Bab #8

Sudah dua minggu Raymond di rawat di rumah sakit, tetapi belum juga ada tanda-tanda dia akan segera sadar. Setiap hari hanya Kiara lah yang selalu mengecek tentang kondisi Ray.

Seperti sekarang, Kiara tengah berada di tepi jalan raya untuk menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke rumah sakit.

Tin!

Suara klakson mobil mengalihkan pandangan Kia.

"Itu'kan Mas Jaka," gumam Kia sembari terus memperhatikan mobil yang mendekat ke arah nya.

Jaka turun dari mobil lalu segera menghampiri Kia.

"Ki, kamu ngapain disini?"

"Em.. Aku sedang menunggu angkutan umum, Mas." sahut Kiara

"Memangnya kamu mau kemana?" Jaka pun menjadi penasaran.

"Aku mau melihat kondisi pria yang minggu lalu ditemukan terkapar dipinggir sungai, kasihan dia Mas.." ujar Kia lembut.

"Ya sudah, kita naik mobil ku aja ya? Kalau kamu nunggu angkutan umum pasti akan lama, karena hari sudah siang dan angkutan umum pasti akan lewat sore hari untuk menjemput anak-anak pulang sekolah."

Kiara terdiam sembari berpikir. "Tapi, Mas..."

"Udah, gak ada tapi-tapian. Ayo masuk," Jaka menarik tangan Kia dan mereka berdua segera masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil.

"Mas Jaka sendiri sebenarnya mau kemana?" Kia melirik sekilas wajah Jaka dari samping.

"Aku tadi sebenarnya mau ke toko perhiasan Mama." Jaka tersenyum tipis.

"Duh, maaf ya aku udah ngerepotin Mas Jaka." Kia menjadi tidak enak hati.

"Udahlah Kia, kayak sama siapa aja. Aku inikan calon suami kamu," Jaka melirik Kiara dengan senyum manis di bibirnya.

Kiara terdiam sembari memaksakan senyuman. 'Aku masih ragu untuk menikah dengan kamu, Mas. Perbedaan hidup kita berdua sangat jauh, kamu orang kaya sedangkan aku orang miskin..' batin Kiara bersedih, jujur sebenarnya dia sudah sangat mencintai Jaka tetapi apalah daya terkadang dia ingat akan status mereka yang sangat beda jauh.

"Kia, apa kamu baik-baik saja? Kenapa diam,"

"Tentu, Mas. Aku hanya kepikiran dengan pria yang berada di rumah sakit itu, siapa dia dan mengapa dia bisa terkapar di tepi sungai." Kiara berkilah.

"Kamu tenang aja, kita sama-sama berdoa agar pria itu cepat sadar dan menceritakan semuanya pada kita." Jaka mencoba menenangkan sang calon istri.

Kiara hanya mengangguk dengan senyum tipis.

-----------(**RUMAH SAKIT**) ----------

Setelah di parkir 'kan, Kiara dan Jaka turun dari mobil.

"Ayo," Jaka menggenggam tangan Kiara dengan lembut.

Mereka bersama-sama berjalan ke ruangan Raymond.

Sesampainya di ruang rawat Ray, Kia dan Jaka langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.

Kiara duduk di kursi yang ada disebelah ranjang Raymond.

"Lihatlah, Mas. Wajahnya sangat pucat dan aku kasihan padanya," Kiara yang memang mempunyai hati lembut serta tidak tega' an langsung merasa Iba.

Jari tangan Ray bergerak perlahan.

"Sayang, lihat jarinya.. Jarinya bergerak," ucap Jaka spontan kala tanpa sengaja melihat jari Ray yang bergerak pelan.

Kiara menatap jari Raymond. "Iya, Mas. Dia udah sadar, cepat panggil Dokter.." Kiara pun merasa bahagia. "Terima kasih ya Allah, terima kasih telah membuat Mas ini siuman.."