebanyol berubah 360 derajat menjadi karakter Citra yang begitu dingin. Membayangkan syuting dengan Early, Kiev tak yakin ia bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Early ini tingkahnya ada-ada saja. Belum lagi ekspresi wajahnya yang tak terkontrol. Padahal awal karier Early seorang model yang menuntut selalu tampil cantik, Early malah seperti kutu loncat.
"Iyalah, masa becanda. Ih, lo nggak yakin gue bisa bawain peran ini kan, Bang?" Early menyipitkan matanya kesal. Namun, siapa juga yang percaya ia bisa dapat peran Citra yang sedingin ice princess, strong, elegan. Early rasa peran itu berat. Tadi saja ia berusaha mati-matian untuk serius dan tidak tertawa.
"Bukannya gitu. Sorry, Ly. Gue sama sekali nggak maksud nyepelein lo." Kiev memiringkan wajahnya menatap Early yang menunduk. Kiev rasa ia sudah keterlaluan dan menyinggung perasaan Early. Gadis itu pasti sudah berlatih keras untuk casting peran ini dan Kiev tak bisa menunjukkan ekspresinya dengan baik dan malah terlihat menahan tawa di depan Early.
"Iya, Bang. Gue aja yang sensi. Nggak apa-apa dah. Bawaannya mau boker gue liat muka bersalah lo," ceplos Early blak-blakkan.
Air muka Kiev langsung berubah. Early ini benar-benar....
"Eh, Bang. Lo tau nggak?" tanya Early lagi.
"Tau apaan? Lo aja belum ngomong."
"Si Delisa juga casting peran Citra."
Kiev mengangkat alis. "Oh ya?"
"Dia juga baru putus tuh sama pacarnya. Fresh from the oven nih. Media pada belum tau."
Kiev berdecak. "Emang ratu gosip lo ya, Ly."
Early terkikik geli. "Ciyeee alamat reuni lagi deh lu kalau Delisa yang dapat peran jadi Citra."
bersambung
hayoloooo gimanaaaaa.
find me on instagram: inkinaoktari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Indah
aku aja jadi lawan main kiev wkwkw
2021-09-28
0
Anonymous
mending gue ajaa xixi ngarep
2021-07-15
1
Anonymous
ga deh skip kalo delisaaa
2021-07-15
1