"kok cepet banget Kak, kan baru sebentar jenguk Kak Ica nya" tanya Ika.
"sebentar kan juga nggak papa kah, yang penting kan ada jenguk walau sebentar daripada tidak sama sekali" timpal Icha.
Zain dan Fahma hanya tersenyum. begitu pula dengan Ika yang menggangguki perkataan Icha.
"kami duluan ya" ucap Zain.
"cepat sembuh ya ca"timpal Fahma.
"assalamualaikum" ucap keduanya yang berlalu pergi.
"waalaikumsalam" jawab mereka.
fahma dan Zain pun melangkahkan kaki keluar dari ruangan Icha dan berjalan kembali ke asrama putra.
mereka berjalan beriringan menyusuri koridor unit kesehatan pesantren. itu adalah tempat umum, siapapun bisa saja ke tempat itu baik Putra maupun Putri jika ada keperluan yang mendesak, tapi tetap saja harus tahu batasan antara santriwan dengan santriwati. jika tidak, harus menerima tanggungan masing-masing.
"kalau memang suka, jangan dipendam-pendam Zain" kata Fahma tiba-tiba disalah perjalanan mereka.
Zain langsung menatap wajah Fahma dari samping.
"memangnya aku suka sama siapa?" tanya Zain yang sedikit terkekeh.
"Zain Zain, mau kamu sembunyikan perasaanmu itu sampai ke-7 lapis bumi paling bawah pun, aku sudah tahu kamu suka sama siapa."
"Icha kan,Annisa Assyadzi binti fajar Irawan, iya toh "timpal Fahma.
Zain ntar diam sembari menghentikan langkahnya.
"benar kan yang tak sebutin tadi namanya" ucap Fahma sembari memandang wajah Zain.
Zain menghela nafasnya.
"entahlah ma, aku juga bingung dengan perasaanku yang sebenarnya. antara suka atau tidak. tapi itu semua sudah aku serahkan sama sang pemilik hati. karena hanya dialah yang membolak-balikkan hati hambanya. kita lihat saja ke depannya nanti seperti apa "Zain langsung berterus terang tentang perasaannya.
"yang penting aku hanya mengingatkan saja, kalau sudah dapat ya pas di hati, ikat terus Zain jangan dilepas, jangan sampai kehilangan yang kedua kalinya "ucap Fahma sambil menepuk bahu Zain.
Fahma kemudian melanjutkan lagi langkah perjalanannya namun tidak dengan Zain yang masih terdiam di tempatnya.
omongan Fahma tadi seakan memukulkan diri Zain dengan seseorang yang pernah akan dimilikinya namun akhirnya akan pergi dengan orang lain.
"Zain, ayo jangan bengong di situ" ajak Fahma dari kejauhan.
Zain pun berlalu dari lamunannya dan kembali berjalan mengikuti Fahma dari belakang.
......................
sepekan telah berlalu.
hari ini menjadi hari yang bersejarah untuk kaffah sebagai seorang mahasiswa. menjadi wisudawan adalah hal yang paling ditunggu tunggunya setelah 4 tahun yang lalu.
namun, Kafa tidak terlalu mengharapkan waktu yang setelahnya di mana dia akan mempersiapkan hati pernikahannya yang hanya tinggal dua minggu lagi. tapi semua itu harus dijalaninya dengan ketulusan dan keikhlasan hati, menerima semua takdirnya dengan lapang dada.
"sudah siap tanzi" tanya Mama yang menghampiri Kafa di kamarnya.
"sudah ma" sahutnya dari dalam.
"Masya Allah, garangnya anak mama ini" puji Mama Dita di depan Kafa.
penampilan Kaffa benar-benar mengagumi hati Mama Dita.
"Mama ini bisa aja, tadi kan masih pakai baju biasa belum pakai baju wisuda" ucap Kafa.
Mama Dita tersenyum sambil memegang kedua tangan Kafa.
"ya udah, ayo kita berangkat" ajak mama.
Kaffa menganggukkan kepalanya.
mereka pun keluar dari kamar bersama-sama, keduanya sudah berpenampilan begitu rapi, Mama Dita rapi dengan gamis dan juga jilbabnya yang berwarna abu-abu muda tampak begitu cantik dan anggun. Kafa Rafi dengan kemeja abu-abu gelapnya tampak semakin tampan serasi sekali dengan penampilan mama.
"nanti setelah selesai wisuda, kita jemput zizi di pesantren ya" ucap Mama ketika sudah berada di dalam mobil.
"jemput Zizi? kenapa cepat sekali ma?" tanya Kafa.
"tanzi, hari pernikahan kalian itu kan sudah tidak lama lagi, semuanya harus kita persiapkan sekarang. mulai dari fitting baju, tanggal pernikahan, undangan pernikahan sampai persiapan acara pernikahan.
masa iya kita mempersiapkannya tanpa Zizi "ucap mama.
Kafa hanya terdiam sambil mendengarkan omongan mama, dengan tangannya yang fokus pada setir mobil.
"tanzi...."seru mama.
"iya ma"jawabnya.
"kamu dengarkan Mama ngomong" ucap mama.
"iya ma, tanzi dengar" kata tanzi.
hening....
keduanya saling diam ketika di dalam mobil, Kaffa fokus dengan kemudi mobilnya begitu juga dengan Mama yang fokus pada ponselnya.
jarak antara kampus dengan rumah Kafa tidaklah terlalu jauh hanya terkisar kurang lebih setengah jam perjalanan.
setibanya di sana......
sampainya di kampus, Kafa langsung disambut oleh Rofi sahabatnya yang sudah menunggunya di sana bersama dengan temannya yang lain.
Rofi datang menyalami tangan Kafa begitu juga dengan tangan Mama Dita yang berada di sebelahnya.
"assalamualaikum Tante" ucapan Rofi dengan ramahnya sambil menyalami tangan Mama Dita.
"waalaikumsalam Rofi" jawab Mama Dita.
"gimana perasaannya yang mau jadi wisudawan pasti deg-degan dong" ucap Mama Dita.
"aduh... kalau itu jangan ditanya Tante, sudah pasti deg-degan "jawabnya dengan senyuman.
Dita dan Kafa pun tertawa dengan jawaban Rofi.
"setelah ini kamu mau lanjut ke mana? lanjut kuliah, atau lanjutin bisnis orang tua" tanya Dita.
"insya Allah mau lanjutin bisnis papa Tante" jawabnya sambil tersenyum.
"wah... berarti sama dong dengan Kafa "ucap Mama Dita.
"iya dong Tante, malahan kami sudah ada rencana untuk bekerja sama dan menjadi rekan bisnis yang baik. doain ya Tante semoga aja berjalan "ucapnya dengan senyuman.
"insya Allah tante akan selalu doain" kata Dita sambil mengusap bahu Rofi.
"tapi kan setelah ini, kakak nggak langsung terjun ke dunia bisnis dulu dong Tante" Cindy Rofi dengan lirikan matanya yang tertuju pada Kafa.
"maksudnya" tanya Dita yang belum mengerti.
sejenak Dita terdiam sambil berpikir dan mengikuti lirikan Rofi.
"oh iya... iya... tante tahu maksud kamu apa "ucap Dita yang terkekeh.
mereka berdua sama-sama terkekeh, sedangkan Kaffa masih fokus pada ponselnya.
"Rofi Rofi"
"kamu kapan nyusul" tanya Dita.
"doain aja Tante semoga cepat nyusul" ucap Rofi.
"amin..."sahut Dita.
"emangnya sudah ada calonnya" tanya Dita.
"belum sih" jawabnya.
"tante doain semoga cepat datang jodohnya" timpal Dita.
"Amin, terima kasih atas doanya Tante" ucapnya.
"kalian ngomongin apa sih, dari tadi nggak siap-siap" tanya Kafa sambil menyimpan kembali ponselnya.
"tuh kan, makanya jangan fokus banget sama handphone jadi nggak tahu kan kami tadi ngomong apa" sahut Rofi.
Kafa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seakan tahu arah pembicaraan mereka berdua.
"sepertinya aku tahu arah pembicaraan kalian ke mana" ucapnya.
sudah sudah kalian sudah ditunggu tuh di sana, ayo cepat ke sana "kata Mama Dita yang memutus pembicaraan Kaffa
"oh iya, ayo pa kita ke sana" timpal Rofi yang menarik tangan Kafa.
"kami duluan ya Tante."
"assalamualaikum" ucapnya yang berlalu pergi bersama dengan Kafa.
"waalaikumsalam" jawab Mama Dita yang masih berada di tempatnya.
tak hanya Kafa yang sedang berbahagia dengan hari wisudanya, Icha sebagai santri penerima beasiswa pun juga turut bahagia. setelah 3 hari kesembuhannya, Icha kini mendapat kabar bahagia lagi karena surat resmi keberangkatannya ke Cordoba sudah keluar, karena surat itulah Icha dinyatakan resmi sebagai santri penerima beasiswa Cordoba.
jika tidak ada hambatan, insya Allah keberangkatan mereka semua akan diadakan dua pekan mendatang tepat pada hari ulang tahun Icha yang ke-18 tahun. semua itu terlihat sangat kebetulan, di hari ulang tahunnya itulah Icha mendapatkan hadiah terindah yang tak pernah ia dapatkan pada ulang tahun sebelumnya.
"Alhamdulillah, tinggal selangkah lagi ca"ucap Zizi yang berada di sebelahnya.
"doain ya Kak Zizi" ucapnya dengan tersenyum.
"kok kakak sih" ucap Zizi.
"kan seharusnya Icha memang panggil kamu kakak umur kita beda 2 tahun" balas Icha.
Zizi hanya tersenyum.
mata mereka sama-sama tertuju ke arah gerbang, ketika terdengar suara mobil yang berhenti di depan.
"seperti ada yang datang" ucap Icha.
Zizi menggangguk.
mereka masih diam di tempat sambil menunggu siapa yang datang ke pesantren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments