Di dalam mobil Ray dan Need.
Senda gurau kakak-beradik itu terhenti ketika ponsel milik Ray bergetar.
"Siapa kak?" tanya Need kepo.
"Amel." sahut Ray sembari menjawab panggilan dari sang adik.
"Halo, Mel. Ada apa?"
📲"Kak, kakak di kantor'kan? Mel udah dijalan mau ke kantor kakak."
"Kakak lagi gak di kantor."
📲"Lah terus dimana?"
"Kakak mau meninjau lokasi pembuatan Villa di desa Sumber Jaya. Sekarang lagi dijalan,"
📲"Yah, padahal ada yang mau aku omongin." Amel menjadi bad mood.
"Katakan ada apa? Kau bisa mengatakannya lewat udara sekarang."
📲"Mel mau mobil keluaran ter—" ucapan Amel terpotong karena Ray dengan cepat menyelanya.
"Mobil lagi dan lagi? Untuk apa sih Mel?? Bukannya mobil kamu yang sekarang itu masih bagus," ucap Ray.
📲"Kak, tapi mobil yang Amel mau itu limited edition.. Amel gak mau ketinggalan jaman," rengek Amel terus membujuk sang kakak.
"Gak! Kakak gak akan beliin kamu, kamu tau' kan sebentar lagi kakak akan menikah? Kakak gak bisa boros-boros dalam mengeluarkan uang."
📲"Astaga.. Sejak kapan kakak jadi pelit sekali seperti ini? Kak, bahkan uang kakak sampai tujuh turunan pun gak akan habis.."
"Intinya kakak gak bisa beliin kamu, kamu mau ini, itu semuanya harus di kabulkan. Seharusnya kamu itu berpikir bahwa gak selamanya harta ini—"
Amel memotong ucapan Ray.
📲"Ck! Kenapa kakak malah menceramahi Amel? Amel kesel hari ini, bete! Mama pelit gak kasih Amel uang buat beli mobil itu, Papa gak bisa dihubungi, kakak juga sekarang pelit banget sama Amel. Semuanya jahat, gak sayang Amel lagi!" Amel langsung memutuskan panggilan telepon.
Dahi Ray mengerut.
"Kenapa kak?" Need bertanya dengan raut penasaran.
"Biasalah, adik bungsu mu itu meminta mobil lagi."
"Mobil? Bukannya mobil Amel udah banyak? Apa dia akan membuka shorum?" tanya Need antusias dengan fokus menyetir.
Pletak!
Ray menyentil kepala Need.
Need mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"Kau jangan asal bicara Need, kau seperti tidak tahu Amel saja. Dia itu pantang jika melihat hal-hal yang berbau promo atau limited edition."
"Tapi kakak 'kan gak harus menyentil kepalaku." ucap Need dengan nada merajuk.
"Kau ini, sudah tua tapi bersikap seolah masih ABG." Ray berkata setelah melihat wajah cemberut Need.
Saat mereka asyik mengobrol, tiba-tiba di tikungan tajam.
"Need AWAS!!!" teriak Ray terkejut karena ada mobil yang melaju kencang dari depan mereka.
"Kak, rem nya blong!" pekik Need khawatir.
"Blong? Kenapa—"
Need membanting stir dan terdengar suara benturan yang keras.
BRAK!!!
•
•
•
Amel berhenti disebuah taman.
Setelah pergi dari rumah mewah bak Istana kediaman keluarga William dengan merajuk, akhirnya Amel saat ini memilih berhenti di taman untuk menenangkan pikiran.
"Mama tidak memberikan apa yang aku inginkan, Papa gak bisa dihubungi, kakak juga sekarang pelit." Amel menatap angsa yang ada di depannya, dua angsa putih tengah berenang di danau kecil namun terlihat indah karena terawat.
"Kesel kesel kesel..." Amel memukul bangku yang dia duduki.
"Hiks.. Lihat saja jika nanti aku sudah membuka butik dan menghasilkan uang sendiri, aku pasti tidak akan meminta uang lagi pada Mama, Papa, ataupun Kakak. Aku akan membeli barang atau segalanya yang aku inginkan menggunakan uangku sendiri." Amel menghapus air matanya.
*
Sementara di perjalanan.
"Apa kau sudah memberikan amplop itu kepada Ray?" Mey bertanya kepada Mico.
Mereka saat ini sedang dalam perjalanan menuju restauran untuk menemui klien.
"Sudah, Nona. Tuan tadi ingin pergi meninjau lokasi pembuatan Villa," ucap Mico.
Mey hanya mengangguk.
"Nona, itu sepertinya mobil Nona Amel." Mico menunjuk ke sebuah mobil didepannya.
Mey mengikuti arah jari telunjuk Mico. "Iya, itu memang mobil Amel. Coba menepi, Co. Aku ingin menghampiri Amel,"
Mico menepikan mobil.
Mey turun dari mobil diikuti oleh Mico.
"Dimana Amel?" setelah meneliti mobil yang berada di depannya Mey langsung mengedarkan pandangan mencari keberadaan Amel.
"Sepertinya itu, Nona." Mico menunjuk ke sebuah bangku.
"A, iya. Kau tunggu disini, aku akan menghampiri Amel sebentar."
Mico mengangguk paham dan Meysa langsung pergi menghampiri Amel.
"Amel," seru Mey lembut setelah berada di bangku Amel.
Amel yang kala itu menatap ke depan langsung menoleh dan segera menghapus air matanya.
"Kakak, kau ada disini?" tanya Amel dengan heran.
"Ya, kebetulan tadi aku lewat dan melihat mobilmu. Kenapa kau berada disini?" Mey duduk disebelah Amel ketika Amel sudah menggeser duduknya.
"Aku sedang menenangkan pikiran." sahut Amel kembali menatap lurus ke depan.
"Pikiran? Apa ada masalah dengan kuliahmu?" Mey bertanya penasaran, dia juga heran karena tidak biasanya Amel berada di taman sendirian seperti sekarang.
"Bukan kuliah, kak. Sebentar lagi aku akan wisuda, jadi aku tidak terlalu memikirkan masalah kuliah."
"Lalu, apa ada masalah lain? Cerita lah pada kakak, siapa tau kakak bisa membantu." Mey menatap lembut wajah Amel.
"Aku menginginkan mobil, tetapi Mama tidak ingin membelikannya untukku." sahut Amel kesal.
"Kenapa? Dan, setau kakak mobilmu juga sudah banyak. Untuk apa kau membeli mobil lagi?"
"Kak, mobil itu limited edition pasti akan langka jika nanti habis terjual. Aku tidak ingin ketinggalan jaman,"
"Kau suka mengoleksi mobil ya?" Mey bertanya dengan senyum tipis.
Amel mengangguk.
"Kita sama, kakak juga sangat suka mengoleksi mobil-mobil keluaran terbaru."
"Benarkah?" Amel berbinar ketika mengetahui bahwa calon kakak iparnya mempunyai hobi yang sama seperti dirinya.
Meysa mengangguk. "Apa kau masih ingin membeli mobil itu?"
"Tentu, tapi aku tidak punya uang kak." Amel bersungut kesal.
"Kakak akan membelikannya untukmu. Boleh kakak tau berapa harga mobil itu??"
"Lima ratus juta," ucap Amel dengan senyum dibibir.
"Masih murah. Setelah kakak pulang dari pertemuan dengan klien, kita akan pergi membeli mobil itu." Mey berkata dengan serius.
"Yang benar kak??" Amel berbinar.
Meysa mengangguk.
"Kakak memang terbaik," Amel memeluk tubuh Meysa.
Meysa mengelus lengan Amel dengan lembut. 'Lima ratus juta tidak seberapa untukku, setelah aku menikah dengan Raymond maka uang itu pasti akan kembali berpuluh-puluh kali lipat ke tangan ku.' batin Mey dengan tersenyum.
"Baiklah, kakak pergi dulu. Klien pasti sudah menunggu," Mey beranjak dari duduknya.
"Hati-hati kak," Amel melambaikan tangannya.
Mey pergi dari taman dan menuju mobilnya.
•
Meysa Robbert 🌹🌹
•
•
***TBC
HAPPY READING***
assalamualaikum
Jangan lupa like dan dukungannya 🙏🏻
🍎🍎🍎🍎🍎
DI NOVEL KALI INI MOM OTHOR MAU BAGI-BAGI GIVE AWAY KECIL UNTUK PARA READER SEKALIAN.
SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
lupa🎃
ternyata boh ternyata simey matre🤨
2022-10-29
0
📴🦋⃟🍾⃝ ʜͩᴀᷞᴍͧɪᷠᴅͣ✿᭄ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠ᴸᴷ
ternyata mey ada maksud terselubung🤧🤧
2022-10-23
0
☘️BILAA☘️
dasar matre tuh calon kakak ipar
2022-10-23
2