"Ajukan gugatan pada Kiev Bhagaskara dan Dewi Laksita Bhagaskara karena turut membantu pelarian Kivia dan menyembunyikannya."
Kinar mengerutkan dahi mendengar perkataan atasannya itu. Laki-laki berumur 45 tahun itu menatapnya dingin.
"Mereka tidak bermaksud menyembunyikan Kivia. Mereka menolongnya," tukas Kinar. Tak seperti pegawai lainnya yang tak bisa menatap Kumara Nararya berlama-lama. Kinar mampu menatap atasannya yang terkenal dingin itu tepat di manik mata tanpa rasa takut.
"Menolongnya? Mereka menyembunyikan putriku," sahut Kumara tak habis pikir. Ia beranjak melihat pemandangan malam dari ruangannya yang berada di lantai tertinggi.
Kinar berdecak. "Jadi, yang kamu inginkan, Kivia berkeliaran di jalanan atau lebih baik lagi terluka sehingga kamu bisa menyalahkan kalau sesuatu terjadi padanya akibat tindakannya melarikan diri?"
Kumara hanya terdiam dan menghela napas panjang.
"Cobalah sedikit lebih ramah, aku mengerti kamu mengkhawatirkan masa depannya. Namun, bisakah kamu menjaganya dengan cara yang tepat? Sikap posesifmu pada putrimu sendiri itu sudah keterlaluan. Dan bagaimana kau yakin laki-laki pilihanmu itu adalah yang terbaik dan bisa membahagiakannya?" cerocos Kinar panjang lebar.
"Aku punya alasan."
"Demi Tuhan, dia masih tujuh belas tahun."
"Sepupunya yang lain sudah bertunangan dan bahkan sudah ada yang menikah."
"Demi hubungan antar perusahaan? For Godness's sake, berikan dia sedikit kebebasan. Kivia butuh bernapas, Mr. Kumara Nararya yang terhormat."
"Aku bisa memberi segalanya untuknya jika anak itu bersedia bertemu dengan orang yang kupilihkan."
"Kamu tidak bisa menjamin perjodohan itu, apalagi yang dipaksakan, akan berbuah manis."
"Buktinya aku dan Kaia bisa berhasil."
"Kivia bisa mencari teman atau pasangan hidupnya sendiri."
"Tidak, anak itu tidak bisa menghadapi dunia sendiri."
"Itu karena kamu selalu mengurungnya. Coba berikan Kivia kesempatan dan kepercayaan. Biarkan semua berjalan sealami mungkin dan berhenti terlalu mengatur hidupnya," Kinar menatap Kumara tajam, "atau kejadian seperti ini akan terulang kembali."
Kumara melonggarkan dasinya. "Berhenti menasehatiku."
"Kalau Kaia ada di sini, ia pasti memberimu pelajaran karena membuat putrinya menderita," desis Kinar yang membuat mata Kumara membesar mendengar almarhum istrinya disebut-sebut.
"Kivia juga putriku," sahutnya cepat.
"Maka berhentilah membuatnya menderita."
Kumara tertegun dengan apa yang dikatakan Kinar. Semenjak istrinya meninggal dunia, hubungannya dengan Kivia semakin jauh. Kumara tak bisa menunjukkan kasih sayangnya secara lugas. Ia pribadi yang kaku dan Kaia yang sering menjadi penghubung antara dirinya dan Kivia. Kumara begitu mencintai Kaia, meskipun anak laki-laki mereka, putra yang ia idam-idamkan akan menjadi pewaris perusahaannya, Kevin Bintang Nararya, meninggal saat masih bayi, Kumara selalu setia mendampingi Kaia.
Dua tahun kemudian, Rembulan Kivianisya Nararya lahir ke dunia. Putri cantiknya itu begitu mirip dengan istrinya. Keluarga itu baik-baik saja. Kumara sebagai ayah yang sering meninggalkan rumah dan bekerja siang dan malam. Sedangkan Kaia memutuskan untuk pensiun dari dunia balet dan menjadi ibu rumah tangga secara penuh. Hingga ketika Kivia menginjak umur 6 tahun, sesuatu terjadi. Nyawa Kaia melayang. Seseorang menembak Kaia tepat di depan matanya.
"Tunjukkan kasih sayangmu dengan benar, Kivia selalu mengira kau benci padanya."
Kivia mengingatkannya pada Kaia. Mereka begitu mirip. Entah kenapa ... bukannya menunjukkan kasih sayangnya yang hangat, Kumara malah terkesan menjauhi Kivia. Mengurung Kivia di rumah bersama puluhan pelayan. Melindunginya dan tak teraih oleh dunia luar. Mengabaikan Kivia yang merasa kesepian.
"Aku akan menjemput Kivia, berminat ikut?"
Kumara menggeleng ragu.
Kinar berhenti di ambang pintu. "Oh ya, jangan diam-diam mengirim pengawalmu yang aneh itu. Kamu tau Kivia sangat membenci mereka."
"Kinar," panggil Kumara saat Kinar sudah akan menutup pintu.
"Apalagi?" tanya Kinar heran.
"Terimakasih."
Kinar mengangkat alis, lalu mengangguk sebelum meninggalkan ruangan itu.
***
"Maaf saya membutuhkan waktu untuk kemari dan menjemput Kivia. Maaf telah banyak merepotkan Anda," jelas Kinar ketika berhadapan dengan Dewi Laksita Bhagaskara, ibu dari Kiev Bhagaskara.
Sebelum ke sini, Kinar sudah mempelajari latar belakang Kiev Bhagaskara dan Dewi Laksita Bhagaskara. Dewi dan Kiev adalah istri dan anak dari Almarhum Abyan Bhagaskara, seorang aktor era 80an dan memiliki bisnis di berbagai bidang khususnya properti. Dewi adalah seorang pengacara yang bekerja di firma hukum terkemuka dan memiliki butik sepatu hasil desainnya sendiri.
Keluarga Bhagaskara terpandang dan dihormati.
Sementara profil Kiev Bhagaskara yang Kinar temukan lebih mengejutkan lagi, bagaimana bisa Nona Kivia terdampar bersama keluarga seorang idola remaja seperti Kiev Bhagaskara. Kiev meniti karir sejak kecil sebagai bintang iklan dan membintangi film sebagai aktor kanak-kanak, beranjak remaja ia berkecimpung di bidang tarik suara dan masih wara-wiri di industri perfilman. Kiev Bhagaskara pernah tersandung kasus narkoba bernilai fantastis, tetapi hal itu terbukti tidak benar dan berbuntut pada penculikan Kiev yang didalangi mafia narkoba kasusnya itu.
Hidup Kiev Bhagaskara cukup ... complicated.
"Tak apa, Kivia anak yang sopan dan manis," sahut Dewi. Dewi tersenyum ramah, menatap sosok wanita elegan di depannya. Tatapannya tegas namun lembut sekaligus. Penampilannya seperti wanita karier pada umumnya, blouse dan pencil skirt. Rambutnya digelung sederhana dan riasannya pun tipis tidak berlebihan. Namun, Dewi bisa melihat apa yang dikenakan oleh Kinar Freananda from head to toe adalah barang-barang high class.
"Apa Kivia bercerita tentang masalah dengan ayahnya?" tanya Kinar, memperkirakan seberapa jauh wanita di depannya ini mengetahui permasalahan keluarga Nararya.
"Ya, Kivia menceritakan tentang itu. Saya harap Bu Kinar bisa membantu masalah Kivia dengan ayahnya."
"Tentu, saya sudah bicara dan ayah Kivia memang sulit diajak bernegosiasi. Saya akan berusaha yang terbaik. Bu Dewi tenang saja, saya ada di pihak Kivia." Kinar mengulas senyum menenangkan.
Dewi mengangguk. "Syukurlah kalau begitu."
Di sisi lain, Kiev menoleh ketika kamar itu terbuka. Kivia mengenakan midi dress yang ia pakai tadi malam. Thank to Bi Hani yang sudah mencucikan dress ini atas perintah Bunda Kiev.
"Salamin terima kasih gue ke Bi Hani ya, Kiev."
"Siap. Oh iya, ini foto-foto kita. Disimpen ya, Ya. Jangan sampai ilang."
Kivia terpekur menatap lembaran foto polaroid itu. Mata Kivia memanas. Ia benar-benar senang bisa bertemu dengan Kiev dan Bunda. "Terimakasih banyak ya, Kiev."
"Ini email gue. Lo harus ngehubungin gue. Jangan sampai lupa." Kiev menyodorkan sebuah notes kecil. Halaman pertama bertuliskan kontak email Kiev.
"Oke, Kiev. Gue akan langsung hubungin lo. " Kivia tersenyum, menahan air matanya mati-matian.
“Lo ... benar-benar harus pulang?” tanya Kiev. Nada suaranya lembut, seperti sorot matanya.
Kivia mengangguk dan menghapus cepat tetes air mata yang mengalir di pipinya. “Gue minta maaf atas semuanya, Kiev.”
“Jangan minta maaf ke gue, Ya. Lo nggak salah apa-apa....” Kiev mengusap lembut puncak kepala Kivia.
“Gue janji, kita bakal ketemu lagi,” kata Kiev yang mencoba untuk tersenyum. Senyum yang tergambar sangat tulus, namun getir di saat yang bersamaan.
Pertahanan Kivia runtuh. Kivia terisak dan Kiev tak bisa menahan diri untuk menarik gadis itu dalam pelukannya yang bersahabat. Tidak begitu erat, namun menenangkan. Kiev lalu mengurai pelukannya dan merunduk, mengambil sepasang high heels Kivia dan meletakkannya di depan kaki gadis itu.
“Pakai ini, Ya. Semoga sepatu ini nantinya akan menunjukkan jalan kita bisa ketemu lagi.”
Kivia pun mengenakan sepatu itu dan memandanginya. Air matanya jatuh lagi. Ia lalu menatap Kiev lekat. Keduanya berjabat tangan cukup lama. Perlahan dan terasa menyakitkan saat tautan jemari mereka teurai hingga lepas sepenuhnya.
“Gue janji kita akan ketemu lagi. Gue janji.”
bersambung
find me on ig: inkinaoktari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Indah
wahhh kumaraaa
2021-09-28
0
Anonymous
pak kumara ngeri ngeri sedep gituuu
2021-07-15
1
Jackjack
persahabatan bagai kepomponggg
2020-12-24
1