- -- -- -- -- --
from: kievbhagaskara@gmail.com
to: rembulankivianisya@gmail.com
Hai, Ya. Ketemu, yuk. Mumpung gue di Indonesia. Kira-kira bisa nggak? Kalau lo nggak bisa, gue nggak masalah datang ke kota lo. Oh iya, nomor hape lo kok susah dihubungin? Lo nggak kenapa-napa, kan?
-- --- ---- ----
Kivia tertegun membaca email dari Kiev yang meminta untuk bertemu dengannya. Sebenarnya mudah saja bagi Kivia untuk terbang ke satu kota ke kota lain. Namun, izin ayah yang susah ia raih. Apalagi ada sosok baru yang hadir dalam hidupnya.
Seorang cowok bernama Dave. Kivia tau Dave bukan orang sembarangan. Ia adalah pewaris tunggal salah satu partner perusahaan ayahnya. Kivia harus mengikuti undangan makan malam yang diatur ayahnya bersama Dave.
Tak seperti cowok-cowok yang dikenalkan oleh sang ayah sebelumnya yang memiliki age gap yang jauh dengan Kivia, Dave hanya satu tahun lebih tua dan begitu humble dan easy going. Tidak kaku dan mulutnya tidak digunakan hanya untuk membicarakan bisnis.
Dave sepertinya ahli dalam mengambil hati perempuan. Kivia tak mengatakan hatinya telah tercuri, namun sejauh ini ia baik-baik saja di sekitar Dave. Sepertinya cowok ini baik. Sikapnya juga sopan. Ayah begitu menyukainya.
"Kamu pasti males banget ya ikutan dinner semacam ini?" tanya Dave ketika ia dan Kivia berada di restoran bagian luar. Membiarkan para orang tua bicara di dalam.
"Nggak juga kok, biasa aja," sahut Kivia tak enak.
Dave tersenyum manis. "Jujur aja, ekspresi kamu nggak bisa bohong awal-awal tadi. Sekarang sih ... kayaknya udah nggak apa-apa."
Kivia melirik Dave, lalu tersenyum. "Iya, nggak apa-apa."
"Cantik kalau senyum begitu. Jangan jutek-jutek, Bu."
Kivia mendengkus geli. "Ya emang gini mukanya."
Dave tertawa lalu mengacak rambut Kivia. "Sering-sering senyum ya, princess."
Mata Kivia membesar, menatap punggung Dave yang beranjak masuk ke dalam restoran mewah itu. Menyadari tak ada tanda-tanda Kivia mengikuti langkahnya, Dave menoleh ke belakang. Menatap Kivia, Ia mengulas senyum hangat. "Yuk, dingin di luar."
Kivia mengangguk dan menghampiri Dave, memasuki restoran itu bersama-sama.
"Mereka terlihat serasi, bukan begitu Tuan Kumara?" tanya Renata, ibu Dave. Matanya tak lepas memperhatikan Dave dan Kivia yang berjalan bersisian.
"Sepertinya rencana keluarga kita akan berhasil," timpal ayah Dave menyetujui perkataan istrinya.
"Ya, kukira begitu." Kumara ikut tersenyum memandang Kivia yang tersenyum selagi bicara dengan Dave saat mereka berjalan.
Semoga, harap Kumara.
***
"So, lo udah move on dari your sweet superman Kiev Bhagaskara ke your fiancee-soon to be-Dave Ajibrata?" tanya Sean, tutor Kivia sekaligus putra dari Harya Danuatmaja, yang berperan sebagai tangan kanan ayah Kivia.
"Move on?" tanya Kivia keheranan.
Sean tak segan-segan menjitak kepala Kivia. "Berpindah hati."
Kivia mendengkus sebal. "Apaan sih?! Aku nggak suka keduanya. Dan terlalu cepat nyebut Dave calon tunangan aku."
"Gitu deh. Nggak apa-apa kali, Ya. Perasaan itu harus divalidasi. Gue tau gue bukan cewek, tapi lo juga bisa curhat sepuasnya ke tutor lo ini. Gini-gini gue lumayan berpengalaman dalam hubungan asmara, lho. Jangan sampai lo salah pilih," ujar Sean menasehati.
"Apaan sih? Nggak usah dibahas!"
Nggak. Kivia nggak bakalan cerita ke Sean. Malu!
Kivia mengerucutkan bibir. Jujur saja ia masih mengenang Kiev. Masih sering memikirkannya dan begitu ingin bertemu dengannya lagi. Sedikit banyaknya, Kivia takut menghadapi kenyataan tentang kebersamaan Kiev dan Delisa. Apakah ia bisa bersikap sewajarnya jika hal itu benar-benar terjadi? Kivia tidak siap tersakiti. Kivia bahkan belum membalas email Kiev.
Sementara Dave, Kivia cukup nyaman saat bersamanya. Namun, bukan berarti Kivia menyukai Dave seperti perasaan yang ditujukannya pada Kiev.
-- --- -- --
from: kievbhagaskara@gmail.com
to: rembulankivianisya@gmail.com
kenapa akhir-akhir ini email gue nggak dibalas. lo nggak apa-apa, kan, Ya?
- kiev.
-- -- ----
Kivia menimang-nimang apakah harus membalas pesan Kiev atau tidak. Tidak nyaman juga membuat Kiev cemas seperti itu. Ia lalu mengetikkan balasan.
-- -- -- --
from: rembulankivianisya@gmail.com
to: kievbhagaskara@gmail.com
gue baik kok, kiev.
- kivia
--- --- --- --
from: kievbhagaskara@gmail.com
to: rembulankivianisya@gmail.com
syukur deh, gue kira lo lagi ngehindarin gue :(
btw, how's life?
- kiev
----- ----- ------
Kivia berpikir menimbang-nimbang menjawab pertanyaan Kiev. Apa dia jujur saja tentang kehadiran Dave pada Kiev? Toh, ia selalu menumpahkan segala cerita kehidupannya pada Kiev. Kecuali tentang perasaannya pada cowok itu.
-- -- --- ----
from: rembulankivianisya@gmail.com
to: kievbhagaskara@gmail.com
life is good. ayah ngenalin gue ke seseorang. namanya dave. awalnya gue kira sama aja kayak cowok-cowok pilihan ayah yang ihw banget serius-serius gitu, menurut gue si dave ini lumayan. smooth gitu cara deketinnya dan nggak bikin gue risi, dave juga bikin gue bisa dapat izin ayah buat bersosialisasi lebih luas. mungkin gue harus coba membuka diri
- kivia
--- --- ---
Di seberang sana, Kiev membeku membaca serentetan pesan Kivia. Jadi, Kivia sedang dekat dengan seseorang? Astaga, kenapa ia tidak pernah memikirkan hal ini? Lalu bagaimana dengan mereka?
Sebenarnya, apa yang Kiev harapkan?
Kiev lalu mengetikkan balasan dengan perasaan sedikit tidak rela.
--- --- --- --
from: kievbhagaskara@gmail.com
to: rembulankivianisya@gmail.com
oh. i am happy for u, Ya.
- kiev
-- -- --- ----
"Idih, happy for you, apa-apaan?! Ya elah, bullshit, Kiev!" maki Kiev pada dirinya sendiri. Namun, kenapa Kiev seolah tidak memiliki nyali untuk menegaskan perasaannya pada Kivia?
Meyakinkan gadis itu bahwa jarak bukanlah masalah. Memberi kejelasan bahwa ia berharap lebih dari sekadar teman?
Tapi ... setidaknya untuk saat ini mereka harus bertemu secara langsung, kan? Iya, kan?
Akhirnya Kiev menelepon ponsel Kivia lagi. Ia harap ponsel itu tak lagi susah dihubungi seperti sebelumnya.
"Halo, Kiev?"
Kiev menghela napas lega kala telepon itu akhirnya tersambung.
"Oh, hai. Halo, Ya." Kiev mengatur debaran jantungnya. "Kita ... bisa ketemu? Gue bisa usahain ke Banjarmasin kok."
"Eh? Kebetulan gue lagi di Jakarta kok, Kiev. Baru pagi tadi landing."
Kiev terkesiap mendengar fakta itu. "Oh? Oh ya. Syukur deh kalau begitu. Tapi lo nggak sibuk, kan? Bunda juga kangen banget sama lo."
"Hm, oke. Malam ini gimana?"
Pertanyaan Kivia hampir membuat Kiev melonjak kegirangan.
"Bisa-bisa, enaknya kita ketemu di mana? Gue jemput ya?" tawar Kiev.
"Nggak usah repot, Kiev. Kita ketemu di GI aja gimana? Gue sama Bu Mia rencananya mau ke sana."
"Oh, iya. Siap. Makasih banyak yaaa."
"Iya, see you, Kiev," ujar Kivia lembut.
Kiev tersenyum lebar. "See you, Ya."
Yes!
Akhirnya dia dan Kivia akan bertemu lagi setelah sekian lama. Bukan via suara atau berbalas pesan, tapi beneran face to face. Kiev harus bersiap dari sekarang. Lalu mengabari Bunda tentang hal membahagiakan ini. Masalah Dave bisa Kiev urus belakangan.
***
bersambung
find me on instagram : inkina oktari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Indah
banjarmasin seribu sungaaai
2021-09-28
0
Anonymous
banjarmasin wohooo
2021-07-15
1
🍒Kamila √Hiatus√
salam kenal author
apakah author dari Banjarmasin???
2020-11-09
4