"Icha nggak boleh terus-terusan sedih seperti ini, jangan sampai ada yang tahu kalau Icha lagi ada masalah."
Icha meneruskan langkahnya hingga memasuki kawasan santriwati
"Icha... Icha"panggil Dina yang datang menghampirinya.
"kamu kenapa Cha."
"kenapa? Icha Nggak kenapa-napa kok." jawab Icha dengan senyuman.
Dina masih menatap wajahnya.
"kamu nggak abis nangis kan ca."
Icha menundukkan wajahnya.
" Nggak kok Din, Icha baik-baik aja."
Dina menganggukkan kepalanya.
"orang tua kamu mana?"
"udah balik ke rumah."
"oh...."
"ada apa Din, sepertinya ada yang mau kamu sampaikan sama Icha."
pandangan Dina melirik ke sekelilingnya.
"sini deh ca"ucap Dina sambil menarik tangannya dan membawa Icha ke tempat yang lebih sepi dengan orang.
"ada yang mau aku tanyain sama kamu ca, penting banget"ucap Dina dengan wajahnya yang serius.
"ada apa Din."
"kamu punya pacar? atau mantan pacar?"
"mantan pacar? punya. "
"kenapa din."
"namanya Arli ? "
Icha langsung terdiam dan mengingat sesuatu.
"iya, kok kamu tahu Din ? "
"tadi, waktu aku sama Marwah ke pasar, kami tidak sengaja melihat kumpulan para pemuda. aku dengar mereka sebut-sebut nama kamu Cha, dan pemuda yang sebut nama kamu itu Arli namanya, tapi karena kami nggak terlalu ambil pusing, jadi kami hiraukan gitu aja. "
"terus, kenapa kamu bisa yakin kalau Icha yang mereka sebut itu adalah aku!"
"karena waktu kami pulang dari pasar, pemuda itu datang menghampiri kami, dia juga menunjukkan foto kamu sebelum kamu pakai jilbab. sama kami, karena kami takut jadi aku jawab aja kalau kamu nggak pernah kenal sama kamu."
Icha terdiam....
"ca."
Icha tersentak dari lamunannya.
"kok melamun sih ca."
"terus Icha harus melakukan apa sekarang Din."
"kamu takut ca."
Icha menganggukkan kepalanya.
"kenapa kamu takut?"
Icha lalu menghembuskan nafasnya.
"Arli itu orangnya nekat, dia bisa melakukan apa saja demi sesuatu yang dia inginkan. Icha takut kalau itu akan berdampak pada kalian semua."
"Icha harus gimana sekarang Dina, kalau sampai dia datang ke sini dan dia melakukan sesuatu pada pesantren ini, gimana? "
Dina masih terdiam sembari mendengarkan perkataan Icha.
"apa Icha pergi aja ya dari sini "kata Icha tiba-tiba. Dina langsung memandang wajah Icha.
"kamu ngomong apa toh Cha, kamu ndak boleh pergi dari sini. "
"terus kalau pesantren ini kenapa-napa gimana?"
"kita hadapi sama-sama ca. kamu nggak usah takut Cha, kami akan selalu ada untuk kamu "kata Dina yang langsung memeluk Icha.
"ya Allah.....
......................
ketika sampai di rumah kyai, Zain dan Fahma membantu mengumpulkan berkas-berkas penting yang ada di rumah beliau.
"sudah terkumpul semua Zain."
"sudah Abuya, alhamdulillah semua sudah lengkap."
"Alhamdulillah."
"mari sini duduk dulu, minum-minum dulu Zain,Fahma."
"ndak usah Abuya, ntar merepotkan."
"nggak papa loh, kalian kan sudah capek bantuin Abuya."
"iya Abuya, kebetulan kami juga sudah haus sekali akan Zain "ucap Fahma yang menyenggol bahu Zain di sampingnya.
Zain langsung memandang wajah Fahma.
"nggak apa-apa Zain, nggak usah malu-malu kasihan si Fahma, udah ngasih kode. "
"kalian tuh kayak di rumah orang lain saja."
"iya Abuya"sahut Zain dengan anggukan kepalanya Dan tersenyum.
"kamu tuh buat aku malu aja."
"nggak apa-apa Zain sekali-kali."
"he, udah jangan bisik-bisik lagi, ayo silakan diminum sama dinikmati kuenya "ucap Abuya.
"nggeh Abuya"sahut mereka bersama.
hening ..
mereka sama-sama sedang menikmati cemilan yang disediakan oleh Abuya sendiri.
"kamu masih betah kan Zain tinggal di sini."
"Alhamdulillah masih Abuya ini kan sudah seperti rumah Zain sendiri.
"oh iya, tadi orang tua Icha datang, kamu ada ketemu dengan mereka atau tidak."
"ndak Abu ya, Zain ndak ada bertemu dengan mereka. Zain cuma ketemu sama Icha saja tapi, tadi Zain lihat sepertinya wajah Icha sedikit sembab. "
Abuya menanggapi pernyataan Zain dengan menganggukkan kepala beliau seakan mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Icha.
"ada sedikit masalah yang sedang dialami oleh keluarganya. makanya Icha terlihat sedih "jelas kyai.
Zayn menganggukkan kepalanya.
"tapi Icha baik-baik saja kan Abu ya" tanya Zain yang merasa khawatir.
"insya Allah Ica baik-baik saja, selagi dia masih tinggal di sini, insya Allah Ica akan baik-baik saja."
" khawatir banget sih sama Icha "sindir Fahma.
"udah mulai ada rasa ya" goda Fahma yang berbisik padanya.
"khawatir sebagai sesama muslim kan wajar sama."
"udah, udah kalian ini kok malah ribut sendiri."
"maaf Abuya" ucap mereka dengan senyuman.
"kamu sih cari gara-gara aja."
"ayo cepat dihabiskan."
"iya Abuya.
seperti ada yang masih mengganjal di hatinya, Zain ingin bertanya pada kyai tapi dirinya masih merasa ragu.
"maaf Abuya masalah Icha yang kabur dari pesantren itu, orang tuanya sudah tahu atau belum."
Abu yang menghela nafasnya.
"sebenarnya Abuya mau ceritakan pada mereka tapi, Abuya kasihan dengan Icha, makanya Abuya tidak cerita apapun kepada mereka, biarlah masalah itu kita saja yang tahu, tidak perlu Orang lain tahu juga walaupun itu orang tua Icha sendiri, lagian itu kan sudah berlalu"jelas Abuya.
"iya Abuya" sahut mereka berdua.
setelah pertanyaan itu ia lontarkan pada Abuya. akhirnya hati Zain terasa sedikit lega. walaupun sebenarnya masih ada rasa penasaran dirinya akan masalah yang kini sedang dialami oleh Icha.
hening....
"assalamualaikum."
ucapan salam itu memecahkan keheningan di antara mereka.
"waalaikumsalam" sahut mereka sambil melihat ke arah pintu.
"lah, panjang umur, baru diomongin udah muncul orangnya" Fahma pada Zain.
Abuya pun bangkit dari tempat duduknya.
"Icha, Zizi ada apa?"
"maaf Abuya, Icha mengganggu waktunya tapi, Icha mau ada perlu sebentar sama ummah bisa?"
"kebetulan sekali, umah sedang pergi ke rumah orang tuanya."
"oh.... gitu ya Abuya."
"kalau Icha ngomong sebentar sama Abuya bisa?"
"oh... di sana, mau ngomong apa? penting?"
Icha terdiam sambil berpikir.
"kalau ngomongnya di sini nggak apa-apa kan."
"em.."Icha masih berfikir dengan pandangannya yang mengarah pada Zain dan Rahma di sebelah sana.
Zain seakan peka dengan pandangan itu, dirinya pun bangkit dari duduknya.
"ndak papa buya, biar kami saja yang pergi. mungkin ada hal yang lebih penting yang akan dibicarakan oleh Icha."
"Nggak enak juga kalau Icha tiba-tiba datang terus biarkan Kak Zain pergi karena Icha"kata Icha pada dirinya.
"nggak usah, kalau Kak Zain masih mau di sini juga nggak apa-apa kok."
"nggak papa ca, lagian kami masih ada tugas di asrama ya kan Fahma."
"iya ca...."
"Abuya kami permisi dulu ya"kata Zain yang mengarah pada Abuya.
"oh iya, jazakumullah ya."
"Amin Abuya."
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam. "
"maaf ya Kak Zain, Icha udah ganggu."
"Nggak kok ca, nggak papa "sahut Zahid sambil tersenyum.
mereka pun beranjak pergi dari rumah kyai dan kembali lagi ke asrama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments