17.Berkata yang sejujurnya

"silakan duduk nak."

Abuya mempersilahkan mereka berdua.

"mau bicara apa Icha?" Abuya terlebih dahulu membuka pembicaraan.

Icha mengarahkan pandangannya pada Zizi.

"Icha mau menyerahkan ini pada Abuya" ucapnya sembari meletakkan handphonenya di atas meja.

Abuya terdiam sambil melihat handphone yang ada di hadapan beliau.

"ini handphone siapa nak?"

"handphone ini milik Icha Abuya" sahutnya.

"milik Icha?"

"handphone ini sudah lama Zizi simpan, sebenarnya Zizi mau menyerahkannya pada Abuya tapi Zizi masih ragu Abu ya Zizi masih menunggu Icha. karena kemarin Icha kabur dari pesantren, tapi Zizi sama sekali tidak pernah menyentuhnya Abuya hanya menyimpannya saja. "

"iya Abuya, Icha sama sekali tidak bermaksud untuk melanggar peraturan di pesantren ini, tapi memang tidak sengaja handphone ini terbawa oleh Icha. "

"kalau memang Abuya akan menghukum Icha, silakan Abuya tapi jangan hukum Zizi."

"tidak Abu ya Zizi juga bersalah hukum saja Zizi jangan Icha, karena saat itu posisi Icha masih sebagai santri baru. sedangkan Zizi adalah alumni pesantren ini, yang seharusnya mengarahkan Icha."

Abuya hanya tersenyum dengan tingkah laku Icha dan Zizi yang saling menyalahkan diri mereka masing-masing.

"sudah-sudah, kalian ini sama-sama tidak bersalah, Abuya percaya sama kalian. jadi tidak ada yang Abuya hukum."

keduanya saling bertatap muka.

"handphone ini akan Abuya simpan Dan akan Abuya serahkan nanti sama orang tua kamu."

"emm... tidak usah Abu ya, Abuya simpan saja kalau memang perlu handphone itu Abuya buang juga tidak apa-apa "cegah Icha.

"kenapa harus dibuang Icha?"

Icha diam sambil memikirkan sesuatu.

"handphone ini akan tetap Abuya simpan, suatu saat nanti Abuya akan kembalikan lagi sama kamu."

"bagaimana?"

"ya sudah Abuya, tidak apa-apa" ucapnya sembari menganggukkan kepalanya.

"tapi, Abuya tidak akan menyerahkannya pada siapapun kan"

Abuya hanya tersenyum.

"kamu tahu Cha, kalau Abuya sudah tersenyum seperti itu tandanya ada maksud tertentu "bisik Zizi padanya.

"maksud tertentu? maksud apa zi?"

"kita lihat aja nanti aku juga nggak tahu" Icha menganggukkan kepalanya.

"sudah! ada lagi yang mau kalian bicarakan?" tanya Abu ya.

"tidak ada Abuya."

"kalau gitu, kami permisi keluar dulu ya Abu ya, maaf sebelumnya kalau sudah mengganggu waktu Abu ya."ucap Zizi.

"iya Abuya, terima kasih atas waktunya."

"iya sama-sama."

"kami permisi Abuya."

"assalamualaikum."

"waalaikumsalam."

mereka pun beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari rumah kyai.

Icha dan sisi berjalan dengan perlahan menuju asrama, langkah mereka terhenti di salah satu pohon rindang yang berada di luar asrama putri.

mereka sama-sama duduk di bawah pohon itu untuk menenangkan sedikit perasaan Icha yang sedang gundah.

"gimana perasaan kamu cah? udah merasa tenang?" Icha menghela nafasnya.

"sedikit sih" jawabnya sembari tersenyum memandang wajah sahabatnya.

"apapun yang akan terjadi kedepannya kita hadapi sama-sama, kamu tenang aja ca."

Icha mengganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Icha bersyukur sekali bisa bersahabat dengan kamu zi dan yang lainnya. makasih banyak ya, udah mau berteman dengan Icha, padahal Icha ini bukan...."perkataannya terputus.

"udah ca, di dunia ini tidak ada yang sempurna, pemilik kesempurnaan itu hanyalah Allah. sebagai sahabat yang baik kita akan selalu saling mengingatkan dan mengarahkan selagi kita masih mampu."

ucap Zizi sambil menggenggam tangan Icha.

Icha membalasnya dengan penuh senyuman.

senyuman itu masih belum terlihat ikhlas dari raut wajah Icha, setelah senyumannya berlalu Icha kembali termenung dengan pikirannya yang Tak tahu entah ke mana.

Zizi begitu memperhatikan wajah sahabatnya itu, iya sedang memikirkan bagaimana mengembalikan senyuman Icha yang seutuhnya dan menghilangkan raut wajahnya yang menyimpan banyak kesedihan.

"Cha."

"Hem."

"Zizi sejenak terdiam."

"ada apa zi."

"kamu lagi mikirin siapa?"

"mikirin siapa? nggak ada."

"masa sih ca."

"iya, Icha nggak ada mikirin siapapun zi."

"sedikitpun?"

Icha menghadapkan wajahnya ke pandangan Zizi.

"maksud kamu nanya seperti itu apa?"

"em..."ucap Zizi dengan tersenyum.

"kamu nggak lagi suka sama seseorang kan?"

"hah... enggak, emangnya kamu lihat Icha suka sama siapa?"

"kalau lagi lihat wajah kamu yang seperti ini, aku seperti melihat Zain."

Icha tersenyum sembari memandang Zizi.

"kok bisa?"

Zizi menaikkan kedua bahunya pertanda tidak tahu.

"makanya aku tanya sama kamu kamu lagi mikirin siapa?"

"kamu nggak lagi mikirin Kak Zain kan?"

"ih.. apaan sih zi, Icha nggak lagi mikirin siapapun kok."

"tuh kan ... pipinya mulai merah... goda Zizi.

karena merasa malu, Icha memalingkan wajahnya dari Zizi.

Zizi merasa senang, karena caranya dengan menggoda Icha berhasil membuatnya kembali tersenyum dan tersipu malu.

"ca."

"ada apa lagi Zizi."

"em . kamu melihat ada yang berbeda nggak dengan Kak Zain."

"nggak ada, biasa aja."

"masak sih."

Icha menganggukkan kepalanya.

"kalau menurut aku, pandangan mata Kak Zain sama kamu tuh berbeda."

"berbeda gimana, menurut Icha sama aja."

"ya berbeda, seperti lagi menyimpan perasaan gitu sama kamu."

"masa sih kamu nggak ngerasain hal yang sama."

Icha menggeleng.

"sepertinya Kak Zain udah mulai suka deh sama kamu ca."

Icha memandang wajah Zizi kembali.

"kamu kok jadi sok tahu gitu ya, pakai nebak perasaan orang lagi, udah mau jadi peramal jodoh."

Zizi terkekeh dengan perkataan Icha.

"ada-ada aja kamu ca,ca."

"udah deh nggak usah dibahas lagi."

"kenapa tiba-tiba jadi bahas Kak Zain coba."

"kamu tuh duluan"ucap Zizi.

"kok jadi aku sih ko makan kamu duluan yang ngatain aku."

"ya karena lihat wajah kamu kok mama makanya aku seperti melihat Kak Zain."

"ya udah nggak usah dilihat."

"nggak bisa ca, wajah kamu kan ada di hadapan aku."

"zizi...."

akhirnya Icha bisa tersenyum lepas dengannya, kalau melihat sikap Icha yang seperti ini, Zizi semakin yakin jika sahabatnya yang satu ini sedang menyimpan perasaannya dengan seseorang.

"udah ah zi, nggak lucu bercandanya."

"siapa yang bercanda ca."

"tuh tadi kamu ngomong seperti itu, cuma bercanda kan, kamu cuma mau menghibur Icha biar nggak sedih lagi kan."

"Nggak ah, aku nggak bercanda, aku beneran apa yang aku omongin tadi tuh beneran Icha."

Icha membulatkan kedua matanya.

"ketahuan kan kalau kamu lagi menyimpan perasaan dengan seseorang" goda Zizi lagi."

"Hem... enggak ah."

Icha terlihat seperti salah tingkah saat digoda oleh zizi sahabatnya.

"jangan bohong.... itu pipinya udah merah lagi loh."

Icha langsung memegang kedua pipinya.

"apaan sih Zizi."

"udah ah, Icha mau ke asrama duluan."

ucapnya yang beranjak dari duduknya dan melangkah pergi duluan meninggalkan Zizi.

Zizi semakin terkekeh dengan sikap Icha yang salah tingkah seperti itu.

"Ica,......Ica."

kata Zizi yang terkekeh sendiri.

Episodes
1 bagian 1
2 2.mulai bersahabat dengan mereka
3 3. Muhammad Zainal Adnani
4 4. mengenang yang lalu...
5 5. mencoba untuk kabur
6 6.pertolongan pertama
7 7. kepanikan mereka..
8 8. bersama dengan keluarga baru...
9 9.Tanzilul Kaffa Pradipta
10 10.Bertemu lagi dengannya
11 11.Lepaskan aku fa
12 12.Kembalinya Icha ke pesantren
13 13.Kabar bahagia dari ustazah
14 14.Mama, Papa!
15 15.Tolong Mengerti Perasaan Ica Ma,Pa
16 16.Ke khawatiran Zain untuk Ica.
17 17.Berkata yang sejujurnya
18 18.Arly kembali mencari Icha
19 19. Kepedulian nya pada Annisa
20 20.Wisuda Kaffa
21 21. Wanita itu adalah Zizi
22 22. Zizi akan pergi Dengannya
23 23. Seorang Mantan Pacar?
24 24.Salah faham
25 25. Seorang Penghibur hati Icha
26 26. Keputusan yang Menyakitkan
27 27. Keputusan Zain
28 28. Pengorbanan
29 29. Aku Menyayangi nya Sebagai Saudara
30 30. Ulang Tahun Ica
31 31. Belajar untuk Lebih Bisa mengikhlaskan
32 32. Dia akan Pergi
33 33. Sebuah Perasaan
34 34. Melupakannya untuk sejenak
35 35. Teman Baru
36 36. Kabar Duka
37 37. Rumah Sakit
38 38. Menemani
39 39. Reuni Sebelum Berpisah
40 40. Kembali ke Jakarta
41 41. Perasaan itu Masih Ada?
42 42. Kerinduan Yang Mendalam
43 43. Rasa Gelisah
44 44. Bimbang
45 45. Kembali Ke Indonesia
46 46. Salah Faham
47 47. Mengikhlaskan
48 48. Kembali Bertemu
49 49. Sebuah Penjelasan
50 50. Pergi Ke Kalimantan
51 51. Menata Hidup Baru
52 52. Tentang Lamaran
53 53. Sebuah Jawaban
54 54. Persiapan Diri
Episodes

Updated 54 Episodes

1
bagian 1
2
2.mulai bersahabat dengan mereka
3
3. Muhammad Zainal Adnani
4
4. mengenang yang lalu...
5
5. mencoba untuk kabur
6
6.pertolongan pertama
7
7. kepanikan mereka..
8
8. bersama dengan keluarga baru...
9
9.Tanzilul Kaffa Pradipta
10
10.Bertemu lagi dengannya
11
11.Lepaskan aku fa
12
12.Kembalinya Icha ke pesantren
13
13.Kabar bahagia dari ustazah
14
14.Mama, Papa!
15
15.Tolong Mengerti Perasaan Ica Ma,Pa
16
16.Ke khawatiran Zain untuk Ica.
17
17.Berkata yang sejujurnya
18
18.Arly kembali mencari Icha
19
19. Kepedulian nya pada Annisa
20
20.Wisuda Kaffa
21
21. Wanita itu adalah Zizi
22
22. Zizi akan pergi Dengannya
23
23. Seorang Mantan Pacar?
24
24.Salah faham
25
25. Seorang Penghibur hati Icha
26
26. Keputusan yang Menyakitkan
27
27. Keputusan Zain
28
28. Pengorbanan
29
29. Aku Menyayangi nya Sebagai Saudara
30
30. Ulang Tahun Ica
31
31. Belajar untuk Lebih Bisa mengikhlaskan
32
32. Dia akan Pergi
33
33. Sebuah Perasaan
34
34. Melupakannya untuk sejenak
35
35. Teman Baru
36
36. Kabar Duka
37
37. Rumah Sakit
38
38. Menemani
39
39. Reuni Sebelum Berpisah
40
40. Kembali ke Jakarta
41
41. Perasaan itu Masih Ada?
42
42. Kerinduan Yang Mendalam
43
43. Rasa Gelisah
44
44. Bimbang
45
45. Kembali Ke Indonesia
46
46. Salah Faham
47
47. Mengikhlaskan
48
48. Kembali Bertemu
49
49. Sebuah Penjelasan
50
50. Pergi Ke Kalimantan
51
51. Menata Hidup Baru
52
52. Tentang Lamaran
53
53. Sebuah Jawaban
54
54. Persiapan Diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!