"silakan duduk nak."
Abuya mempersilahkan mereka berdua.
"mau bicara apa Icha?" Abuya terlebih dahulu membuka pembicaraan.
Icha mengarahkan pandangannya pada Zizi.
"Icha mau menyerahkan ini pada Abuya" ucapnya sembari meletakkan handphonenya di atas meja.
Abuya terdiam sambil melihat handphone yang ada di hadapan beliau.
"ini handphone siapa nak?"
"handphone ini milik Icha Abuya" sahutnya.
"milik Icha?"
"handphone ini sudah lama Zizi simpan, sebenarnya Zizi mau menyerahkannya pada Abuya tapi Zizi masih ragu Abu ya Zizi masih menunggu Icha. karena kemarin Icha kabur dari pesantren, tapi Zizi sama sekali tidak pernah menyentuhnya Abuya hanya menyimpannya saja. "
"iya Abuya, Icha sama sekali tidak bermaksud untuk melanggar peraturan di pesantren ini, tapi memang tidak sengaja handphone ini terbawa oleh Icha. "
"kalau memang Abuya akan menghukum Icha, silakan Abuya tapi jangan hukum Zizi."
"tidak Abu ya Zizi juga bersalah hukum saja Zizi jangan Icha, karena saat itu posisi Icha masih sebagai santri baru. sedangkan Zizi adalah alumni pesantren ini, yang seharusnya mengarahkan Icha."
Abuya hanya tersenyum dengan tingkah laku Icha dan Zizi yang saling menyalahkan diri mereka masing-masing.
"sudah-sudah, kalian ini sama-sama tidak bersalah, Abuya percaya sama kalian. jadi tidak ada yang Abuya hukum."
keduanya saling bertatap muka.
"handphone ini akan Abuya simpan Dan akan Abuya serahkan nanti sama orang tua kamu."
"emm... tidak usah Abu ya, Abuya simpan saja kalau memang perlu handphone itu Abuya buang juga tidak apa-apa "cegah Icha.
"kenapa harus dibuang Icha?"
Icha diam sambil memikirkan sesuatu.
"handphone ini akan tetap Abuya simpan, suatu saat nanti Abuya akan kembalikan lagi sama kamu."
"bagaimana?"
"ya sudah Abuya, tidak apa-apa" ucapnya sembari menganggukkan kepalanya.
"tapi, Abuya tidak akan menyerahkannya pada siapapun kan"
Abuya hanya tersenyum.
"kamu tahu Cha, kalau Abuya sudah tersenyum seperti itu tandanya ada maksud tertentu "bisik Zizi padanya.
"maksud tertentu? maksud apa zi?"
"kita lihat aja nanti aku juga nggak tahu" Icha menganggukkan kepalanya.
"sudah! ada lagi yang mau kalian bicarakan?" tanya Abu ya.
"tidak ada Abuya."
"kalau gitu, kami permisi keluar dulu ya Abu ya, maaf sebelumnya kalau sudah mengganggu waktu Abu ya."ucap Zizi.
"iya Abuya, terima kasih atas waktunya."
"iya sama-sama."
"kami permisi Abuya."
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam."
mereka pun beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari rumah kyai.
Icha dan sisi berjalan dengan perlahan menuju asrama, langkah mereka terhenti di salah satu pohon rindang yang berada di luar asrama putri.
mereka sama-sama duduk di bawah pohon itu untuk menenangkan sedikit perasaan Icha yang sedang gundah.
"gimana perasaan kamu cah? udah merasa tenang?" Icha menghela nafasnya.
"sedikit sih" jawabnya sembari tersenyum memandang wajah sahabatnya.
"apapun yang akan terjadi kedepannya kita hadapi sama-sama, kamu tenang aja ca."
Icha mengganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Icha bersyukur sekali bisa bersahabat dengan kamu zi dan yang lainnya. makasih banyak ya, udah mau berteman dengan Icha, padahal Icha ini bukan...."perkataannya terputus.
"udah ca, di dunia ini tidak ada yang sempurna, pemilik kesempurnaan itu hanyalah Allah. sebagai sahabat yang baik kita akan selalu saling mengingatkan dan mengarahkan selagi kita masih mampu."
ucap Zizi sambil menggenggam tangan Icha.
Icha membalasnya dengan penuh senyuman.
senyuman itu masih belum terlihat ikhlas dari raut wajah Icha, setelah senyumannya berlalu Icha kembali termenung dengan pikirannya yang Tak tahu entah ke mana.
Zizi begitu memperhatikan wajah sahabatnya itu, iya sedang memikirkan bagaimana mengembalikan senyuman Icha yang seutuhnya dan menghilangkan raut wajahnya yang menyimpan banyak kesedihan.
"Cha."
"Hem."
"Zizi sejenak terdiam."
"ada apa zi."
"kamu lagi mikirin siapa?"
"mikirin siapa? nggak ada."
"masa sih ca."
"iya, Icha nggak ada mikirin siapapun zi."
"sedikitpun?"
Icha menghadapkan wajahnya ke pandangan Zizi.
"maksud kamu nanya seperti itu apa?"
"em..."ucap Zizi dengan tersenyum.
"kamu nggak lagi suka sama seseorang kan?"
"hah... enggak, emangnya kamu lihat Icha suka sama siapa?"
"kalau lagi lihat wajah kamu yang seperti ini, aku seperti melihat Zain."
Icha tersenyum sembari memandang Zizi.
"kok bisa?"
Zizi menaikkan kedua bahunya pertanda tidak tahu.
"makanya aku tanya sama kamu kamu lagi mikirin siapa?"
"kamu nggak lagi mikirin Kak Zain kan?"
"ih.. apaan sih zi, Icha nggak lagi mikirin siapapun kok."
"tuh kan ... pipinya mulai merah... goda Zizi.
karena merasa malu, Icha memalingkan wajahnya dari Zizi.
Zizi merasa senang, karena caranya dengan menggoda Icha berhasil membuatnya kembali tersenyum dan tersipu malu.
"ca."
"ada apa lagi Zizi."
"em . kamu melihat ada yang berbeda nggak dengan Kak Zain."
"nggak ada, biasa aja."
"masak sih."
Icha menganggukkan kepalanya.
"kalau menurut aku, pandangan mata Kak Zain sama kamu tuh berbeda."
"berbeda gimana, menurut Icha sama aja."
"ya berbeda, seperti lagi menyimpan perasaan gitu sama kamu."
"masa sih kamu nggak ngerasain hal yang sama."
Icha menggeleng.
"sepertinya Kak Zain udah mulai suka deh sama kamu ca."
Icha memandang wajah Zizi kembali.
"kamu kok jadi sok tahu gitu ya, pakai nebak perasaan orang lagi, udah mau jadi peramal jodoh."
Zizi terkekeh dengan perkataan Icha.
"ada-ada aja kamu ca,ca."
"udah deh nggak usah dibahas lagi."
"kenapa tiba-tiba jadi bahas Kak Zain coba."
"kamu tuh duluan"ucap Zizi.
"kok jadi aku sih ko makan kamu duluan yang ngatain aku."
"ya karena lihat wajah kamu kok mama makanya aku seperti melihat Kak Zain."
"ya udah nggak usah dilihat."
"nggak bisa ca, wajah kamu kan ada di hadapan aku."
"zizi...."
akhirnya Icha bisa tersenyum lepas dengannya, kalau melihat sikap Icha yang seperti ini, Zizi semakin yakin jika sahabatnya yang satu ini sedang menyimpan perasaannya dengan seseorang.
"udah ah zi, nggak lucu bercandanya."
"siapa yang bercanda ca."
"tuh tadi kamu ngomong seperti itu, cuma bercanda kan, kamu cuma mau menghibur Icha biar nggak sedih lagi kan."
"Nggak ah, aku nggak bercanda, aku beneran apa yang aku omongin tadi tuh beneran Icha."
Icha membulatkan kedua matanya.
"ketahuan kan kalau kamu lagi menyimpan perasaan dengan seseorang" goda Zizi lagi."
"Hem... enggak ah."
Icha terlihat seperti salah tingkah saat digoda oleh zizi sahabatnya.
"jangan bohong.... itu pipinya udah merah lagi loh."
Icha langsung memegang kedua pipinya.
"apaan sih Zizi."
"udah ah, Icha mau ke asrama duluan."
ucapnya yang beranjak dari duduknya dan melangkah pergi duluan meninggalkan Zizi.
Zizi semakin terkekeh dengan sikap Icha yang salah tingkah seperti itu.
"Ica,......Ica."
kata Zizi yang terkekeh sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments