Waktu berputar dengan begitu cepatnya, semua terasa lebih singkat. setelah lebih dari 3 tahun dirinya berada di luar negeri, kini Arli kembali lagi ke tanah kelahirannya, di sana bersama dengan sang ayah, arlin menyelesaikan sekolahnya, setelah hubungannya dengan Icha kandas di tengah jalan.
sejak kecil, Arli tinggal hanya bersama dengan ayahnya. ibunya pergi begitu saja di saat keadaan mereka benar-benar terpuruk karena ekonomi. sampai sekarang, sedikitpun ibunya tak pernah menjenguk atau melihat keadaannya sama sekali.
Arli tumbuh menjadi pribadi yang kurang baik kehilangan kasih sayang seorang ibu dari kecil membuat Arli tumbuh menjadi anak yang berpribadi kurang baik.
ditambah lagi dengan ayahnya yang sibuk dengan pekerjaannya, keterpurukan yang dialaminya hingga ditinggal oleh istrinya membuat ayah Ali semakin bersemangat untuk bangkit dan menunjukkan bahwa tidak selamanya ia hidup Dengan keterpurukan ekonomi.
di sekolah, Arli bernasib sama dengan Icha awalnya mereka hanya menjadi teman biasa karena mereka saling menghibur satu sama lain. namun, lama-kelamaan kebersamaan mereka itu menumbuhkan rasa di hati Ali. di saat dirinya sedang terpuruk tanpa adanya sang ayah di sampingnya, Icha sebagai teman baiknya begitu menghibur untuk ahli sekaligus menghilangkan rasa sedih dan keterpurukan yang ada di hatinya.
namun, semua itu telah berlalu, semenjak dirinya memberi luka di hati Icha karena keegoisannya saat itu, kini Icha telah melupakannya dan ia memilih untuk pergi dari Ali.
saat itu juga ayahnya membawa dirinya pergi ke luar negeri karena ayahnya akan mengembangkan bisnisnya di sana.
selama dirinya di luar negeri, Ali selalu dihantui dengan rasa bersalah sampai sekarang. iya selalu berusaha menghubungi Icha tapi, selalu saja tidak bisa. kini dirinya sudah kembali ke Indonesia membawa rasa penyesalan yang amat dalam kepada Icha.
iya terus berusaha mencarinya demi mendapatkan maaf dari Icha dan berharap bisa memperbaiki hubungannya lagi dengan Icha.
"kamu di mana ca, aku udah cari kamu di mana pun. tapi, aku belum juga menemukan kamu, aku harus cari kamu di mana lagi ca, aku rela melakukan apapun demi mendapatkan maaf dari kamu ca."
kata Arli pada dirinya sambil memandangi foto Icha yang ada di tangannya.
tekadnya untuk mencari Icha pantang menyerah, ia bangkit dari dulunya dan beranjak pergi dari rumahnya untuk kembali lagi mencari Icha di manapun ia akan pergi.
"kamu mau ke mana ar?"
"mau pergi yah."
"ke mana?"
"mau cari Icha."
ayahnya menghela nafasnya.
"kamu mau cari Icha di mana lagi."
"di manapun, sampai ke ujung dunia pun Ali akan terus cari Icha, demi mendapatkan maaf dari dia"ucapnya sambil melangkah pergi.
"kenapa kamu terus menyusahkan diri sendiri untuk mencari seseorang yang kamu sendiri tidak tahu keberadaannya, bahkan dia pun tidak mengharapkan dicari oleh kamu"Arli lalu menghentikan langkahnya.
"Arli melakukan ini karena ahli capek selalu dihantui dengan rasa bersalah yah, Arli ingin menebus semua kesalahan Ali sama Icha yang sampai sekarang ini Ali belum bisa menembusnya"ucapnya yang kembali melanjutkan langkah perjalanannya.
ayah hanya bisa diam dan menghela nafasnya.
"anak muda, anak muda! kata ayah."
Arli pergi dengan mengendarai motornya. pergi menyusuri jalanan kota solo tanpa ada arah tujuan yang tak pasti ke mana dirinya akan pergi.
......................
"Alhamdulillah, udah selesai juga ngulangnya" ucap Ana sambil menutup alqurannya.
Ana melihat ke arah Icha yang duduk di sampingnya.
"udah bisa belum ca"Icha menggelengkan kepalanya.
"sedikit lagi an, satu ayat lagi."
"semangat ya Ca.
"oke" Icha memberi isyarat dengan jarinya.
matanya kembali lagi pada Alquran yang ada di hadapannya.
setelah selesai dengan ulangan hariannya, Ana pun beranjak keluar dari kelas tahfidz karena memang sudah memasuki jam istirahat para santri.
"aku duluan ya ca."
Icha menaikkan kedua alisnya.
"cepetan, aku tunggu di luar! bisikan apa adanya.
Icha kembali memberikan isyarat tangannya pada ana.
"Anisa" panggil ustadzah dari depan.
karena hanya dirinya sendiri yang tertinggal di kelas itu, maka ustadzah Rahma pun memanggilnya dan memintanya untuk maju ke depan.
"kenapa tumben lama Annisa?" tanya ustadzah Rahma padanya yang ada di hadapannya.
"nggak tahu ustadzah, kepala Icha pusing banget."
"kamu sakit?"
Icha menggelengkan kepalanya.
"ya udah, disimpan dulu saja setoran hafalannya, kamu sekarang istirahat dulu, sepertinya kamu lagi banyak pikiran."
"terima kasih ya ustadzah."
"iya sama-sama."
"ustadzah duluan ya jangan lupa istirahat."
"iya ustadzah."
assalamualaikum.
"waalaikumsalam."
untuk hari ini, kondisi Icha memang tidak seperti biasanya, ia tampak tidak terlalu sehat seperti banyak sekali yang sedang dipikirkannya.
memang dua hari yang lalu, ia mendapatkan kabar dari ummah bahwa kedua orang tuanya telah berangkat ke Jerman. sejak hari itu sampai sekarang, semangat Icha terlihat menurun namun dirinya tetap berusaha untuk bersemangat walaupun kedua orang tuanya berada sangat jauh darinya.
pagi itu, Icha sama sekali belum sarapan, perutnya terasa begitu perih.kepalanya juga terasa pusing, matanya mulai rabun untuk melihat, bahkan saat ana datang menghampirinya pun Icha tidak lagi mengenalinya.
"Cha.... ca "panggil Ana dari depan pintu kelas.
Icha berdiri dari duduknya sembari memandang ke arah pintu keluar.
satu langkah dirinya beranjak dari duduknya hendak menghampiri ana, Icha langsung terjatuh di lantai.
"icaa....."seru Ana yang berlari mendekatinya.
"Astaghfirullahaladzim. ya Allah ca, kamu kenapa."
"Icha bangun ca. "
"Ana" seseorang memanggilnya dari belakang.
"Marwah."
"tolongin Icha mar."
"astagfirullahaladzim, Icha kenapa?"
"aku juga nggak tahu."
"ya udah kita bawa saja ke ruang UKP sekarang"ucap Marwah.
Marwah memanggil beberapa santri putri untuk membawa Icha ke ruang UKP (unit kesehatan pesantren)
dengan sigap, Ana langsung memberitahu ustadzah Rahma dan juga para sahabatnya mengenai keadaan Icha saat ini.
tibanya di UKP iya langsung diberi perawatan intensif oleh dokter yang sudah ada di situ.
"asam lambungnya kambuh" ucap dokter Syifa yang memeriksa Icha.
"asam lambung?" tanya Ana.
"apakah selama ini asam lambung Icha pernah kambuh sebelumnya" tanya dokter Syifa.
mereka semua menggeleng.
"kami sama sekali tidak tahu kalau Icha punya asam lambung dokter, karena ini untuk yang pertama kalinya Icha terbaring lemah seperti ini" kata Zizi.
"iya dokter, sebelumnya Icha tidak pernah seperti ini" timpal Dina.
dokter Syifa hanya menganggukkan kepalanya.
"ya sudah kalau gitu saya tinggal dulu ya, nanti kalau memang Icha sudah sadar, tolong suapkan nasi kepadanya sepertinya dia belum ada makan dari tadi pagi" pesan dokter Syifa.
"baik dokter" sahut Dina.
"terima kasih ya dokter Syifa" ucap Ika.
"sama-sama, saya tinggal dulu ya."
"assalamualaikum" ucap dokter Syifa sembari pergi.
"waalaikumsalam" sahut mereka.
setelah selesai dengan satu pasiennya, dokter Syifa pun kembali ke ruangannya.
dokter Syifa adalah satu-satunya dokter di pesantren ini yang menangani santri ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
kini Icha hanya bisa terbaring lemah di tempat istirahatnya. wajahnya terlihat begitu pucat, semua orang di situ menunggu dirinya siuman. mereka juga begitu khawatir dengan keadaan Icha.
"kasihan sekali Kak Icha, sepertinya banyak sekali yang sedang dipikirkan Kak Icha, sampai keadaan Kak Ica jadi begini "kata Ika yang menatap dengan Iba.
"sudahlah ka, ini semua sudah ketentuan Allah, sakit itu kan datangnya dari Allah, jadi ya kita kembalikan lagi sama Allah "ucap Dina yang menenangkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments